Selasa, 19 Agustus 2025

HUT Kemerdekaan RI

HUT ke-80 RI, Masyarakat Hendaknya Memahami Makna Kemerdekaan yang Lebih Dalam

Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-80 pada 17 Agustus 2025.

Editor: Wahyu Aji
Dok. pribadi
Refleksi HUT RI di Papua - Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-80 pada 17 Agustus 2025. Memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia Founder Restorasi Jiwa Indonesia, Syam Basrijal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menyelami makna kemerdekaan. 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia merayakan hari ulang tahun (HUT) ke-80 pada 17 Agustus 2025.

Memperingati 80 tahun kemerdekaan Indonesia Founder Restorasi Jiwa Indonesia, Syam Basrijal mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk selalu menyelami makna kemerdekaan yang lebih dalam, yakni kemerdekaan batin.

Makna kemerdekaan bagi bangsa Indonesia bukan hanya sekadar bebas dari penjajahan, tetapi juga mencerminkan kedaulatan, kebebasan menentukan nasib sendiri, dan tanggung jawab kolektif untuk membangun bangsa.

Restorasi Jiwa Indonesia adalah sebuah gerakan nasional yang berfokus pada pemulihan kesehatan mental, kesadaran diri, dan spiritualitas produktif di tengah masyarakat Indonesia.

Syam mengingatkan bahwa usia 80 tahun bukan sekadar angka, melainkan jarak panjang yang ditempuh sebuah bangsa melewati berbagai tantangan sejarah, politik, dan perubahan zaman.

Ia menegaskan bahwa usia kemerdekaan ini seharusnya melahirkan kebijaksanaan dan kejelasan arah masa depan, bukan hanya kebanggaan akan masa lalu.

“Usia ini adalah fase kematangan yang seharusnya melahirkan kebijaksanaan—bukan sekadar kebanggaan masa lalu, melainkan kejelasan arah masa depan,” ujar Syam Basrijal dalam keterangan persnya, Jumat (15/8/2025).

Syam pun mengajak seluruh bangsa Indonesia untuk mempertanyakan kembali, apakah kemerdekaan yang selalu dirayakan selama ini sudah benar-benar menjadi kemerdekaan sejati.

“Kita memang tak lagi di bawah kolonialisme fisik, tetapi benarkah kita telah merdeka dari penjajahan bentuk lain—penjajahan pikiran, keserakahan, korupsi nilai, dan ketakutan kolektif yang membuat kita saling curiga?” tuturnya.

Meskipun Indonesia sudah terbebas dari kolonialisme fisik, masih banyak warga yang terbelenggu oleh bentuk penjajahan lain, seperti penjajahan pikiran, keserakahan, korupsi nilai, dan ketakutan kolektif yang menimbulkan saling curiga.

Ia menggambarkan situasi ini sebagai kemerdekaan yang tersisa di luar, namun terpenjara di dalam, di mana banyak jiwa belum bebas karena takut bersuara akibat ancaman sosial dan politik.

“Adanya kelompok yang memandang perbedaan sebagai ancaman, serta pejabat yang menjual integritas demi keuntungan sesaat. Inilah bentuk penjajahan batin yang mengendalikan hati dengan ego, nafsu, dan prasangka,” ujarnya.

Syam menegaskan bahwa jika kemerdekaan 1945 adalah pembebasan tubuh bangsa, maka kemerdekaan saat ini haruslah pembebasan jiwa bangsa.

Pembebasan tersebut hanya mungkin terjadi dari keberanian kolektif untuk mengakui luka sejarah, melihat ketidakadilan masa kini, dan memilih jalan penyembuhan daripada dendam.

“Kemerdekaan sejati berdiri di atas integritas yang tak bisa ditawar. Ia menolak segala bentuk manipulasi, korupsi, dan penyelewengan, meski di baliknya ada janji kekuasaan atau keuntungan,” ujar Syam Basrijal.

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan