Polemik UKT di Perguruan Tinggi Negeri
Demo Tolak Kenaikan UKT di Universitas Cenderawasih Ricuh, 3 Polisi Luka dan Truk Dalmas Dibakar
Demonstrasi tolak kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua berujung ricuh, Kamis (22/5/2025). 3 polisi luka.
Penulis:
Adi Suhendi
TRIBUNNEWS.COM, JAYAPURA - Demonstrasi tolak kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT) di Universitas Cenderawasih, Jayapura, Papua berujung ricuh, Kamis (22/5/2025).
Unjuk rasa yang diikuti ratusan mahasiswa tersebut mengusung tema "Stop Kapitalisasi dan Komersialisasi Pendidikan di Uncen; Segera Turunkan SPP."
Aksi dimulai pukul 08.14 WIT dengan persiapan alat peraga, kemudian diikuti orasi dari Ketua Umum BEM Universitas Cenderawasih (Uncen), Yanes Hisage.
Dalam orasinya, Yanes menyatakan bahwa kenaikan UKT membuat mahasiswa Papua semakin kesulitan.
Ia juga menekankan bahwa universitas tidak boleh dijadikan ajang bisnis dan menolak keterlibatan pihak perusahaan dalam operasional kampus.
Baca juga: Akademisi Uncen: Walk Out Delegasi RI di KTT Melanesian Bukti Ketegasan Indonesia Soal Kedaulatan
Pada pukul 08.50 WIT, perwakilan mahasiswa melakukan negosiasi dengan Plt Kepala Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Uncen, Chris Jan Rumsano, yang menyatakan bahwa tidak ada kenaikan UKT dan mengajak mahasiswa untuk berdiskusi lebih lanjut.
Namun, massa tetap melanjutkan aksi dan massa bertambah banyak ketika mahasiswa dari Fakultas Teknik dan FMIPA bergabung.
Situasi sempat memanas sekitar pukul 09.56 WIT ketika Wakil Ketua BEM Uncen, Nando Tibul, berorasi dari atas mobil Polresta Jayapura.
Aksi saling dorong antara aparat kepolisian dan mahasiswa pun terjadi dan diwarnai aksi pemukulan terhadap aparat kepolisian oleh massa aksi.
Baca juga: BEM Uncen Minta Pengadilan Tipikor Jayapura Keluarkan Surat Penahanan Terhadap Plt Bupati Mimika
Situasi semakin memanas. Massa kemudian membakar truk milik Polresta Jayapura Kota.
Baku lempar antara mahasiswa kontra aparat keamanan pecah.
Polisi pun mengambil tindakan tegas untuk membubarkan massa.
Aparat dengan penggunaan water cannon dan gas air mata bergerak membubarkan massa.
Akibat demonstrasi yang berujung ricuh tersebut, sejumlah anggota kepolisian terluka parah hingga harus dilarikan ke RS Bhayangkara.
Polisi mengklaim demonstrasi berujung ricuh dipicu karena mahasiswa ingin melumpuhkan aktivitas kampus dengan menutup pintu pagar gapura.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.