Kamis, 6 November 2025

Projo Tak Bakal Jadi Partai, tapi Budi Arie yang Ingin Merapat ke Partai

Projo sudah dinyatakan tidak akan berubah menjadi partai politik. Namun, Budi Arie selaku ketua umum Projo justru ingin merapat ke partai.

Tribunnews.com/Rizki Sandi Saputra
PROJO TAK JADI PARTAI – Ketua Umum DPP PROJO Budi Arie Setiadi memberikan keterangan pers usai membuka Kongres III di Grand Sahid Jaya, Jakarta, Sabtu (1/11/2025). Projo sudah dinyatakan tidak akan berubah menjadi partai politik. Namun, Budi Arie justru ingin merapat ke partai yakni Partai Gerindra. 

"Kalaupun Projo harus berubah menjadi partai politik, maka itu harus sekehendak Pak Jokowi," jelasnya.

Dia mengungkapkan setelah kunjungan Projo ke kediaman Jokowi di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu, berubahnya organisasi relawan tersebut untuk menjadi partai politik, semakin kecil.

"Pertemuan sebelumnya kami masih yakin nunggu momentum (Projo berubah menjadi partai). Tapi dalam pertemuan itu, malah semakin galau beliau," kata Freddy.

Meski peluang Projo menjadi partai semakin kecil, Freddy mengungkapkan Jokowi memiliki syarat tertentu jika organisasi relawan yang mendukungnya itu berubah menjadi parpol.

Pertama, Jokowi ingin agar Projo nantinya bertransformasi menjadi parpol yang bersifat 'Super Tbk'.

Adapun branding partai Super Tbk sebenarnya sudah tersemat di Partai Solidaritas Indonesia (PSI) sejak kongres yang digelar di Solo, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Lebih jauh, Freddy mengatakan 'partai Super Tbk' yang dimaksud Jokowi yakni adanya transparansi hingga ketua umum harus dipilih oleh seluruh anggota.

"Kalau memang saya harus berpartai, saya tidak mau partai yang saya ada, saya bangun, seperti partai-partai konvensional."

"Saya mau itu harus menjadi partai Super Terbuka yaitu dari sisi transparansi lalu ketua umumnya dipilih oleh seluruh anggota partai," kata Freddy

Tak sampai di situ, dari sisi operasional, Jokowi juga ingin agar Projo tidak membangun kantor-kantor, tetapi cukup aktif terkait kepengurusannya secara online.

Freddy menuturkan langkah tersebut diinginkan Jokowi demi menghemat operasional Projo.

Jokowi, kata Freddy, khawatir jika operasional Projo membengkak ketika menjadi partai, maka para kader akan mencari cara untuk menutupi biayanya melalui korupsi.

"Memungkinkan tidak, kantor-kantor itu dibuat secara online karena diskusinya demi menghemat operasional partai."

"Karena kalau partai-partai konvensional, maka akan terjebak kembali dengan hal yang sama yaitu biaya operasional besar. Lalu nanti akan terjebak mencari anggaran-anggaran dari APBN," jelasnya.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto/Chaerul Umam)

Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved