Kamis, 21 Agustus 2025

Konflik Iran Vs Israel

Eks Dubes RI Untuk Iran Sebut Indonesia Tak Punya Pengaruh Untuk Cawe-cawe di Konflik Timur Tengah

Dian Wirengjurit memandang Indonesia tidak punya pengaruh untuk mengatasi konflik di kawasan Timur Tengah.

Penulis: Gita Irawan
Editor: Wahyu Aji
Tangkapan layar kanal Youtube Forum Diskusi Denpasar 12
Konflik Timur Tengah - Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Iran (2012 - 2016) Dian Wirengjurit dalam Forum Diskusi Denpasar 12 Edisi Ke-236 bertajuk "Senjata Nuklir atau Pergantian Rezim? Perkembangan Perang Israel-Iran"  yang disiarkan di kanal Youtube Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu (25/6/2025). Dian memandang Indonesia tidak punya pengaruh untuk mengatasi konflik di kawasan Timur Tengah. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Duta Besar Republik Indonesia (Dubes RI) untuk Iran (2012 - 2016) Dian Wirengjurit memandang Indonesia tidak punya pengaruh untuk mengatasi konflik di kawasan Timur Tengah.

Hal itu karena menurutnya Indonesia tidak punya faktor penunjang khususnya dalam konflik Israel-Palestina.

Hal itu disampaikannya dalam Forum Diskusi Denpasar 12 Edisi Ke-236 bertajuk "Senjata Nuklir atau Pergantian Rezim? Perkembangan Perang Israel-Iran" yang disiarkan di kanal Youtube Forum Diskusi Denpasar 12 pada Rabu (25/6/2025).

"Satu, kita belum mengakui Israel, bagaimana kita berperan? Kedua, kalau bantuan kemanusiaan, kita mengirim dua kontainer (ke Gaza) seakan-akan sebuah berita besar pada tataran nasional, tapi maaf pada tataran internasional dua kontainer tidak terlalu signifikan," ujarnya.

"Karena ratusan kontainer dari berbagai negara masuk dengan lebih mudah karena mereka tahu salurannya, sementara kita masih bingung mencari salurannya karena misalnya Gaza dalam konteks itu ditutup oleh Israel," ucap dia.

Selain itu, menurutnya saat ini perhimpunan bangsa-bangsa di Asia Tenggara (ASEAN) pun lumpuh. 

Menurut dia, hal itu dibuktikan dari berbagai konflik di kawasan Asia Tenggara yang gagal diselesaikan melalui wadah ASEAN.

Konflik itu, lanjut dia, antara lain antara Indonesia dengan Timor-Timor, Indonesia dengan Malaysia dalam konteks Pulau Sipadan-Ligitan, Thaildan dengan Kamboja, hingga Filipina dengan China dalam kasus Kepulauan Spratly.

"Kita tidak bisa cawe-cawe di Timur Tengah, seperti kita, maaf ya, mau cawe-cawe di Ukraina dengan kunjungan presiden kita beberapa hari setelah Rusia menyerang, hasilnya apa? Tidak ada. Mungkin gandum. Tapi bukan dalam konteks perdamaiannya yang kita dengan gagahnya menyatakan Indonesia siap berperan. Kita tidak punya leverage (pengaruh)," lanjut dia.

Justru, menurutnya China lebih punya pengaruh dalam konflik di Timur Tengah.

Ia mencontohkan dalam hal konflik kelompok di dalam Palestina dan konflik Iran-Arab Saudi.

Dian mencatat pada Juli tahun lalu, China berhasil mendatangkan perwakilan kelompok Fatah dan Hamas ke Beijing untuk mulai berdialog. 

Meskipun hasilnya belum signifikan, kata dia, minimal China telah merintis komunikasi antardua kelompok di Palestina yang berseteru itu.

"Kalau mau jujur lagi, lebih nyata lagi, siapa yang mendamaikan Arab Saudi dan Iran? Yang satu adalah 'kepala umat Islam yang katanya Sunni' yang satu lagi 'kepala umat Islam yang katanya Syiah'. Kita selalu bilang kita non-blok. Kita OKI. Kita moderat Islamnya. Tapi kenyataannya moderasi atau semua itu tidak laku, yang laku lagi-lagi China," ungkap dia.

"Siapa China? Ya komunis, ya bukan di kawasan, yang dari jauh, tapi bisa mendamaikan. Terus peran Indonesia di mana? Itulah yang saya bilang kita tidak punya leverage (pengaruh)," pungkasnya.

Dia juga mempertanyakan sikap resmi Pemerintah Indonesia yang hanya mengecam serangan Israel baik ke Iran pada Jumat (13/6/2025) maupun ke warga Gaza Palestina.

Padahal, kata dia, negara-negara lain secara tegas menyatakan mengutuk.

"Saya tidak tahu sikap kita. Kenapa kita, tadi kan sudah disinggung Mbak Dani (Jaleswari Pramodhawardhani) secara resmi mengecam? Sejumlah negara tegas-tegas menyatakan mengutuk. Kalau saya, kenapa sih kita takut-takut mengutuk) orang sudah jelas apa yang dilakukan Israel di Gaza itu adalah pembantaian," ungkap Dian.

"Juga kemarin ketika Israel mulai menyerang lebih dahulu sebuah negara yang anggota NPT (Perjanjian Non-Proliferasi Senjata Nuklir) diserang oleh negara non anggota NPT yang memiliki senjata nuklir, tapi kita hanya mengecam. Kenapa kita tidak mengutuk sih? Jelas negara NPT itu mematuhi aturan-aturan NPT," lanjut dia.

Berbagai media sebelumnya menyebut Indonesia dan 22 negara lainnya mengecam serangan Israel terhadap Iran sejak 13 Juni 2025 dalam sebuah pernyataan bersama puluhan negara yang diinisiasi oleh Mesir.

Pernyataan bersama itu dikutip dari pernyataan yang dibagikan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) RI, Kamis (19/6/2025).

Negara tersebut antara lain Aljazair, Bahrain, Brunei Darussalam, Republik Chad, Uni Komoro, Republik Djibouti, Republik Arab Mesir, Republik Gambia, Republik Irak. Kemudian, Kerajaan Hashemite Yordania, Kuwait, Libya, Republik Islam Mauritania, dan Malaysia, Republik Islam Pakistan, Qatar, Arab Saudi, Republik Federal Somalia, Sudan, Turkiye, Kesultanan Oman, dan Uni Emirat Arab.

Baca juga: Rahasia Skenario Terburuk Bagi Indonesia Jika Perang Iran Vs Israel Berlangsung Panjang

Namun demikian, pada akun media sosial X resmi Kementerian Luar Negeri pada 13 Juni 2025 lalu, Indonesia secara tegas menyatakan mengutuk serangan Israel terhafap Iran dan menyebut tindakan tersebut pelanggaran hukum dan melemahkan dasar-dasar hukum Internasional.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan