Senin, 29 September 2025

Reshuffle Kabinet Prabowo Gibran

Reshuffle Kabinet: Ucapan Jokowi soal Kepemimpinan Prabowo Terbukti, yang Tak Bisa Dihalusin 'Dicut'

Jokowi mengibaratkan era kepemimpinan Presiden RI Prabowo Subianto dengan mesin gerinda, terbukti dari reshuffle kabinet.

Editor: Hasanudin Aco
Tangkapan layar dari YouTube Partai Gerindra
JOKOWI DI SAMPING PRABOWO - Presiden Prabowo Subianto duduk bersebelahan dengan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) saat HUT ke-17 Partai Gerindra yang digelar di Sentul International Convention Center (SICC), Sentul, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (15/2/2025). Jokowi sebut kepemimpinan Prabowo mirip cara mesin gerinda. 

"Yang bisa halus, dihaluskan. Yang tidak bisa dihaluskan...," Jokowi kemudian berhenti berbicara sejenak.

Hadirin kemudian berteriak. "Potong".

Sejurus kemudian tangan kanan Jokowi memberi gestur potong (cut) sesuatu.

"Tapi diajak terus, dirangkul, semua diajak," ujar Jokowi.

Menurut ayah dari Wapres RI Gibran Rakabuming Raka ini, kepemimpinan Prabowo sangat unik dan bagus.

"Saya melihat kepemimpinan Pak Prabowo sangat unik dan sangat bagus untuk negara kita," ujarnya.

Jokowi mendukung Presiden Prabowo Subianto untuk membawa Indonesia menjadi negara maju yang adil dan makmur, serta membawa Indonesia menjadi Indonesia Raya.

Pengamat: Dicopot Karena Tak Punya Partai

Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti menilai keputusan Presiden Prabowo Subianto mengganti menteri  Satryo Soemantri Brodjonegoro belum dikatakan sebagai langkah tegas.

"Tidak bisa disebut langkah tegas (Prabowo) karena ini menterinya kan benar-benar (berlatar belakang) profesional gitu ya, beliau tidak punya partai, tidak punya basis massa, bukan pemimpin ormas, beliau betul-betul cuma akademisi."

"Jadi kalau dicopot pun ya enteng banget nyopotnya, itu secara politik gitu," ungkap Ray dalam talkshow Overview Tribunnews.com, Rabu (19/2/2025).

Setidaknya ada tiga faktor menurut Ray yang menjadi sebab Satryo diganti.

Pertama terkait konflik Satryo dengan pegawai dan staf Kemendikti Saintek beberapa waktu lalu.

"Faktor kedua adalah soal itu tadi dalam 100 hari ini kok mahasiswa bisa bergerak ya, apakah Mendikti tidak melakukan upaya-upaya untuk katakanlah misalnya meredamnya," ujarnya.

Faktor ketiga, Ray menilai Satryo sebagai akademisi yang mempercayai semangat pendidikan bebas.

"Bahwa pendidikan itu untuk kebebasan gitu, nah tentu itu sangat berbeda dengan cara berpikir Pak Prabowo sebagai militer yang menganggap ya segala sesuatunya itu harus bersifat strukturalis komandois gitu kan."

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan