Rabu, 24 September 2025

Kongres PDIP

Prananda Rangkul Puan di Bali, PDIP Kirim Sinyal Anti-Faksi Jelang Kongres

Momen keakraban keluarga Megawati di Bimtek PDIP Bali jadi pesan politik kuat: tak ada faksi, hanya satu suara banteng.

|
Dokumentasi PDIP/Monang Sinaga
BIMTEK PDIP - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri bersama putranya yang juga Ketua DPP PDIP Bidang Ekonomi Kreatif, M. Prananda Prabowo dan putrinya yang juga Ketua DPP PDIP, Puan Maharani saat hadir dalam Bimtek bagi anggota Fraksi PDIP se-Indonesia di Bali Beach Convention Center, Sanur, Denpasar, Bali, Rabu (30/7/2025). 

TRIBUNNEWS.COM,DENPASAR — Di tengah spekulasi soal faksi internal dan suksesi kepemimpinan, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) justru menyuguhkan momen simbolik yang menggugah: Prananda Prabowo merangkul Puan Maharani saat mengantar Megawati Soekarnoputri menuju ruang pengarahan dalam acara Bimbingan Teknis Fraksi PDIP di Sanur, Bali, Rabu (30/7/2025).

Megawati, Ketua Umum PDIP sekaligus Presiden ke-5 RI, tampak tersenyum menyaksikan keakraban dua anaknya. Gestur itu bukan sekadar kehangatan keluarga, tetapi juga pesan politik: PDIP tetap satu suara, bukan dua faksi.

Puan Maharani dan Prananda Prabowo adalah anak biologis Megawati Soekarnoputri dari ayah yang berbeda.

Puan Maharani adalah putri Megawati dari pernikahannya dengan Taufiq Kiemas, tokoh politik senior yang pernah menjabat sebagai Ketua MPR RI dan dikenal sebagai “Bapak Empat Pilar”. Sementara, Prananda Prabowo lahir dari pernikahan Megawati dengan Lettu Pnb Surindro Supjarso, perwira TNI AU yang gugur dalam tugas saat Prananda masih dalam kandungan.

Meski berasal dari latar keluarga berbeda, keduanya tumbuh dalam satu rumah ideologis PDIP dan sama-sama aktif dalam politik. Puan kini menjabat sebagai Ketua DPP Bidang Politik dan Ketua DPR RI, sementara Prananda memimpin Bidang Ekonomi Kreatif PDIP dan dikenal sebagai sosok strategis di balik layar.

“Tidak ada pemilahan kubu situation room yang digawangi Prananda atau faksi Senayan yang dikomandoi Puan. Semuanya lebur menjadi satu sebagai keturunan biologis maupun ideologis Soekarno,” ujar Direktur Eksekutif Nusakom Pratama Institute, Ari Junaedi.

Baca juga:  PDIP Tak Terbuka soal Kongres, Pengamat Sebut Wajar karena Khawatir Jokowi Cawe-cawe

Ari menilai bahwa foto keakraban antara Prananda dan Puan menyiratkan pesan politik yang kuat: tidak ada keretakan hubungan di antara anak-anak Megawati maupun di tubuh PDIP.

“Asumsi sebagian orang bahwa hubungan pribadi di antara anak-anak Megawati bermasalah nyatanya tidak,” ujar Ari.

Ia menambahkan, momen tersebut menunjukkan adanya kelompakan semangat bersatu, terutama menjelang Kongres VI PDIP yang krusial bagi arah partai ke depan.

“Tentunya, hal ini mengingat PDIP sekarang ini menjadi satu-satunya kekuatan ‘oposisi’ atau mitra strategis di luar pemerintahan, selain NasDem, yang berdiri di luar pemerintahan Prabowo-Gibran. Tentu saja semangat oposisi yang dibangun PDIP adalah kekuatan oposisi kritis yang konstruktif,” jelasnya

Isu Faksi dan Suksesi: PDIP di Persimpangan

Momen kehangatan itu muncul di tengah dinamika internal PDIP menjelang Kongres VI yang akan menentukan arah partai lima tahun ke depan.

Megawati, yang telah memimpin PDIP sejak tahun 2000, belum memastikan apakah akan kembali menjabat sebagai Ketua Umum.

Di sisi lain, muncul dua nama kuat sebagai calon penerus: Puan Maharani dan Prananda Prabowo.

Isu faksi pun mencuat, dengan sebagian kader menyebut adanya “faksi Senayan” dan “situation room” sebagai representasi dua kutub kekuatan.

Namun Ketua DPP PDIP Said Abdullah menegaskan bahwa perbedaan pendapat tidak berarti perpecahan.

“PDI Perjuangan solid bukan sekadar slogan. Harmoni beliau berdua sebagai anak biologis dan ideologis Ibu Mega dan PDI Perjuangan,” ujarnya.

Megawati: Jangan Sampai Partai Ini Mengecil

MEGAWATI SOEKARNOPUTRI - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat menyampaikan pidato dalam pengumuman calon kepala daerah PDIP gelombang kedua, di DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (22/8/2024). Terkini, Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto, menyebut mayoritas pengurus daerah (DPD) dan kader PDIP masih menginginkan Megawati melanjutkan kepemimpinannya sebagai ketua umum dalam kongres partai mendatang. 
MEGAWATI SOEKARNOPUTRI - Presiden Kelima RI sekaligus Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, saat menyampaikan pidato dalam pengumuman calon kepala daerah PDIP gelombang kedua, di DPP PDIP, Menteng, Jakarta, Kamis (22/8/2024). Terkini, Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto, menyebut mayoritas pengurus daerah (DPD) dan kader PDIP masih menginginkan Megawati melanjutkan kepemimpinannya sebagai ketua umum dalam kongres partai mendatang.  (Tribunnews.com/Fransiskus Adhiyuda)

Dalam pengarahan tertutup kepada lebih dari 3.200 anggota legislatif PDIP, Megawati menegaskan pentingnya menjaga kekuatan kolektif partai dan menjauhi kepentingan pribadi.

“Partai ini harus makin besar, jangan malah mengecil. Kita pernah dijajah 3,5 abad, apa kita mau dijajah lagi?” tegas Megawati.

Ia juga mengingatkan bahwa partai politik adalah tiang negara. Bila tiangnya rapuh, negara bisa runtuh.

Baca juga: Jimly Asshiddiqie: Putusan MK soal Pemilu Terpisah Bikin Prabowo Marah

Refleksi Politik: Simbol Kekeluargaan, Pesan Ideologis

Dalam politik, gestur sering kali berbicara lebih lantang dari pidato. Momen Prananda merangkul Puan bukan hanya menunjukkan kehangatan keluarga, tetapi juga menyampaikan pesan ideologis: PDIP tetap satu suara di bawah kepemimpinan Megawati.

Kongres mendatang bukan sekadar forum formal, tetapi titik krusial bagi arah PDIP: apakah tetap dipimpin Megawati, atau membuka jalan bagi regenerasi. Di tengah tekanan eksternal dan godaan pragmatisme politik, momen ini menjadi pengingat bahwa kekuatan PDIP terletak pada soliditas internal dan warisan ideologis Bung Karno.

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan