Senin, 17 November 2025

IMIP Bekali Anak-anak di Morowali Belajar Bahasa Mandarin Gratis

IMIP buka kelas Mandarin gratis di Rumah Literasi Sidaya, bantu anak-anak Morowali siap hadapi peluang kerja di kawasan industri.

Istimewa
RUMAH LITERASI SIDAYA - Rumah Literasi Sidaya di Desa Labota menjadi pusat belajar gratis bagi anak-anak Morowali, termasuk kelas bahasa Mandarin dan Inggris. 

TRIBUNNEWS.COM, MOROWALI - PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terus menunjukkan kepeduliannya di bidang pendidikan. 

Salah satu upayanya adalah dengan membuka kelas bahasa Mandarin gratis bagi anak-anak di Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah.

Program ini bisa ditemui di Rumah Literasi Sidaya, Desa Labota, Bohodopi, Kabupaten Morowali.

Team Leader Pilar Pendidikan CSR IMIP, Dani Ardissa Almizar, menjelaskan bahwa pembelajaran bahasa Mandarin dipilih karena sejalan dengan geliat industrialisasi di Morowali.

Selain bahasa Mandarin, di Rumah Literasi Sidaya juga diajarkan bahasa Inggris.

"Bahasa Mandarin dan bahasa Inggris karena berkaitan dengan industrialisasi yang kita bikin," kata Dani kepada Tribunnews.

Dia bilang, kedua bahasa itu dipersiapkan karena IMIP turut membuka peluang penyerapan tenaga kerja sebagai juru bicara.

Selain dua bahasa asing tersebut, Rumah Literasi Sidaya juga membuka kelas menggambar dan mewarnai untuk anak-anak.

Menurut Dani, menggambar dan mewarnai merupakan salah satu cara untuk anak-anak mengekspresikan kesenian mereka.

Adapun rumah literasi ini terbuka untuk umum. Anak-anak maupun orang dewasa boleh bergabung. Namun, kata Dani, calon murid tetap akan disaring lagi.

Saat ini, ada tiga rumah literasi yang dioperasikan oleh IMIP. Selain di Desa Labota, ada di Desa Bahomakmur dan Kepulauan Sombori.

Di tiga titik tersebut ada satu penanggung jawab yang mengelola secara penuh rumah literasi tersebut. Selain mengajar, ia bertugas untuk mengurus administrasi yang diperlukan.

Para penanggung jawab atau PIC inilah yang menjadi "kaki-kaki" tim CSR IMIP.

Pelajaran yang diberikan di Desa Labota dan Desa Bahomakmur sama. Untuk di Kepulauan Sombori ada sedikit perbedaan.

Mengingat lokasi Kepulauan Sombori yang terpencil, Dani menyebut di sana biasanya pelajaran yang sering diajarkan adalah menggambar dan mewarnai.

Selain itu, rumah literasi di sana juga sesekali mengajarkan pelajaran seperti matematika, agama, atau bahkan membantu PR para siswa.

"Karena SDM di sana memang perlu ada penambahan untuk tingkat kualitas belajarnya," kata Dani.

Hingga kini, tercatat ada sekitar 150 murid aktif belajar di tiga rumah literasi tersebut.

Di sesi tertentu jumlahnya bisa lebih banyak, misalnya saat kelas inspiratif yang menghadirkan pengajar dari mitra perusahaan IMIP.

Di kelas inspiratif, pihak IMIP mengundang tenaga pengajar dari para mitra atau tenan perusahaan yang ada di IMIP. Mereka mengajarkan berbagai hal, contohnya seperti fotografi.

Ke depannya, Dani tidak menutup kemungkinan membuka rumah literasi yang baru. Dia bilang, IMIP bisa saja membuka di 5 hingga 6 titik lagi.

Untuk membuka lokasi baru rumah literasi, Dani menyebut pihaknya perlu menyeleksi terlebih dahulu lokasi-lokasiya. 

Pertimbangannya seperti apakah rumah literasi tersebut dibutuhkan atau tidak oleh warga di situ.

Berdasarkan kabar yang ia dapat, respons masyarakat dari rumah literasi ini memang besar. Mereka yang sudah pernah belajar di situ, yang lokasi rumahnya jauh, menginginkan ada rumah literasi dibuka di daerahnya.

