Minggu, 24 Agustus 2025

Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut

Imbas Ledakan Amunisi Kadaluwarsa di Garut, Dedi Mulyadi Minta Warga Sipil Tak Dilibatkan Lagi

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendesak agar warga sipil tak dilibatkan lagi dalam aktivitas pemusnahan amunisi tak layak pakai milik TNI.

Kolase Dokumentas | TribunJabar.id
PEMUSNAHAN BOM KEDALUWARSA - (Kiri) TKP belasan orang dilaporkan menjadi korban tewas saat pemusnahan amunisi atau bom kedaluwarsa di Desa Sagara, Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, Jawa Barat, Senin (12/5/2025) pagi. (Kanan) Foto kantong mayat yang berisi jasad para korban ledakan ini. Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi mendesak agar warga sipil tak dilibatkan lagi dalam aktivitas pemusnahan amunisi tak layak pakai milik TNI. 

TRIBUNNEWS.COM - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi menyoroti adanya sembilan warga sipil yang menjadi korban jiwa dalam tragedi ledakan amunisi kadaluwarsa di Garut, Jawa Barat.

Diketahui, salah satu warga sipil yang menjadi korban ledakan tersebut ternyata telah lama bekerja membantu anggota TNI di lokasi peledakan amunisi milik TNI tersebut selama satu dekade.

Menanggapi hal tersebut, Dedi menegaskan soal boleh tidaknya warga membantu TNI adalah kewenangan Mabes TNI untuk menjelaskannya.

Dedi memilih untuk fokus melakukan penanganan sosial bagi korban dan keluarga korban ledakan.

“Mereka bekerja membantu teman-teman anggota TNI di sana. Soal boleh atau tidaknya, itu kewenangan Mabes TNI untuk menjelaskan,” kata Dedi dilansir Tribun Jabar, Rabu (14/5/2025).

Terkait pelibatan warga sipil dalam aktivitas berisiko tinggi seperti peledakan amunisi tak layak pakai ini, Dedi menilai harus ada evaluasi.

Menurut Dedi sebaiknya warga sipil tak boleh dilibatkan lagi dalam kegiatan ini mengingat peledakan amunisi tak layak pakai memiliki risiko yang tinggi.

Sementara warga sipil bukanlah orang-orang terlatih seperti para anggota TNI.

“Kalau saya, sebaiknya warga sipil tidak lagi dilibatkan dalam kegiatan seperti itu. Risikonya terlalu tinggi, dan mereka bukan orang yang terlatih,” tegas Dedi.

Dedi menambahkan, meski warga sipil mengklaim mereka sudah terlatih sekalipun, Dedi menegaskan penanganan amunisi ini jelas bukan tanggung jawab warga sipil.

Sehingga lebih baik dilakukan seluruhnya di ranah militer.

“Pekerjaan itu berada di ranah militer, bukan sipil,” imbuhnya.

Baca juga: Cerita Korban Selamat Ledakan di Garut, Terkena Serpihan Tulang Korban Lain hingga Baju Robek

Warga Akui Jadi Buruh Buka Selongsong, Dibayar Rp 150 Ribu Sehari

Sementara itu, Agus, seorang warga yang selamat dari ledakan di Garut tersebut mengaku selama ini bekerja sebagai buruh untuk membuka selongsong.

Setiap harinya, Agus bersama warga lainnya dibayar Rp 150 ribu per hari.

"Kami jadi buruh pak, buruh buka selongsong, per hari dibayar Rp 150 ribu," ungkap Agus.

Selama menjadi buruh, Agus biasanya bekerja hingga belasan hari.

Lamanya warga bekerja biasanya tergantung pada datangnya barang yang akan dimusnahkan.

Tak hanya mendapat upah dari membuka selongsong amunisi saja, biasanya Agus juga bisa mendapat uang dari menjual rongsokan dari sisa-sisa pemusnahan amunisi.

"Kadang Rp 50 ribu kadang Rp 100 ribu, ada iya (pengepulnya)," ucap Agus.

Baca juga: Anak Kenang Sosok Mayor Cpl Anda Rohanda Korban Ledakan di Garut, Terakhir Bertemu 28 April

Harus Jadi Perhatian Panglima TNI

Di sisi lain, anggota Komisi I DPR RI, Sukamta menilai tragedi ledakan pemusnahan amunisi di Garut harus mendapat perhatian serius dari para petinggi TNI, termasuk oleh Panglima TNI.

Pasalnya ledakan tersebut telah menghilangkan nyawa empat anggota TNI dan sembilan warga sipil.

Untuk itu Sukamta mendesak adanya penjelasan yang gamblang dari TNI, terutama terkait adanya warga sipil yang menjadi korban.

"Saya harapkan ada penjelasan yang gamblang dari pihak TNI terkait dengan korban sipil di lokasi pemusnahan," kata Sukamta kepada wartawan, Selasa, (13/5/2025).

Sukamta menilai, ledakan amunisi ini tak hanya terjadi di Garut, ada beberapa kasus serupa yang juga menyebabkan korban jiwa.

Baca juga: Panglima TNI Hadiri Upacara Pelepasan Jenazah Prajurit Korban Ledakan Amunisi di Garut

Di antaranya terdapat truk amunisi TNI AD yang meledak di Tol Gempol hingga menyebabkan satu anggota tewas.

Setahun yang lalu, ada juga ledakan di gudang amunisi TNI di Gunung Putri, Bogor. 

"Ini mestinya jadi perhatian serius Panglima TNI dan jajarannya, karena tingkat risikonya sangat tinggi," tegas Sukamta.

Lebih lanjut Sukamta juga mendesak adanya evaluasi menyeluruh terhadap SOP penyimpanan hingga pemusnahan amunisi.

"Karena amunisi atau bahan peledak kedaluwarsa mengalami degradasi, pembusukan, dan kerusakan struktural, yang membuatnya lebih tidak stabil dan rentan terhadap ledakan spontan," jelasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJabar.id dengan judul Dedi Mulyadi Soroti Ledakan Amunisi Kedaluwarsa di Garut: "Warga Sipil Tak Boleh Terlibat Lagi.

(Tribunnews.com/Faryyanida Putwiliani/Reza Deni/Rifqah)(Tribun Jabar/Deanza Falevi)

Baca berita lainnya terkait Bahan Peledak Kedaluwarsa Maut di Garut.

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan