Selasa, 26 Agustus 2025

Idul Fitri 2023

Alasan Kemenag Tetapkan Idul Fitri 1444 H Jatuh pada Sabtu, 22 April 2023

Sidang isbat yang digelar Kemenag menetapkan, Idul Fitri 1444 H jatuh pada Sabtu, 22 April 2023. Hal ini terkait posisi hilal di Indonesia.

Penulis: Sri Juliati
Editor: Salma Fenty
Warta Kota/Yulianto
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas melaksanakan konferensi pers Sidang Isbat penetapan 1 Syawal 1444 Hijriah di Auditorium HM Rasjidi (Kemenag), Jakarta Pusat, Kamis (20/4/2023). Pemerintah melalui Kemenag menetapkan 1 Syawal 1444 H jatuh pada hari Sabtu (22/4/2023). Hal ini terkait posisi hilal di Indonesia. 

Potensi perbedaan Idul Fitri 1444 H juga pernah disampaikan Ketua PP Muhammadiyah, Syamsul Anwar.

Pasalnya, Kemenag berpedoman pada kriteria Menteri-Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS).

Dalam kriteria MABIMS, posisi hilal mencapai ketinggian 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

"Potensi perbedaan ada pada awal Syawal karena menurut kriteria MABIMS, bulan bisa dilihat pada tinggi bulan sekurang-kurangnya 3 derajat dan elongasinya 6,4 derajat."

"Kalau kriteria ini tidak dipenuhi, berarti tidak dapat dilihat, sehingga bulan baru terjadi pada lusa," kata Syamsul, dikutip dari muhammadiyah.or.id.

Syamsul juga menjelaskan, penetapan awal Syawal 1444 H oleh Muhammadiyah, bukan berdasarkan penampakan bulan.

Melainkan posisi geometris matahari-bumi-bulan atau hisab hakiki wujudul hilal.

Dengan metode hisab hakiki wujudul hilal, lanjut Syamsul, bulan kamariah baru dimulai apabila pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam terpenuhi tiga syarat secara kumulatif.

Pertama, telah terjadi ijtimak. Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam.

Terakhir, pada saat matahari terbenam bulan (piringan atasnya) masih di atas ufuk.

"Metode ini lebih memberikan kepastian dibandingkan dengan cara tradisional yaitu rukyatul hilal," kata dia.

Pendapat adanya perbedaan jadwal Lebaran 2023 juga diungkapkan pakar astronomi dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin.

Menurut Thomas Djamaluddin, perbedaan waktu Lebaran 2023 bukan karena penerapan metode hisab dan rukyat dari masing-masing organisasi dan pemerintah, tetapi karena perbedaan kriteria.

"Muhammadiyah dengan kriteria wujudul hilal yaitu 21 April 2023. Pemerintah dan beberapa ormas Islam, seperti NU dan Persis (Persatuan Islam), dengan kriteria imkan rukyat (visibilitas hilal) yaitu 22 April 2023," kata Thomas Djamaluddin.

Hal serupa juga pernah dituliskan Thomas Djamaluddin dalam blog pribadinya, seperti dikutip Tribunnews.com pada Rabu (8/2/2023).

Thomas Djamaluddin menulis, pada saat magrib tanggal 20 April 2023 di Indonesia, posisi bulan belum memenuhi kriteria baru MABIMS.

Namun, sudah memenuhi kriteria wujudul hilal.

"Jadi ada potensi perbedaan: Versi [3-6,4/MABIMS] 1 Syawal 1444 pada 22 April 2023, tetapi versi [WH/wujudul hilal] 1 Syawal 1444 pada 21 April 2023," tulisnya.

(Tribunnews.com/Sri Juliati)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan