Pemain Sirkus dan Kehidupannya
Kisah Pilu Mantan Pemain Sirkus OCI: Sampai Sekarang Saya Tidak Tahu Siapa Orang Tua Saya
Lisa mengungkap kisah masa kecilnya yang penuh kekerasan di lingkungan Oriental Circus Indonesia (OCI) Taman Safari Indonesia, Cisarua, Bogor.
Penulis:
Igman Ibrahim
Editor:
Adi Suhendi
Lisa bahkan mengaku pernah diberi tahu bahwa dirinya adalah anak yang dijual.
“Saya minta akta, KTP, tapi nggak pernah dikasih. Katanya saya anak yang dijual. Sampai sekarang saya nggak tahu siapa orang tua saya. Identitas saya pun nggak ada,” ungkap Lisa.
Selain kekerasan dan kehilangan identitas, Lisa juga menyebut dirinya tidak pernah mendapat pendidikan formal.
Ia hanya diajari menulis dan berhitung secara terbatas karyawan sirkus.
Setiap hari, sejak usia dini, ia harus bangun pagi untuk latihan, menjalani rutinitas keras, dan tampil di pertunjukan sirkus dua kali sehari.
Tidak ada waktu untuk bermain layaknya anak-anak pada umumnya.
“Saya keluar dari sirkus setelah umur 19 tahun. Saya minta izin baik-baik, tapi tetap tidak dikasih identitas. Dibilang, saya yang memelihara kamu, kok kamu yang ambil,” kata Lisa.
Sebelumnya, Pemilik sekaligus Direktur Taman Safari Indonesia (TSI) Group, Jansen Manansang, membantah keras tuduhan adanya penyiksaan dan pelanggaran HAM terhadap pemain Oriental Circus Indonesia (OCI) yang beroperasi di kawasan Taman Safari.
Ia menegaskan, kasus ini sejatinya pernah diinvestigasi oleh Komnas HAM sejak tahun 1997 dan hasilnya menyatakan tidak ditemukan penyiksaan.
“Pada tahun 1997 memang terdapat adanya pelaporan Komnas HAM terkait dengan pelanggaran (HAM) anak-anak pemain sirkus, termasuk penganiayaan dan menyiksa pemain sirkus di lingkungan Oriental,” ujar Jansen dalam Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) bersama Komisi III DPR RI pada Senin (21/4/2025).
Menurutnya, Komnas HAM saat itu membentuk tim pencari fakta yang melakukan penyelidikan, termasuk wawancara dengan pihak pengelola, pengacara, pelapor, dan juga kunjungan langsung ke lokasi sirkus.
"Dari Komnas HAM melakukan investigasi dengan membentuk tim pencari fakta untuk menyelidiki laporan-laporan kasus tersebut,” kata Jansen.
Hasil penyelidikan itu, lanjut Jansen, kemudian dituangkan dalam rekomendasi resmi dari Komnas HAM yang menyebut tidak ada penyiksaan terhadap pemain sirkus.
“Dalam rekomendasi tersebut, yaitu tertuang bahwa tidak ada penganiayaan dan penyiksaan,” tegasnya.
Tak hanya itu, Jansen juga menyebut bahwa pihak Oriental Circus Indonesia telah melaksanakan semua rekomendasi yang diberikan oleh Komnas HAM, termasuk soal pendidikan anak-anak pemain sirkus.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.