Jumat, 3 Oktober 2025

Kelompok Bersenjata di Papua

Susi Pudjiastuti Akui Dilema Setop Penerbangan Susi Air di Papua: Mau Lanjut, Tapi Tidak Punya Pilot

Susi Pudjiastuti mengungkap alasan penyetopan penerbangan Susi Air di Papua lantaran keterbatasan pilot.

YouTube Kompas TV
Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti mengaku dilema terkait penyetopan penerbangan di Papua. Ia mengatakan sebenarnya masih ingin membantu warga Papua melalui penerbangan Susi Air. Namun, faktor kekurangan pilot menjadi alasan. 

TRIBUNNEWS.COM - Susi Pudjiastuti mengaku dilema terkait keputusannya menyetop maskapai miliknya, Susi Air untuk melakukan penerbangan di Papua.

Sebagai informasi, Susi Pudjiastuti memutuskan hal tersebut usai insiden penyanderaan salah satu pilot Susi Air, Kapten Philip Mark oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua beberapa waktu lalu.

Kemudian, secara resmi, Susi baru mengumumkan pemberhentian penerbangan Susi Air di Papua pada 1 Maret 2023 saat menggelar konferensi pers.

Dalam wawancara eksklusif bersama Pimpinan Redaksi Kompas TV, Rosiana Silalahi, Susi mengaku masih memiliki keinginan agar Susi Air tetap beroperasi di Papua.

Namun, Susi juga mengungkapkan bahwa Susi Air sudah tidak memiliki pilot untuk mengoperasikan pesawat di Papua.

"It's dillema, pain, sakit sebetulnya. Tapi kita kehilangan kemampuan, kan. Kalaupun saya mau terbang, kita tidak punya pilot."

"50 persen pilot kita sudah resign yang di porter, yang di karavan juga sama (sudah mengundurkan diri)," ujarnya dikutip dari YouTube Kompas TV.

Baca juga: Profil Maskapai Susi Air Milik Susi Pudjiastuti yang Dibakar KKB, Sudah Punya 140 Pesawat Lebih

Susi pun mengatakan perlu waktu lama melatih pilot porter untuk menggantikan pilot yang sudah mengundurkan diri.

Tak sampai di situ, Susi mengaku sulit merekrut instruktur atau pelatih untuk melatih pilot porter khususnya penerbangan di Papua.

"Belum lagi, rute-rute kan setiap berbeda. Wind curve-nya berbeda. Papua, penerbangan sangat kompleks khususnya wilayah pegunungan," tuturnya.

Mantan menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) ini menegaskan masih memikirkan masyarakat Papua meski kini tidak bisa kembali membantu menyalurkan logistik melalui penerbangan Susi Air.

Baca juga: Profil Kapten Philips Marthen, Pilot Pesawat Susi Air yang Sudah 3 Bulan Disandera KKB

Namun, dirinya kembali menegaskan lantaran tidak memiliki sumber daya khususnya pilot, maka penyetopan penerbangan Susi Air menjadi pilihan.

"Ya saya ingin bertanggungjawab but we don't have capacity. Saya tidak bisa memberikan confidence kepada pilot-pilot 'kembali untuk terbang'," katanya.

Susi Pudjiastuti soal Bantu Papua: I Love To Do It!

Owner Pesawat Susi Air, Susi Pudjiastuti marah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya karena membakar pesawat Susi Air hingga menyandera pilot pesawat Kapten Philips Mehrtens.
Owner Pesawat Susi Air, Susi Pudjiastuti marah terhadap Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) pimpinan Egianus Kogoya karena membakar pesawat Susi Air hingga menyandera pilot pesawat Kapten Philips Mehrtens. (Tangkap Layar Kompas Tv)

Susi pun mengaku beroperasinya penerbangan di Susi Air dengan membawa logistik dan membantu masyarakat di Papua adalah hal yang dicintainya.

"I love to do it and now it's getting difficult (saya sangat mencintai apa yang saya lakukan dan sekarang justru menjadi sulit)," katanya dengan mata berkaca-kaca.

Lebih lanjut, Susi mempertanyakan maksud dari segala tindakan yang dilakukan KKB di Papua.

"Jadi apa yang diuntungkan dari perjuangan (KKB) ini apa? Kekerasan, death of people yang innocent, not enough food. Apa yang dicari?" tanya Susi.

Baca juga: Kemarahan Susi Pudjiastuti ke KKB: Saya Kurang Apa? Bantu Warga Papua Tapi Dibalas Penyerangan

Di akhir wawancara, Susi pun meminta maaf karena maskapai miliknya sudah tidak dapat beroperasi di Papua.

Selain itu, Susi juga meminta kepada masyarakat Papua untuk tidak mendukung KKB yang mana ketika didukung justru melanggengkan kekuatannya.

"Saya bersedih, saya meminta maaf karena ketidakmampuan kita untuk terbang seperti biasa, memenuhi kebutuhan masyarakat."

"Kedua, saya ingin masyarakat Papua juga ujungnya harus mengerti dan sadar bahwa memperjuangkan hak, keinginan, dan cita-cita mereka dengan kekerasan dan penyanderaan itu bukan jalan yang terbaik. Dan mestinya masyarakat Papua tidak boleh mendukung (KKB) itu," pungkasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Artikel lain terkait Kelompok Bersenjata di Papua

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved