Senin, 6 Oktober 2025

Hacker Bjorka dan Kiprahnya

Bertolak Belakang, Hacker Bjorka Tak Punya Background Pendidikan IT, Belajar Boga, tapi Tak Lulus

Keluarga mengatakan hacker Bjorka hanya pernah belajar boga saat bersekolah di SMKN 3 Manado. Itu pun Bjorka tak lulus, hanya sampai kelas XI.

Tribun Manado/Liong Tundunaung
SEKOLAH HACKER BJORKA - Foto SMKN 3 Manado yang beralamat di Kecamatan Tikala, Kota Manado, Sulawesi Utara. WFT alias hacker Bjorka pernah belajar boga di SMKN 3 Manado, namun hanya sampai kelas XI alias tak lulus. Bjorka diamankan di rumah kekasihnya di Rumah Jaga V, Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (23/9/2025). 

TRIBUNNEWS.com - Wahyu Firmansyah Taha alias WFT alias hacker Bjorka (23) tak punya latar belakang pendidikan di bidang informasi dan teknologi (TI) meski ia memiliki keahlian meretas.

Tante Bjorka, Risna Taha, mengungkapkan sang keponakan hanya pernah belajar tata boga saat menempuh pendidikan di SMKN 3 Manado, Sulawesi Utara.

Tata boga adalah disiplin ilmu yang berfokus pada persiapan, pengolahan, dan penyajian makanan serta minuman.

Meski demikian, Bjorka tak lulus. Ia hanya bersekolah sampai kelas XI saja.

Karena itu, Risna mengaku kaget saat tahu keponakannya ditangkap karena kasus peretasan.

"Kaget, kayak percaya nggak percaya. Masa sih dia bisa seperti itu (meretas)" kata Risna saat ditemui TribunManado.co.id, Jumat (3/10/2025).

HACKER BJORKA DITANGKAP - Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap pemilik akun X atas nama Bjorka berinisial WFT (22) terkait kasus ilegal akses data nasabah salah satu bank swasta.
HACKER BJORKA DITANGKAP - Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya menangkap pemilik akun X atas nama Bjorka berinisial WFT (22) terkait kasus ilegal akses data nasabah salah satu bank swasta. (KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI)

Baca juga: Kronologi Hacker Bjorka Ditangkap, Ada Laporan dari Bank Swasta, Sempat Gonta-ganti Username

Sikap Bjorka yang tak terlihat aneh semakin membuat kaget pihak keluarga.

Selama ini Bjorka bersikap seperti pemuda pada umumnya, suka nongkrong dan main game.

Ia juga kerap membantu Risna berjualan kue keliling di kawasan Megamas, Manado.

"Seperti muda pada umumnya, yang sering nongkrong dan main game saja," ungkap adik Bjorka, Nesa Taha, Jumat, dilansir TribunManado.co.id.

Latar belakang pendidikan Bjorka yang tak lulus SMK juga telah disampaikan pihak kepolisian.

Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, AKBP Fian Yunus, mengatakan Bjorka belajar IT secara otodidak lewat komunitas-komunitas di media sosial.

"Hanya orang yang tidak lulus SMK. Namun, sehari-hari secara otodidak dia selalu mempelajari IT," kata Fian dalam konferensi pers di Mapolda Metro Jaya, Kamis (2/10/2025).

"Jadi, dia mempelajari segala sesuatunya itu hanya dari IT dan melalui komunitas-komunitas media sosial," imbuhnya.

Keluarga Bantah Yatim Piatu

Dalam kesempatan yang sama, AKBP Fian Yunus juga menyebut Bjorka merupakan anak yatim piatu.

Menurut Fian, motif Bjorka melakukan peretasan data perbankan hingga perusahaan swasta adalah karena masalah ekonomi.

Bjorka disebut menjadi tulang punggung keluarganya.

"Dari hasil tracing, dia gunakan untuk kebutuhan pribadi. Karena kan ternyata dia anak yatim piatu."

"Dia menghidupi semua keluarga. Dia anak tunggal, tapi dia menghidupi keluarga-keluarga," jelas Fian.

Pernyataan tersebut dibantah keluarga Bjorka.

