Rabu, 8 Oktober 2025

Program Makan Bergizi Gratis

BGN: Tingkat Kelahiran Keluarga Tak Mampu Tinggi, Orang Kaya Lebih Pilih Punya 1 Anak

Menurut Dadan, kelompok keluarga dengan pendapatan di bawah Rp1,2 juta per bulan memiliki tingkat kelahiran tertinggi.

Penulis: Igman Ibrahim
Editor: Hasanudin Aco
Tribunnews.com/ Chaerul Umam
PENGUATAN PROGRAM MBG - Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (1/10/2025). Ia mendukung usulan penguatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) dalam jangka panjang agar tidak terikat pada periode pemerintahan tertentu. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana menyebut pertumbuhan penduduk Indonesia hingga tahun 2045 akan lebih banyak disokong oleh keluarga miskin dan rentan miskin.

Hal ini ia sampaikan dalam paparan virtual pada Selasa (7/10/2025).

Dadan memaparkan data bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia saat ini mencapai 6 orang per menit atau sekitar 3 juta per tahun dan diproyeksikan mencapai 324 juta jiwa pada 2045.

“Pertumbuhan penduduk Indonesia itu disokong oleh generasi yang lahir dari orang tua yang pendidikannya rata-rata hanya 9 tahun. Untuk Jawa Barat, rata-rata pendidikan orang tuanya hanya 8,8 tahun, sementara di Jawa Tengah hanya 8,01 tahun,” katanya.

Menurut Dadan, kelompok keluarga dengan pendapatan di bawah Rp1,2 juta per bulan memiliki tingkat kelahiran tertinggi.

Sebaliknya keluarga kelas atas atau orang kaya lebih memilih maksimal punya 1 anak.

“Kalau ada 100 keluarga miskin maka 78 keluarga anaknya 3 dan 22 keluarga anaknya 2. Sementara kelas atas itu anggota rumah tangganya hanya 2,84. Jadi kalau ada 100 keluarga kelas atas, 84 keluarga anaknya satu, sisanya 16 keluarga tidak punya anak,” jelasnya.

Dadan menambahkan hal serupa terjadi di kelas menengah yang rata-rata hanya memiliki 3,21 anggota keluarga. 

“Artinya kalau ada 100 keluarga kelas menengah, 21 keluarga anaknya 2 dan 79 keluarga anaknya 1,” katanya.

Dengan demikian, Dadan menegaskan bahwa pertumbuhan penduduk Indonesia tidak akan disokong oleh keluarga kelas menengah maupun atas, melainkan oleh keluarga miskin dan rentan miskin.

“Tidak heran jika 60 persen anak yang kita temui tidak punya akses terhadap menu dengan gizi seimbang. Mereka makan asal ada nasi, kerupuk, mie, atau bala-bala. Semuanya karbohidrat. Hampir 60 persen dari mereka juga tidak pernah minum susu karena tidak mampu beli,” ungkapnya.

Alasan Program MBG

Lebih lanjut, Ia menegaskan kondisi itu menjadi alasan mengapa program makan bergizi (MBG) harus dijalankan secara masif untuk intervensi gizi bagi anak-anak sejak dalam kandungan hingga usia sekolah.

“Kalau mereka yang sekarang dalam kandungan tidak diintervensi gizi yang baik, kita khawatirkan mereka menjadi generasi dengan kualitas rendah dan tidak bisa bersaing dengan negara lain,” pungkasnya.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved