Selasa, 30 September 2025

Beras Oplosan

Harga Beras Cenderung Naik di Daerah, Penggilingan Padi Dukung Tindakan Tegas ke Pengoplos

Pengusaha penggilingan padi di daerah mendukung upaya serius pemerintah memberantas beras oplosan di pasaran.

Editor: Choirul Arifin
Tribun Jabar/ Nappisah
Pekerja mengangkut beras di pasar tradisional Kota Bandung, Rabu (13/8/2025). Harga beras di Kota Bandung cenderung naik meski pasokan di pasar melimpah. 

TRIBUNNEWS.COM, TUBAN - Pengusaha penggilingan padi di daerah mendukung upaya serius pemerintah memberantas beras oplosan di pasaran.

Pemberantasan beras oplosan dinilai akan membantu menjaga mutu beras yang dikonsumsi masyarakat.

Namun mereka pemerintah lebih menggencarkan lagi sosialisasi tentang standar dan kategorisasi beras ke masyarakat luas.

Beras oplosan adalah beras yang dicampur dari berbagai jenis atau kualitas, namun dikemas dan dijual sebagai beras premium. Praktik ini melanggar hak konsumen atas informasi yang jujur dan produk yang sesuai standar mutu.

Ahsan (35), pemilik usaha penggilingan padi di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, menyatakan mendukung kebijakan pemerintah pusat memerangi beras oplosan.

"Sangat membantu, hanya saja pemerintah belum bisa mensosialisasikan secara massif kategori beras premium dan medium sehingga masyarakat bisa tahu," ujarnya.

Ahsan mengatakan, selama ini pasokan gabah yang ia dapatkan masih langsung dari petani dan tengkulak lokal, terutama saat wilayah sekitar sedang panen raya.

"Sampai sekarang kabar beredarnya beras oplosan belum mempengaruhi harga beras," kata dia. Ahsan menegaskan isu beras oplosan saat ini tidak terlalu berpengaruh terhadap penjualan beras.

Namun dia berharap pemerintah segera melakukan edukasi menyeluruh tentang kategori beras, termasuk komposisi beras kepala, beras brok (patah), dan menir.

"Kalau beras premium itu beras kepala berapa persen, brokon berapa persen, menir berapa persen. Beras medium juga sama. Itu pun kalau dikategorikan hanya dua. Tapi di lapangan ada banyak kategori yang kami dengar, ada premium grade A dan seterusnya, ada medium A dan seterusnya," ujarnya.

Penggilingan beras Tuban
PENGGILINGAN PADI - Ahsan pemilik usaha penggilingan padi memeriksa tumpukan karung beras di penggilingan padi miliknya yang berada di Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025). 

Ahsan memasarkan beras produksinya langsung ke konsumen dan ke Gudang pengusaha beras dengan kategori pedagang lebih besar. 

Beras Oplosan Turunkan Mutu Beras

Peredaran beras oplosan membuat mutu beras yang dijual pedagang beras dan dibeli konsumen jadi merosot. Hal ini juga dikeluhkan pedagang beras yang berjualan di Pasar Sehat Margahayu, Kabupaten Bandung. 

Para pedagang mengaku stok beras di pasar tersebut masih relatif aman. Namun mereka mengeluhkan kualitas beras yang dinilai menurun dalam beberapa bulan terakhir.

Pedagang beras bernama Faisal (33) kepada Tribun Jabar mengatakan pasokan beras ke tokonya saat ini tetap lancar dari daerah Majalengka dan Ciparay. Namun, dirinya mengaku kualitas beras sering kali berubah-ubah.

"Kalau suplai mah aman, cuma kualitasnya itu. Sekarang dijual Rp15 ribu, tapi waktu stok datang lagi kualitasnya beda, jadi kurang bagus seperti sebelumnya. Yang bagus itu cuma beberapa kali saja, sekarang jarang," ujarnya kepada Tribun Jabar pada Rabu (13/8/2025).

Faisal menambahkan, kenaikan harga juga membuat keuntungannya semakin tipis. Sebelumnya, dirinya bisa menjual beras Rp13.500-14.000 per kilogram, namun kini harga terendah berada di kisaran Rp14.000-16.000.

