Jumat, 31 Oktober 2025

PDIP: Dunia Pesantren Sudah Bertransformasi, Santri Bukan Lagi Kaum Tertinggal

Said Abdullah mengatakan, dunia pesantren saat ini telah banyak bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. 

Tribunnews.com/Fersianus Waku
TRANSFORMASI PESANTREN - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, berpandangan bahwa kaum santri dan dunia pesantren tak lagi bisa dianggap sebagai komunitas yang tertinggal. Pesantren telah bertransformasi. 
Ringkasan Berita:
  • Kaum santri dan dunia pesantren tak lagi bisa dianggap sebagai komunitas yang tertinggal.
  • Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, mengatakan, dunia pesantren saat ini telah banyak bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. 
  • Ia mencontohkan Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur, yang telah berhasil mendirikan jaringan ritel di lebih dari 125 lokasi di Jawa dan Kalimantan. 

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP), Said Abdullah, berpandangan bahwa kaum santri dan dunia pesantren tak lagi bisa dianggap sebagai komunitas yang tertinggal dan berpandangan kolot. 

"Santri dan pesantren kerapkali diasosiasikan ndeso, kurang pergaulan, dan berpandangan kolot, bahkan digambarkan memelihara budaya feodal," kata Said kepada wartawan, Rabu (22/10/2025).

Said mengatakan, dunia pesantren saat ini telah banyak bertransformasi mengikuti perkembangan zaman. 

Tidak hanya mendalami ilmu agama, para santri kini juga dibekali keterampilan hidup dan kewirausahaan.

"Banyak sekali pesantren yang telah berakselerasi dengan perkembangan zaman. Para santri dengan bimbingan kiai telah mampu menumbuhkan jiwa wirausaha," ucapnya. 

Sebagai contoh, Pesantren Sidogiri di Pasuruan, Jawa Timur, yang telah berhasil mendirikan jaringan ritel di lebih dari 125 lokasi di Jawa dan Kalimantan. 

Ritel tersebut menyerap produk-produk UMKM lokal dan sekaligus menjadi penggerak ekonomi masyarakat sekitar.

Sementara itu, di Pesantren Lirboyo, Kediri, para santri mengembangkan usaha roti melalui "Lirboyo Bakery", serta membangun unit pengolahan sampah plastik dan depo air minum. Semua kegiatan tersebut dikelola secara mandiri oleh para santri.

"Dua contoh di atas hanya sedikit ulasan dari banyaknya kegiatan wirausaha di pesantren. Bila kita ulas satu per satu, akan sangat banyak sekali gambaran kegiatan usaha yang digawangi oleh para santri di pesantren," tutur Said.

Tak hanya itu, para santri kini juga aktif dalam bidang teknologi, jurnalisme, bahasa asing, hingga media sosial. 

Fenomena viralnya ceramah-ceramah tokoh ulama seperti Gus Baha, KH Anwar Zahid, hingga Gus Muwafiq, menurutnya, tidak lepas dari peran santri dalam mendigitalisasi dakwah Islam lewat berbagai platform daring.

Said memaparkan, kiprah santri juga terlihat kuat di sektor politik dan kepemimpinan nasional. 

Said menegaskan bahwa keberadaan santri telah merata di hampir semua partai politik, termasuk partai-partai nasionalis seperti PDIP.

"Saya sendiri sebagai santri, namun sejak tahun 1988 sudah aktif di PDI dan tahun 1999 menjadi PDI Perjuangan," ucapnya. 

Santri, menurutnya, juga telah menyebar dalam berbagai profesi, dari kalangan akademisi, LSM, militer, tenaga medis, hingga birokrasi. Bahkan, beberapa di antaranya telah mencapai puncak karier, seperti menjadi jenderal TNI atau pejabat negara.

Ia menyebut Presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, sebagai contoh nyata bagaimana santri mampu memimpin bangsa dengan pikiran yang terbuka, dialektis dengan pikirannya berdialektika dengan filsafat barat, serta jaringannya bergitu luas, di Timur Tengah hingga ke Eropa. 

"Gus Dur menjadi contoh nyata santri bisa menjadi pemimpin nasional, dan pemimpin kultural kelas dunia," ucap Said.

Oleh karena itu, Said mengungkapkan bahwa santri adalah jatidiri yang terbuka dan sangat kosmopolit dalam berfikir dan bertindak. 

"Santri bisa menjadi jangkar perdamaian, menebarkan Islam yang rahmatan lil alamin, menjadi rahmat bagi seluruh alam. Oleh sebab itu, menjaga diri sebagai santri sekaligus tanggungjawab yang besar. Dipundaknya orang mempersepsikan perwajahan tentang Islam. Oleh sebab itu harus selalu mawas dan koreksi diri," imbuhnya. 

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved