Mudik Lebaran 2025
Penerapan Contraflow dan One Way Saat Mudik Lebaran Tergantung Peningkatan Rasio Kendaraan
Korps Lalu Lintas Polri menyiapkan teknis pelaksanaan rekayasa lalin contraflow hingga sistem one way menjelang mudik lebaran.
Penulis:
Reynas Abdila
Editor:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Korps Lalu Lintas Polri menyiapkan teknis pelaksanaan rekayasa lalin contraflow hingga sistem one way menjelang mudik lebaran.
Hal itu disampaikan Kakorlantas Polri Irjen Agus Suryonugroho, Kamis (20/3/2025).
Dia berujar terkait rekayasa contraflow dan one way akan tergantung peningkatan rasio kendaraan.
"Persoalan jalan tol itu adalah dari Km 01 itu sudah 3 lajur, setelah 3 lajur, nanti akan ketemu lagi 2 lajur, 4, 3, 2, akhirnya terjadi bottleneck sehingga apabila pada saat nanti arus mudik cukup tinggi bangkitan arus mudik cukup tinggi ini nantinya harus kita lakukan contraflow," paparnya.
Sehingga menurutnya kapan contraflow diterapkan tidak bisa prediksi.
"Ini ada rumusnya, ketika di Km 50, ini ada radar di sana dari Jasa Marga, sudah terlintas kendaraan 5.500 itu harus dilakukan contraflow arah mudik 1 lajur, karena jika tidak dilakukan contraflow, visi rasio daripada panjang jalan tol, lebar dan jumlah kendaraan itu tidak mampu," ucapnya.
Baca juga: Jelang Mudik Lebaran, Kemenag: Rest Area Berkontribusi pada Kemaslahatan Ekonomi Masyarakat
Setelah contraflow satu lajur kemudian arus naik jadi 6.400, contraflow lajur 2 diperlukan.
Ia mengungkap, ketika rasio kendaraan setiap jam sudah mencapai 6.200 kendaraan, one way nasional akan diterapkan.
One way akan diterapkan kembali dari Km 70 hingga Km 414.
Baca juga: Jelang Puncak Arus Mudik Lebaran, Edi Purwanto Minta Kementerian Pastikan Jalan Aman Dilalui Pemudik
"Kapan harus dilakukan? Ketika Tol Cikatama itu jumlahnya 6.200 per jam. Apabila tidak dilakukan one way, tentu kapasitas tol tidak akan mampu dengan bangkitan arus yang cukup deras," beber Kakorlantas.
Meski demikian, Kakorlantas mengungkap one way arus mudik dan arus balik kali ini akan dimodifikasi.
Modifikasi, lanjut dia, berkaitan dengan pembukaan beberapa ruas tol, termasuk di Cisandau dan Ciperna.
"Tahun ini, hasil koordinasi stakeholder khususnya Jasa Marga dan tata kelola jalan tol, kami akan buka Tol Cisondong, jadi yang arah Semarang nanti akan kita lepas, tahun lalu belum. Teknis sudah kami latihkan. Kemungkinan nanti sudah tidak ada lagi dobrak," ucapnya.
Ia mengatakan hitungan hingga rekayasa lalin contraflow hingga one way yang sama juga akan berlaku pada arus balik.
"Untuk arus balik, arus balik juga demikian, kita tidak bisa tentukan dan prediksi, ketika nanti di Km 67, itu sudah 5.500, sama, teorinya sama, akan kita lakukan contraflow arus balik sampai Km 47," ucap Agus.
"Ketika visi rasio kendaraan yang melintasi tol ke Jakarta sudah sampai 6.400-7.400, jika 7.500 itu nanti akan one way lajur 3, one way sama, tahun ini juga dari Km 414 Kalikangkung sampai Km 70," sambungnya.
Terkait larangan kendaraan sumbu tiga melintas di dalam tol.
Dia menyebut kendaraan besar itu dilarang melintas mulai 24 Maret 2025 hingga 8 April 2025.
"Tetapi ini tidak absolut, untuk angkutan sembako dan lain sebagainya masih bisa jalan, termasuk barang-barang yang diangkut dengan sumbu 2 itu masih bisa," ucap Kakorlantas.
"Artinya tidak absolut, ada alternatif pengangkutan logistik barang masih bisa. Kecuali di Trans Jawa, sumbu 2 itu dilarang, khusus membawa batu dan pasir, ini di SKB sudah ditetapkan," tambahnya.
Dia menjelaskan berkaitan dengan ganjil genap nantinya akan berlaku 23 Maret 2025
Tol Fungsional
Kemudian, Kakorlantas membeberkan strategi tol fungsional.
Ia menyebut strategi ini belum diterapkan pada mudik tahun-tahun sebelumnya.
Tol fungsional akan berada di persimpangan Tol Cipularang dan Tol Trans Jawa.
Kakorlantas menyebut tol fungsional ini nantinya akan menuju daerah Deltamas sehingga bisa mencegah adanya penumpukan di pertemuan Tol Cipularang dan Tol Trans Jawa.
"Tahun lalu belum dilakukan kaitannya dengan tol fungsional Japek 3. Japek 3 dulu dari Bandung itu crossing di Km 66, sekarang dari Bandung di Sadang itu sudah ada tol fungsional yang menuju Deltamas," ungkap mantan Wakapolda Jawa Tengah itu.
"Jadi crossing dari Trans Jawa yang ketemu di 66 sama dari Bandung, tahun ini tidak ketemu, langsung dipotong di Japek 3 sampai Deltamas nanti ada arteri sepanjang 3 km, ini cukup representatif," ungkapnya.
Tol fungsional lainnya, lanjut dia, juga akan diterapkan di Solo dan Jogja. Dia menyebut tol fungsional ini untuk menghindari penumpukan di Jogja.
"Termasuk tol fungsional di Solo dan Jogja. Solo-Jogja itu ada pintu tol yang exit di Klaten, terus sampai Prambanan, sampai di Taman Martali, ini jadi persoalan di ujung, apabila weekend saja sudah penuh, ini kalu di ujungnya tidak dikelola, ini nantinya di tol exit yang masuk Jogja akan padat, sehingga di Jogja akan dilakukan rekayasa," kata dia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.