Sebab, menurut pihak keluarga, Bjorka masih memiliki seorang adik bernama Nesa Taha, serta paman dan tante, yaitu Idris Taha, Risna Taha, dan Ririn Taha.

Baca juga: Jejak Hacker Bjorka di Dark Web, Aktif sejak 2020, Jual Beli Data Bank hingga Perusahaan Kesehatan

Risna mengatakan narasi Bjorka adalah yatim piatu bermula dari pernyataan keluarga kekaish keponakannya.

Bjorka ditangkap di rumah kekasihnya di Rumah Jaga V, Desa Totolan, Kecamatan Kakas Barat, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, Selasa (23/9/2025).

"Mereka (keluarga kekasih Bjorka) cuma bilang sudah yatim piatu, padahal masih ada keluarga di sini (Manado)."

"Otomatis mereka (polisi) langsung bawa (Bjorka) ke Jakarta karena tahunya tidak punya siapa-siapa," urai Risna, masih dari TribunManado.co.id.

Risna pun berharap Bjorka tak perlu ditahan jauh-jauh di Jakarta.

Pasalnya, pihak keluarga tak punya kenalan maupun kerabat di ibu kota untuk memantau kondisi keponakannya itu.

Gonta-ganti Username

AKBP Fian Yunus mengatakan Bjorka sudah aktif di dark web sejak 2020.

Namun, karena sejumlah negara melakukan pembatasan terhadap akses dark web, kata Fian, Bjorka pun pindah dari satu aplikasi dark web ke aplikasi dark web yang lain.

"Karena beberapa platform di dark web tersebut dilakukan penutupan secara bersama-sama oleh law enforcement dari beberapa negara dalam hal ini interpol sehingga si pelaku ini lompat dari satu aplikasi dark web ke aplikasi dark web lain," jelas Fian.

Mesk berpindah aplikasi, jejak digital Bjorka di dark web masih tersimpan di platform tersebut.

"Tetapi, perangkat bukti digital yang kita temukan itu masih tersimpan di dalam perangkat-perangkat tersebut dalam bentuk jejak digital," imbuh Fian.

Dark web adalah bagian dari internet yang tidak dapat diakses melalui mesin pencari biasa seperti Google, dan biasanya memerlukan perangkat khusus.

Biasanya digunakan oleh mereka yang ingin berbagi informasi secara anonim.

Aktivitas Bjorka di dark web adalah menjual data pribadi hasil retasannya dari media sosial, seperti Instagram hingga TikTok.

Untuk menghindari patroli siber, Bjorka kerap mengganti username-nya.

Ia sempat menggunakan username X @bjorkanesiaa, SkyWave, Shint Hunter, hingga Opposite 6890.

"Setelah mengganti (username menjadi SkyWave), pelaku melakukan posting terhadap contoh-contoh atau sampel tampilan akses perbankan atau mobile banking salah satu nasabah bank swasta," tutur Kasubdit IV Direktorat Siber Polda Metro Jaya, AKBP Herman Edco Wijaya Simbolon, Kamis, dalam kesempatan yang sama, dilansir Kompas.com.

"Jadi tujuan pelaku melakukan perubahan nama-perubahan nama ini adalah untuk menyamarkan dirinya dengan membuat menggunakan berbagai macam, tentunya email atau nomor telepon atau apa pun itu sehingga yang bersangkutan sangat susah untuk dilacak," timpal Fian.

Tak hanya di dark web, Bjorka juga memperjualblelikan data hasil retasannya, mulai dari perbankan hingga perusahaan swasta di Indonesia, lewat Telegram.

Pembayaran hasil transaksi dilakukan melalui akun kripto.

Dari aksinya itu, Bjorka bisa meraup puluhan juta rupiah, tergantung kesepakatan dengan pembelinya.

"Dari hasil penjualan tersebut, pelaku menerima pembayaran melalui akun-akun kripto yang dimiliki oleh pelaku dan secara rutin pelaku ini juga selalu mengganti," kata Herman.

(Tribunnews.com/Pravitri Retno W/Reynas Abdila, TribunManado.co.id/Isvara Savitri, Kompas.com/Baharudin Al Farisi)

Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved