Wacana Pergantian Wapres
Sosok Try Sutrisno, Mantan Panglima ABRI yang Dukung Pencopotan Gibran dari Jabatan Wapres
Sebanyak 103 purnawirawan jenderal, 73 laksamana, 65 marsekal, dan 91 kolonel, mendukung pencopotan Gibran dan sudah membubuhkan tanda tangan.
Penulis:
Rifqah
Editor:
Bobby Wiratama
Setelahnya, Soeharto mulai menyukai Try Sutrisno dan sejak saat itu, karier militer Try Sutrisno meroket.
Pada tahun 1978, Try Sutrisno diangkat menjadi Kepala Staf di KODAM XVI/Udayana.
Setahun kemudian, ia menjadi Panglima KODAM IV/Sriwijaya, di mana ia memulai kariernya.
Sebagai Pangdam, Try Sutrisno pindah untuk menekan tingkat kejahatan serta menghentikan penyelundupan timah.
Dia bahkan berpartisipasi dalam kampanye lingkungan untuk mengembalikan gajah Sumatera ke habitat alami mereka.
Pada 1982, Try Sutrisno kemudian dipindahkan ke Jakarta dan diangkat menjadi Panglima KODAM V/Jaya.
Masa-masa ketika menjabat Pangdam V/Jaya itu, menjadi salah satu masa kelam dalam hidup Try Sutrisno.
Dia bersama Panglima ABRI saat itu, Benny Moerdani, adalah tokoh utama dalam tragedi Tanjung Priok 1984.
Sampai saat ini belum ada data pasti terkait jumlah korban dalam tragedi itu.
Dari pemerintah mengklaim ada 28 orang yang tewas dalam kerusuhan tersebut, tapi dari pihak korban tetap bersikeras bahwa jumlah korban yang tewas ada 700 orang.
Meski demikian, karier Try Sutrisno terus berkembang hingga pada 1985, ia diangkat menjadi Wakil Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD).
Hanya berselang setahun, pada 1986, ia diangkat sebagai KSAD dan menjabat selama dua tahun.
Setelah lengser, pada 1988, ia kemudian diangkat menjadi Panglima ABRI, di mana jabatan ini merupakan puncak kariernya di militer.
Masa jabatannya sebagai Panglima ABRI akhirnya berakhir pada 1993.
Sebagai Panglima ABRI, Sutrisno menghabiskan banyak waktu untuk menumpas pemberontakan di seluruh Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.