"Kabar dari masyarakat, 'Ayo nih bangun lagi nih di titik lain karena saya juga ingin ikut anak saya diikutkan ke sini, tapi lokasinya jauh.' Itu ada kemungkinan besar nanti akan kita tambah untuk lokasi rumah literasi itu sendiri," kata Dani.

Baca juga: IMIP Bangun Budaya Aman Lewat Edukasi K3 dan Audit Rutin di Kawasan Industri

Dari Murid Jadi Guru

Kisah menarik datang dari Nurul Padillah atau Dila, penanggung jawab Rumah Literasi Sidaya di Desa Labota.

Dila awalnya adalah murid di rumah literasi tersebut pada 2023. Dila, yang berasal dari Sulawesi Selatan, bercerita bahwa ia mendaftar menjadi murid di rumah literasi karena tertarik ingin belajar bahasa mandarin.

Ia mengaku ingin belajar bahasa Mandarin karena dari informasi yang ia dapat, mempelajari bahasa itu di Morowali bisa memudahkan dalam pencarian kerja.

"Di Morowali ini katanya bahasa China itu berpotensi, memudahkan kita untuk mencari pekerjaan," kata wanita berusia 20 tahun itu.

Dila bercerita, belajar di Rumah Literasi Sidaya sangatlah seru. Pembelajarannya juga tidak monoton karena ada banyak permainan.

Selain itu, hal lain yang menjadi kegemaran dia belajar di Rumah Literasi Sidaya adalah tempatnya yang aman dan nyaman.

Setelah delapan bulan belajar bahasa Mandarin di situ, ia direkrut oleh IMIP untuk menjadi pengajar sekaligus pengurus rumah literasi ini.

Dila menerima pekerjaan itu karena kala itu ia membutuhkan pekerjaan. Sebagai orang yang baru pertama kali bekerja sebagai guru, ia dihadapi sejumlah tantangan.

Tantangan itu seperti mengatur para anak-anak. Ia mengaku awalnya terasa sulit, tetapi makin ke sini Dila justru merasa senang.

"Tantangannya sih waktu awal-awal saya mengajar. Anak-anak diatur itu kan agak ribet. Tapi seiring berjalannya waktu, saya juga terus belajar, beradaptasi sama mereka. Senang juga," kata Dila.

Kini, Dila mengajar 15-20 anak setiap sesi, dengan jadwal belajar setiap Senin dan Rabu pukul 13.30-15.30 WITA. Total ada sekitar 100 murid yang ia tangani.

Selain bahasa Mandarin, ia juga mengajar dasar-dasar bahasa Inggris serta membimbing anak-anak menggambar dan mewarnai.

Untuk pelajaran bahasa inggris di Rumah Literasi Sidaya, Dila mengajar hal-hal dasar seperti bahasa inggris dari sebuah warna, kendaraan, benda, dan objek yang ada di sekolah.

Sementara itu, untuk pelajaran menggambar dan mewarnai, para anak-anak ini lebih dibebaskan, lalu oleh Dila akan dibimbing. 

Tak lama lagi, Dila akan berangkat ke China selama enam bulan untuk memperdalam bahasa Mandarin hingga level HSK 4 dan 5. 

HSK atau HSK (Hànyǔ Shuǐpíng Kǎoshì) adalah tes kemampuan standar bahasa Mandarin bagi penutur asing. HSK memiliki tingkatan dari 1 sampai 6.

Seluruh biaya studi di sana telah ditanggung oleh pihak yang mengontraknya.

"Di sana belajar HSK 4 sama 5. Itu belajarnya 6 bulan di Kota Wenzhou. Dibiayain semuanya," kata Dila.

Menurut dia, kehadiran Rumah Literasi Sidaya ini sangat penting bagi anak-anak di Morowali dalam mengembangkan kemampuan mereka.

Ia berharap Rumah Literasi Sidaya bisa terus dibangun di berbagai daerah lainnya agar bisa diakses bagi para generasi penerus bangsa.

"Harapan saya semoga rumah literasi ke depannya semakin maju dan berkembang sebagai tempat generasi penerus bangsa untuk mengembangkan skill dan juga potensi," kata Dila.

Baca juga: Beasiswa IMIP Jamin Pendidikan dan Pekerjaan Shoimdwi di Morowali

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved