8 Kader PDIP yang Dipecat karena Dianggap Membangkang
Berikut ini 8 kader PDIP yang dipecat lantaran dianggap membangkang dan tak mematuhi aturan partai.
Penulis:
Pravitri Retno Widyastuti
Editor:
Whiesa Daniswara
Mantan Bupati Trenggalek, Emil Dardak, dipecat dari PDIP lantaran maju Pilkada Jawa Timur 2018 lewat partai lain.
Pemecatan terhadap Emil Dardak dilakukan lantaran suami Arumi Bachsin ini dianggap hanya ingin memenuhi ambisi pribadinya.
"Ketika seorang maju dari partai lain dengan ambisi pribadi dan mungkin karena sebuah mimpi-mimpi mendapatkan kekuasaan yang lebih tinggi, partai mengambil sikap tegas, memberikan sanksi pemecatan,” kata Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto, Kamis (23/11/2017), dikutip dari situs resmi PDIP Jatim.
Diketahui, Emil yang berpasangan dengan Khofifah Indar Parawansa diusung oleh Demokrat, Golkar, PPP, PAN, NasDem, Hanura, dan partai non-parlemen, PKPI.
Sementara, PDIP bersama PKB, Gerindra, dan PKS mengusung Syaifullah Yusuf dan Puti Guntur Soekarno.
Namun, hasil akhir Pilkada 2018 membawa Khofifah-Emil menuju Jawa Timur 1 dengan perolehan suara 10.465.218 atau 53,55 persen.
7. Mundjirin

Eks Bupati Semarang, Mundjirin, dan anaknya, Bina Munawa Hatta, dipecat PDIP lantaran dianggap membangkang.
Diketahui, saat Pilbup Semarang 2020, Mundjirin dan Bina mendukung istrinya Bintang Narsasi yang berpasangan dengan Gunawan Wibisono.
Padahal, PDIP telah mengusung Ngesti Nugraha-M Basari.
"Nah, karena tidak mengindahkan terkait rekomendasi calon Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Semarang 2020 di mana PDIP mengusung pasangan Ngesti Nugraha-M Basari."
"Tetapi, mereka mendukung pasangan calon dari partai lain sehingga dikategorikan sebagai pelanggaran berat," urai Wakil Ketua Bidang Kehormatan PDIP Kabupaten Semarang, Hok Hiong, Kamis (1/10/2020), dikutip dari TribunJateng.com.
Terkait pemecatan tersebut, Mundjirin mengaku pasrah.
Ia mengaku tidak bisa melakukan apa-apa jika itu sudah ketentuan partai.
"Saya pasrah saja, 'kan sudah dinyatakan pelanggaran berat. Ya kita tidak bisa apa-apa, ketentuan partai begitu kok," katanya, Jumat (2/10/2020).
8. Rustriningsih

Mantan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Rustriningsih, dianggap membangkang PDIP lantaran mendeklarasikan dukungannya pada Prabowo sejak Pilpres 2014.
Kala itu, Prabowo berpasangan dengan Hatta Rajasa melawan Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK).
Rustriningsih mengaku keputusannya mendukung Prabowo-Hatta Rajasa dilakukan tanpa ada komunikasi dengan PDIP.
"Jadi kalau komunikasi memang tidak ada. Untuk diri saya memang menjadi debatable," ungkap Rustriningsih usai bertemu Hatta, Kamis (3/7/2014).
Lebih lanjut, Rustriningsih mengungkapkan alasannya membelot dari partainya untuk mendukung Prabowo.
Secara tak langsung, ia mengisyaratkan kekecewaannya terhadap PDIP terkait pergantian antar waktu (PAW) Ganjar Pranowo sebagai anggota DPR 2009-2014.
Ganjar yang terpilih sebagai Gubernur Jawa Tengah, menurut Rustriningsih, seharusnya digantikan oleh suaminya, Soni Achmad Saleh, di DPR RI.
"Suami saya Pak Soni, posisi dia adalah sebagai calon legislatif PAW yang seharusnya mengganti Pak Ganjar."
"Tapi, KPU mengisi sesuai keinginan DPP. Jadi yang seharusnya Pak Soni, diganti Bu Ida," katanya.
Tak hanya itu, kekecewaan Rustriningsih saat PDIP lebih memilih Ganjar untuk maju Pilgub Jateng pada 2013, juga dinilai menjadi salah satu faktor mantan Bupati Kebumen ini membelot.
Dukungan Rustriningsih terhadap Prabowo masih berlanjut hingga Pilpres 2019, saat Ketua Umum Gerindra itu berpasangan dengan Sandiaga Uno.
Padahal, saat itu Rustriningsih diketahui belum mengundurkan diri sebagai kader PDIP.
Meski demikian, Rustriningsih sudah tak lagi dianggap sebagai kader partai banteng itu sejak Hatta Rajasa berkunjung ke kediamannya di Kebumen pada 2014 silam.
(Tribunnews.com/Pravitri Retno W, Kompas.com)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.