Mushola Ambruk di Sidoarjo
Ponpes Al Khoziny Dibangun Tambal Sulam, Pakar Konstruksi: Gagal karena Tidak Direncanakan dari Awal
Pakar konstruksi UI mmenyebut, tambal sulam proses pembangunan Ponpes Al Khoziny mencerminkan tidak adanya perencanaan yang matang sejak awal.
TRIBUNNEWS.COM - Pakar konstruksi sekaligus dosen jurusan Teknik Sipil di Universitas Indonesia (UI), Josia Irwan Rastandi, menilai pembangunan Pondok Pesantren atau Ponpes Al Khoziny yang dilakukan secara 'tambal sulam' harusnya mendapat perhatian khusus.
Diketahui, pembangunan gedung yang difungsikan sebagai mushola di pondok tersebut dilakukan secara tambal sulam, yakni dilakukan sebagai renovasi/ekspansi asrama putra sejak Desember 2024 hingga September 2025 atau kurang lebih 9-10 bulan.
Menurut Josia, proses pembangunan secara tambal sulam mencerminkan tidak adanya perencanaan yang matang sejak awal.
Hal tersebut disampaikan Josia saat menjadi narasumber di program Apa Kabar Indonesia Malam yang diunggah di kanal YouTube tvOneNews, Selasa (7/10/2025).
"Itu menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian khusus, karena kalau dikatakan 'tambal sulam', artinya itu tidak direncanakan dari awal," kata Josia.
Josia bilang, sejatinya, membangun suatu konstruksi bangunan secara bertahap diperbolehkan, asalkan membuat perencanaan matang dan dilakukan penguatan pada bangunan yang sudah ada.
"Jadi, kita membangun boleh saja, artinya tidak sekaligus jadi. Misal, satu lantai dulu, kemudian dua lantai, tiga lantai tapi harus direncanakan dari awal, baik dari pondasinya, tiang-tiangnya, kolom atau balok segala macam, itu harus semuanya direncanakan," paparnya.
"Yang bahaya, kalau rencananya cuma untuk satu lantai, kemudian dinaikkan jadi dua lantai tanpa adanya perkuatan pada bangunan yang sudah ada," jelasnya.
Josia menilai, ambruknya bangunan Ponpes Al Khoziny disebabkan tidak adanya perencanaan sejak awal untuk ekspansi hingga empat lantai.
Sehingga, menurut Josia, jika memang akan ditambah jumlah tingkatannya, harusnya dilakukan penguatan dulu, seperti memperbesar kolom atau pondasi bangunan.
"Kalau saya lihat, itu karena tidak direncanakan dari awal, untuk tiga atau empat lantai. Sehingga, kapasitas tiang-tiang atau balok atau kolomnya itu kurang," jelas Josia.
Baca juga: Insiden Ambruknya Musala di Ponpes Al Khoziny Merupakan Bencana dengan Korban Terbesar di Tahun 2025
"Kalau dari awal tidak direncanakan untuk dua lantai, terus dinaikkan jadi dua lantai, tiga lantai, otomatis bebannya kan bertambah. Ini yang jadi kegagalan." tambahnya.
"Seharusnya, bukan berarti saya menyalahkan ya, tetapi seharusnya kalau kita mau naikkan [lantai] perlu ada penguatan, mungkin perbesaran kolom atau pondasinya perlu ditambah kapasitasnya, sehingga tidak terjadi kegagalan konstruksi," tambahnya.
Tambal Sulam
Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar mengatakan, Ponpes Al Khoziny sudah berusia 125 tahun, pasca-tragedi yang menewaskan 67 orang tersebut.
"Pesantren yang baru saja mengalami musibah seperti di Sidoarjo beberapa waktu yang lalu memang usianya 125 tahun," kata Cak Imin seusai bertemu Menteri Agama Nasaruddin Umar di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Selasa (7/10/2025).
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.