"Sama sekali nggak ada untung besar, paling cuma 500 perak per kilo. Pembeli juga banyak yang ngeluh soal tekstur dan rasa, tapi saya nggak bisa berbuat banyak karena itu dari penggilingan," katanya.

Baca juga: Produksi Beras Naik, Harga di Pasar Tetap Melonjak Sejak Idul Adha

Pegadang beras lainnya, Risna (33) memilih berhati-hati dengan asal pasokan beras. Dirinya saat ini mengandalkan suplai dari Soreang yang sudah dikenalnya dan enggan mengambil dari luar daerah.

"Takutnya ada beras oplosan. Dulu saya ambil dari Majalengka atau daerah lain, tapi sekarang nggak. Saya jual di kisaran Rp14-16 ribu, kualitasnya naik-turun tapi masih menengah ke atas," ucapnya.

Fenomena di Pasar Sehat Margahayu ini berbeda dengan temuan di sejumlah daerah lain. 

Di mana, Ketua Umum Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi), Sutarto Alimoeso, sebelumnya memperkirakan pasokan beras secara nasional akan berkurang akibat turunnya suplai gabah dan penutupan sejumlah penggilingan padi.

Ombudsman RI juga menemukan 10 dari 23 penggilingan padi di Kecamatan Tempuran, Karawang, Jawa Barat, tutup karena persaingan dan kekhawatiran berjualan di tengah kondisi pasar saat ini. 

Hasil sidak menunjukkan stok beras di penggilingan hanya tersisa 5-10 persen dari kapasitas normal, bahkan di beberapa pasar rak beras diganti dengan air kemasan.

Serap Gabah Petani di Tulungagung

Fahrurozi, pemilik usaha penggilingan padi di Kecamatan Ngantru, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, Rabu (13/8/2025), menuturkan, sejumlah merek beras premium ditarik dari pasaran, namun penyerapan gabah petani masih berjalan normal.

“Sejumlah merek ditarik dengan alasan setop produksi atau ada sidak. Tapi di lapangan masih ada pembelian gabah petani,” ungkapnya.

Rozi menduga, setop produksi itu sekedar strategi pabrik besar untuk menunggu situasi reda. Dengan modal besar pabrik masih bisa menyerap gabah petani sebanyak-banyaknya.

Jika situasi dianggap sudah kondusif, mereka siap produksi dan membanjiri pasar dengan produknya.

“Situasi ini tidak menguntungkan pemilik penggilingan padi, karena bahan baku dari petani harganya masih tinggi. Di Tulungagung, gabah dari petani di harga Rp 7.800 sampai Rp 7.900 per kilogram,” ujar Rozi.

Lanjutnya, saat pabrik besar berhenti produksi seharusnya kekosongan barang bisa diisi penggilingan kecil.

Namun penggilingan juga mengalami kesulitan produksi, karena bahan baku sudah diserap pabrik.

Bahkan karena harganya sudah mepet, banyak penggilingan yang memilih bekerja sama dengan pabrik besar dengan memasok bahan setengah jadi berupa beras pecah kulit.

“Sudah jarang penggilingan yang sampai memproduksi beras jadi. Rata-rata memasok beras pecah kulit ke pabrik,” katanya.

Sebenarnya penggilingan digandeng Bulog untuk memasok beras medium di harga Rp 12.800 sampai Rp 12.900 per kilogram.

Namun tawaran ini dianggap kurang menarik, karena mereka bisa menjual langsung ke pasar sebagai beras curah Rp 13.000 per kilogram.

Pedagang nantinya akan menjual beras ini di harga Rp 13.500 per kilogram ke konsumen.

Sementara mereka juga bersaing dengan pabrik yang membuat produk dari rentang harga terendah di kelas medium sampai di kelas premium.

Rozi memaparkan, sebelumnya dalam seminggu kapasitas produksinya bisa mencapai 2 ton beras curah.

Namun karena pabrik juga mengeluarkan beras medium yang jadi segmen penggilingan, produksinya sekarang berkurang menjadi 2 kuintal per minggu.

“Selama ini kami sudah bersaing dengan pabrik di semua segmen harga. Mereka menang karena punya brand,” tegasnya.

Rozi pun merasakan, penertiban beras oplosan ini belum membawa dampak ke penggilingan dan pengusaha beras kecil di daerah.

Meski demikian ia mendukung kebijakan pemerintah memberantas beras oplosan dan berharap kebijakan ini ke depan membawa dampak positif ke pengusaha kecil seperti dirinya. 

Terbongkarnya Beras Oplosan

Terbongkarnya beras oplosan merupakan hasil investigasi Kementerian Pertanian (Kementan).

Mentan Andi Amran Sulaiman melaporkan temuan beras tidak sesuai standar kepada Satgas Pangan Mabes Polri dan Kejaksaan Agung.

Hasilnya dilakukan pemeriksaan terhadap 26 merek beras. Kemudian 40 merek lainnya akan segera menyusul untuk dilakukan pemeriksaan.

Dia mengatakan Kementan sebelumnya sudah melakukan investigasi terhadap 268 sampel beras yang beredar di masyarakat. Hasilnya ada 212 sampel yang dinyatakan tidak memenuhi standar.

Mulai dari tidak sesuai kualitas hingga takaran timbangannya tidak sesuai. Misalnya di kemasan tertera 5 Kg, namun saat dilakukan penimbangan tidak sesuai.

Amran memahami kasus beras oplosan di masyarakat saat ini menjadi heboh. Namun dia mengungkap fakta yang lebih mengejutkan. Yaitu beras yang dijual benar-benar tidak sesuai spesifikasinya. Bukan dicampur atau dioplos antara yang sesuai dengan tidak sesuai spesifikasinya.

“Ini bukan sekadar kasus beras oplosan. Ini lebih dari itu. Beras kualitas biasa dijual sebagai premium tanpa proses pencampuran. Ini adalah manipulasi yang merugikan masyarakat,” jelas Amran.

Baca juga: Kapolri Cek Langsung Pendistribusian 27 Ton Beras SPHP di Banten, Pastikan Stabilitas Harga Pangan

Dari hasil pengawasan bersama terdapat sekitar 90 persen sampel yang diperiksa tidak memenuhi standar.

Pemerintah menyampaikan apresiasi kepada pelaku usaha yang telah secara sukarela menarik dan menyesuaikan harga produk mereka dengan kualitas sebenarnya.

Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus Badan Reserse Kriminal Polri menetapkan tiga orang tersangka lagi dalam kasus beras yang tidak sesuai dengan standar mutu atau beras oplosan. Tiga tersangka yang ditetapkan kali ini berasal dari PT Padi Indonesia Maju (PIM).

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Brigadir Jenderal Helfi Assegaf mengatakan ketiga tersangka itu yakni Presiden Direktur PT PIM berinisial S, Kepala Pabrik PT PIM inisial AI, dan Kepala Quality Control PT PIM inisial DO.

“Berdasarkan fakta hasil penyidikan, penyidik telah melaksanakan gelar perkara dan telah menemukan alat bukti yang cukup untuk menentukan tiga orang tersangka sesuai dengan peran dan perbuatan yang dilakukan,” kata Helfi dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Selasa (5/8/2025).

Definisi Beras Premium

Beras premium yang dipasarkan pedagang adalah jenis beras dengan mutu terbaik yang memenuhi standar kualitas tinggi sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian No. 31 Tahun 2017 dan SNI 6128:2015. 

Beras ini ditujukan untuk konsumen yang mengutamakan kualitas dan estetika dalam konsumsi beras sehari-hari.

Kriteria Mutu Beras Premium:

- Persentase butir patah: Maksimal 15 persen

- Kadar air: Maksimal 14 persen

- Derajat sosoh: Minimal 95 persen (menunjukkan tingkat penggilingan yang tinggi)

- Butir kepala (utuh): Minimal 85%

- Butir menir (halus): Maksimal 0,5%

- Butir berwarna (merah, kuning, hitam): Maksimal 0,5%
- Benda asing dan gabah: Tidak boleh ada

Beras premium biasanya memiliki tampilan yang lebih bersih, seragam, dan menarik.  Rasanya pun cenderung lebih pulen dan wangi, tergantung varietasnya.

Laporan Reporter: Muhammad Nurkholis dan David Yohanes dan Adi Ramadhan Pratama | Sumber: Tribun Jatim

 

 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan