Jumat, 12 September 2025

HUT Kemerdekaan RI

Profil Husein Mutahar, Tokoh Negarawan Pendiri Paskibraka

Husein Mutahar, tokoh negarawan pendiri Paskibraka yang juga merupakan komponis musik-musik Indonesia khusus lagu nasional dan kepanduan.

Penulis: Nurkhasanah
Tribun Pontianak
Husein Mutahar - Berikut ini sosok Husein Mutahar, tokoh negarawan pendiri Paskibraka yang juga merupakan komponis musik musik Indonesia khusus lagu nasional dan kepanduan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) selalu menjadi pusat perhatian saat upacara peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia.

Gagasan Paskibraka lahir pada tahun 1946.

Paskibraka pertama kali ada saat peringatan HUT Proklamasi Kemerdekaan ke-1 RI.

Saat itu Ibu Kota Indonesia berada di Yogyakarta.

Lantas, siapa pendiri Paskibraka?

Mengutip paskibraka.bpip.go.id, sosok pendiri Paskibraka bernama Husein Mutahar.

Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) I Dewa Ayu Firsty Meita Dewanggi (kedua kiri) membawa Bendera Merah Putih untuk dikibarkan saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022). HUT ke-77 RI tersebut mengangkat tema Pulih Lebih Cepat, Bangkit Lebih Kuat. ANTARA FOTO/POOL/Sigid Kurniawan/rwa.
Pasukan Pengibar Bendera Pusaka (Paskibraka) I Dewa Ayu Firsty Meita Dewanggi (kedua kiri) membawa Bendera Merah Putih untuk dikibarkan saat Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (17/8/2022). (ANTARA FOTO/SIGID KURNIAWAN)

Baca juga: Sejarah Paskibraka Indonesia, Berawal dari Gagasan Mayor Husein Mutahar

Husein Mutahar merupakan ajudan Presiden Soekarno.

Kala itu, ia diperintahkan untuk menyiapkan pengibaran bendera pusaka di halaman Istana Gedung Agung Yogyakarta.

Husein Mutahar kemudian mempunyai suatu gagasan bahwa sebaiknya pengibaran bendera pusaka dilakukan oleh para pemuda dari seluruh penjuru Tanah Air.

Hal tersebut karena para pemuda adalah generasi penerus perjuangan bangsa.

Namun, karena gagasan itu tidak mungkin terlaksana, maka Husein Mutahar hanya bisa menghadirkan lima orang pemuda yang terdiri dari 3 putra dan 2 putri.

Kelima pemuda tersebut berasal dari berbagai daerah yang kebetulan sedang berada di Yogyakarta.

Lima pemuda tersebut juga melambangkan Pancasila.

Sejak saat itu sampai tahun 1949, pengibaran bendera di Yogyakarta dilaksanakan dengan cara yang sama.

Pada tahun 1950, saat Ibu Kota Indonesia dikembalikan ke Jakarta, Husein Mutahar tidak lagi mengurus pengibaran bendera.

Halaman
123
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan