Jumat, 10 Oktober 2025

AFPC 2025 Usung Tema “Harnessing Southeast Asia's Greatest Resource” di Hari Kedua

ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) mengusung tema “Harnessing Southeast Asia's Greatest Resource” di hari kedua acara.

Istimewa
ASEAN FOR THE PEOPLES CONFERENCE 2025 “Harnessing Southeast Asia's Greatest Resource” 

TRIBUNNEWS.COM - Setelah kesuksesan hari pertamanya, ASEAN for the Peoples Conference (AFPC) kembali berhasil membuat pertemuan terbesar yang terdiri dari berbagai organisasi masyarakat sipil (CSO) dan lembaga swadaya masyarakat (NGO) independen di kawasan ASEAN.

Pada hari keduanya, AFPC mengusung tema “Harnessing Southeast Asia's Greatest Resource”. AFPC merupakan konferensi pertama dalam sejarah ASEAN yang diadakan dalam skala besar dan telah menghadirkan 116 organisasi masyarakat sipil, 100 pembicara, dan 6.000+ peserta publik.

Konferensi ini dirancang sebagai wadah inklusif berskala regional yang bertujuan untuk memperkuat aspirasi dan suara masyarakat sipil demi mendorong kerja sama yang berpusat pada rakyat di kawasan Asia Tenggara. Dengan mempertemukan organisasi akar rumput, para pemikir, dan pembuat kebijakan, AFPC 2025 berupaya untuk mewujudkan ASEAN yang benar berorientasi pada rakyat – a people-centered ASEAN.

Akhir pekan ini, AFPC 2025 berhasil menyatukan masyarakat ASEAN dari seluruh Asia Tenggara. Konferensi ditutup dengan pidato penutupan dan sesi percakapan khusus antara Menteri Luar Negeri Thailand, Sihasak Phuangketkeow, bersama Dr. Dino Patti Djalal, Pendiri dan Ketua FPCI, yang membahas realitas ASEAN saat ini dan visi mereka terhadap masa depan kawasan.

Menlu Sihasak percaya bahwa ASEAN tetap relevan di tengah waktu dan ketidakpastian zaman, beliau menyampaikan bahwa:

“Jadi, banyak orang sering bertanya – dan saya sering mendengarnya, apakah ASEAN masih relevan? … Saya pikir jawabannya jelas: ASEAN akan terus ada, tentu saja, tetapi ASEAN harus mampu beradaptasi dengan perubahan zaman. Untuk tetap relevan, masyarakat kita membutuhkan ASEAN yang kuat, tangguh, dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Sebuah ASEAN yang tidak hanya menjaga perdamaian dan stabilitas antarnegara, tetapi juga memberikan manfaat nyata bagi kehidupan sehari-hari warganya.”

Masa depan ASEAN tahun 2045 bergantung pada bagaimana visinya benar-benar berpusat pada rakyat, People-centered – dengan menempatkan warga ASEAN sebagai inti dari agenda melalui penjaminan hak, martabat, dan kesejahteraan mereka, serta menerjemahkan komitmen abstrak menjadi tindakan nyata yang meningkatkan kehidupan sehari-hari. Menlu Sihasak yakin bahwa AFPC telah menjadi momentum baik dalam mewujudkan ASEAN yang berpusat pada rakyat:

“Marilah kita membuat ASEAN benar-benar bermakna dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Konferensi ini memberi kita momentum yang baik, tetapi kita tidak boleh hanya berbicara. Kita harus ‘walk the walk’ – mengubah dialog menjadi aksi konkret dan visi menjadi kenyataan. Jika kita bisa melakukan ini, ASEAN tidak hanya akan menjadi komunitas bangsa-bangsa, tetapi juga komunitas sejati dari rakyatnya.”

“ASEAN Community Vision 2045 berbicara tentang ASEAN yang berpusat pada rakyat dan menegaskan kembali komitmen kita untuk menempatkan rakyat ASEAN di jantung proses pembangunan komunitas serta memastikan partisipasi mereka yang bermakna. Pada intinya, ASEAN yang berpusat pada rakyat mengakui bahwa kemakmuran saja tidak cukup. Martabat, hak, dan kesejahteraan masyarakat harus dijaga.”

Dalam sambutan pembukaan pada hari kedua AFPC 2025, José Ramos-Horta, Presiden Timor-Leste, menekankan pentingnya partisipasi akar rumput dan kolaborasi antara berbagai lapisan masyarakat. Ia menyoroti perlunya inklusivitas yang melibatkan akademisi, komunitas, mahasiswa, dan para pemimpin untuk membentuk visi bersama yang progresif bagi Asia Tenggara yang merupakan esensi dari ASEAN yang berlandaskan people-to-people connection:

“Libatkan semua orang, mereka yang ada di jalanan, di desa, di kota, di universitas, di komunitas keagamaan … bersama para akademisi, mahasiswa, dan pemimpin politik untuk menulis visi yang berani bagi Asia Tenggara … sebagai satu kesatuan yang inklusif untuk semua.”

Presiden Ramos-Horta juga menegaskan kembali pentingnya kesetaraan dan kolaborasi di antara masyarakat ASEAN, tanpa memandang lapisan sosial demi bagian dari upaya mewujudkan persaudaraan Asia Tenggara yang damai dan bersatu:

“Besar maupun kecil, miskin maupun kaya. Lebih banyak pendidikan, lebih banyak air bersih, lebih banyak listrik, lebih banyak digitalisasi, lebih banyak kecerdasan buatan, lebih banyak akses terhadap layanan medis. Inilah tantangan yang harus kita jalani. Mari kita bermimpi, melaksanakan, dan mewujudkan impian akan kemitraan persaudaraan Asia Tenggara yang damai”.

Konferensi yang berlangsung selama dua hari, pada tanggal 4 dan 5 Oktober ini, berhasil menghadirkan beragam tokoh terkemuka dari berbagai sektor, di antaranya:

●               H.E. Sihasak Phuangketkeow, Menteri Luar Negeri Thailand

Halaman 1 dari 4
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved