SWI dan IPR Beber Hasil Studi Indeks Daur Ulang Plastik, Ini Sejumlah Temuannya
Studi ini menunjukkan kinerja daur ulang plastik di Indonesia cukup baik, dengan tingkat daur ulang plastik total dari sampah pascakonsumsi moderat
Penulis:
Choirul Arifin
Editor:
Eko Sutriyanto
Inisiatif pengelolaan sampah telah berkembang di berbagai sektor, namun diperlukan kolaborasi dan sinergi lintas lembaga dan sektor untuk mengintegrasikan seluruh upaya tersebut dalam bentuk konkret.
Beberapa diantaranya adalah keterbukaan data dan insentif kebijakan, baik fiskal maupun regulasi, yang akan sangat menentukan kemajuan industri daur ulang.
Tanggapan Perwakilan Industri
Diskusi ini juga turut dihadiri beberapa perwakilan dari industri yang menghasilkan produk dengan kemasan berbahan plastik, di antaranya Unilever Indonesia, Nestlé Indonesia dan Aqua.
Ketiganya menegaskan komitmennya untuk mengambil peran aktif dalam menangani sampah plastik di seluruh rantai bisnisnya.
Maya Tamimi, Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation menyampaikan, perusahaannya mengambil peran aktif dalam menangani sampah plastik di seluruh rantai nilai bisnisnya.
Unilever Indonesia memiliki fokus yang kuat, jelas, terukur, dan sejalan dengan program pemerintah dalam hal pengurangan serta pengelolaan sampah plastik. Pada tahun 2024, Unilever Indonesia telah mengumpulkan dan mengelola 90,000 ton sampah plastik, lebih banyak dari yang digunakan untuk menjual produk-produknya.
"Upaya ini dicapai melalui jaringan bank sampah binaan, pengepul, TPS3R, dan Refuse-Derived Fuel (RDF). Kolaborasi adalah kunci menuju masa depan yang bebas sampah,” kata Maya.
Maruli Sitompul, Sustainability Delivery Lead Nestlé Indonesia juga menyampaikan langkah-langkah konkret yang telah diambil perusahaan, seperti penggunaan sedotan kertas di seluruh RTD (ready-to-drink) dan mendesain kemasan mereka menjadi kemasan daur ulang (monomaterial packaging).
Nestlé Indonesia juga melakukan pengumpulan sampah plastik sejumlah kemasan plastik yang mereka produksi/pakai. Untuk ini, mereka bekerja dengan para pengepul, pendaur ulang, dan TPS3R.
Perusahaan ini juga mendukung infrastruktur pengelolaan sampah dengan 10 MRF/TPS3R di Karawang melalui kolaborasi dengan KSM Sahabat Lingkungan dan pemerintah lokal. TPS3R ini mampu melayani hingga 6,000 rumah tangga di sekitar Karawang.
Astri Wahyuni, Public Affairs and Sustainability Director Aqua menyampaikan, ekosistem daur ulang di Indonesia terus berkembang di tengah tantangan seperti kualitas input dari sampah tercampur, harga produk RPET yang masih tinggi, dan kebutuhan insentif bagi pelaku.
“Saat ini, 75 persen produk AQUA sudah sirkular melalui galon guna ulang, lebih dari 96 persen kemasan dapat didaur ulang, dan seluruh produk mengandung hingga 25 persen material daur ulang," ungkap Astri.
Pihaknya juga membangun berbagai infrastruktur daur ulang, mulai dari bank sampah hingga Recycling Business Unit (RBU). "Sebagai inovator kemasan 100 persen rPET melalui Aqua Life sejak 2018, kami berharap pemerintah menyiapkan kebijakan yang memperkuat solusi sistemik dan menjamin kesempatan yang sama bagi pelaku industri daur ulang di Indonesia,” jelas Astri.
Studi dilakukan selama periode Juli hingga Desember 2024 dengan pendekatan hulu-hilir, metode pengumpulan data melalui wawancara sekitar 700 pelaku rantai nilai plastik dan data sekunder berdasarkan data pemerintah, BPS, dan literatur. (tribunnews/fin)
Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya
A member of

Follow our mission at www.esgpositiveimpactconsortium.asia
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.