Pengamat Nilai Kurang Pas jika Budi Arie Gabung ke Gerindra, Apa Alasannya?
Pengamat politik Agung Baskoro mengomentari langkah Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi yang akan bergabung dengan Partai Gerindra.
Ringkasan Berita:
- Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi berencana bergabung dengan Partai Gerindra.
- Pengamat politik Agung Baskoro menilai seharusnya Projo tetap konsisten mendukung mantan Presiden Jokowi.
- Pasalnya, organisasi kemasyarakatan tersebut selama ini identik dengan Jokowi
TRIBUNNEWS.COM - Pengamat politik dari Trias Politika Agung Baskoro mengomentari langkah Ketua Umum Projo Budi Arie Setiadi yang akan bergabung dengan Partai Gerindra.
Agung menyebut, seharusnya Projo tetap konsisten mendukung mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Misalnya, dengan merapat ke Partai Solidaritas Indonesia (PSI) yang didukung Jokowi dan dipimpin oleh anak bungsunya, Kaesang Pangarep.
Pasalnya, organisasi kemasyarakatan tersebut selama ini identik dengan Jokowi.
"Harapan saya, sebenarnya konsisten saja bersama Pak Jokowi dan keluarga. Kemudian partainya PSI semacam itu. Projo, Pro Jokowi ya sudah memang seperti itu," tutur Agung dalam acara On Focus yang tayang di YouTube Tribunnews, Senin (3/11/2025).
Dengan konsisten berada di barisan Jokowi dan keluarganya, posisi Projo bakal tetap strategis.
Menurut Agung, publik akan memandang komitmen dan konsistensi Projo sebagai kelompok relawan yang memiliki value (nilai).
"Pun dengan demikian menurut saya masih tetap strategis karena publik akan melihat bagaimana komitmen dan konsistensi Projo sebagai kelompok relawan yang punya value. Apakah value-nya itu? Ya jokowisme itu," ujarnya.
Jika pada akhirnya value itu berubah drastis karena alasan-alasan kekuasaan dan politik kepentingan lain, publik bisa kecewa.
Pasalnya, ada harapan bahwa kelompok relawan bisa menjadi contoh konsistensi dari awal sampai akhir untuk mengusung, mengawal, bahkan menjaga calon pemimpinnya.
Baca juga: Projo Kini Dukung Prabowo, Pengamat: Pragmatisme Politik Semata
"Hingga calonnya purna pun dilanjutkan dengan misalkan keluarganya seperti itu dari serangan-serangan politik yang apakah bentuknya negatif ataupun bahkan black campaign," lanjutnya.
Oleh karena itu, jika Projo dan Budi Arie bergabung dengan Gerindra, maka itu adalah keputusan yang kurang pas.
"Jadi saya melihat ini sebuah langkah yang sebenarnya kurang pas dari Pak Budi Arie maupun Projo kalau seandainya memang benar-benar akan misalkan masuk ke Gerindra, menghilangkan Pak Jokowinya di logo, bahkan menghapus semua yang berbau 'Solo'," ungkap Agung.
Meski begitu, jelas Agung, bergabung ke Gerindra merupakan hal yang sah-sah saja bagi Projo.
Ia menilai hal tersebut sebagai bagian dari pembacaan situasi politik kontemporer di Indonesia supaya Projo tetap aktual dan relevan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.