Senin, 29 September 2025

Pemain Sirkus dan Kehidupannya

Komnas HAM Temukan 4 Bentuk Dugaan Pelanggaran HAM Sirkus OCI Sejak 1997, Beri 2 Rekomendasi

Komnas HAM menyatakan telah melakukan pemantauan terhadap dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan Oriental Circus Indonesia (OCI) sejak 1997

|
Dokumentasi Komnas HAM
SIRKUS OCI - Komisioner Komnas HAM Uli Parulian Sihombing dalam konferensi pers Komnas HAM di Kantor Komnas HAM, Jakarta, Sabtu (11/3/2023). Ia mengungkap empat bentuk dugaan pelanggaran HAM di sirkus OCI. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menyatakan telah melakukan pemantauan terhadap dugaan pelanggaran HAM yang terjadi di lingkungan Oriental Circus Indonesia (OCI) sejak tahun 1997.

Temuan tersebut mencakup pelanggaran terhadap hak anak, khususnya yang menjadi pemain sirkus di Sarua, Bogor, Jawa Barat.

"Komnas HAM telah menangani kasus ini sejak 1997 dan saat itu menemukan dugaan pelanggaran hak asasi manusia," kata Koordinator Subkomisi Penegakan HAM Komnas HAM, Uli Parulian Sihombing dalam keterangannya, Jumat (18/4/205). 

Temuan Komnas HAM pada saat itu meliputi empat bentuk pelanggaran yakni hak anak untuk mengetahui asal-usul dan identitasnya, kebebasan dari eksploitasi ekonomi, hak atas pendidikan umum yang layak, serta hak atas perlindungan keamanan dan jaminan sosial.

Komnas HAM menilai meski telah berjalan puluhan tahun, kasus ini belum memperoleh penyelesaian yang tuntas.

Baca juga: Taman Safari Indonesia Klarifikasi Isu Eksploitasi Eks Pemain Sirkus OCI

Atas hal ini, Komnas memberikan dua rekomendasi.

Pertama, Komnas HAM meminta agar kasus ini diselesaikan secara hukum atas tuntutan kompensasi untuk para mantan pemain OCI.

Kedua, Komnas HAM meminta agar asal-usul para pemain sirkus OCI segera dijernihkan.

“Hal ini sangat penting untuk mengetahui asal-usul, identitas, dan hubungan kekeluargaannya,” kata Uli.

Baca juga: Polri Dalami Kasus Dugaan Eksploitasi Mantan Pemain Sirkus OCI Jika Ada Laporan

Diketahui sejumlah mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) buka suara soal kekerasan yang diterima mereka selama bekerja di tempat hiburan keluarga itu.

Seorang korban, Fifi, mengaku mendapat perlakuan kejam.

Ia sempat diseret hingga dikurung di kandang macan.

Mendapati perlakuan kejam, ia mengaku sempat kabur.

"Saya sempat diseret dan dikurung di kandang macan, susah buang air besar. Saya nggak kuat, akhirnya saya kabur lewat hutan malam-malam, sampai ke Cisarua. Waktu itu sempat ditolong warga, tapi akhirnya saya ditemukan lagi,” tutur Fifi di hadapan Wakil Menteri HAM, Selasa, dilansir Tribun Jabar.

Bukannya dilakukan evaluasi, Fifi malah kembali mendapat siksaan yang berkali-kali lipat lebih kejam.

Setelah kembali, ia diseret, dipasung hingga disetrum di bagian sensitifnya.

"Saya diseret, dibawa ke rumah, terus disetrum,” ujar Fifi dengan suara lirih.

Selain mendapatkan kekerasan, Fifi ternyata juga tak mengetahui identitas aslinya.

Sejak lahir, Fifi memang dibesarkan di lingkungan sirkus tanpa mengetahui siapa orang tuanya.

Ia diambil salah satu bos sirkus saat ia baru lahir.

Belakangan terungkap bahwa Fifi anak seorang pemain sirkus lainnya bernama Butet.

Saat beranjak dewasa, Butet mengaku menyerahkan Fifi untuk diasuh orang lain lantaran belum memiliki kehidupan yang layak.

Terpisah, pendiri Oriental Circus Indonesia (OCI), Tony Sumampau memberikan bantahan.

Ia mengungkap asal-usul para pemain di kelompok sirkus di tempatnya.

Tony mengatakan jika sebagian anak yang bergabung dalam kelompok sirkusnya berasal dari panti asuhan. 

Hal tersebut dikarenakan orang tua Tony, memiliki kebiasaan untuk menampung anak-anak.

"Orang tua itu suka menampung anak, jadi dari bayi entah anaknya siapa itu, ternyata waktu saya tanya 'ini anak dari mana?' katanya anak dari panti asuhan. 'Panti asuhannya di mana?', 'di daerah dekat Kalijodo'. 'Kenapa diambil?', dia bilang 'saya suka sumbang, sumbang uang untuk panti asuhan'," kata Tony dalam bincang bersama media, di kawasan Jakarta Selatan, Kamis (17/4/2025).

Tony menyebutkan anak-anak tersebut diambil sejak usia dini dan dibesarkan oleh keluarganya, sampai nantinya dilatih untuk menjadi pemain sirkus.

"Jadi dari bayi gitu kan tumbuh lama, dibesarkan sampai usia 6-7 tahun baru kami bawa dia ke sirkus, dan kami latih," papar Tony.

Lebih lanjut, dia pun menjawab tuduhan anak-anak yang tergabung di dalam OCI merupakan korban penculikan.

Dia pun menampik hal tersebut, Tony mengatakan hina sebagian besar anak yang dibawa ke sirkus berasal dari hubungan gelap, sehingga tak diketahui identitas ayah mereka.

"Setahu saya itu anak-anak dari hubungan gelap. Bapaknya pasti enggak ada yang tahu, ibunya pasti tahu, panti asuhan tahu. Tapi bapaknya pasti gak tahu, karena anak itu kan anak, kita hanya enggak enak kalau bicara melukai hati anak-anak itu," ucap Tony. 

"Tapi memang kejadiannya seperti itu. Saya kira kalau memang ibu bapak mau ngecek pasti ketemu lah di Kalijodo itu. dulu ya," pungkasnya

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan