Signifikansi Jokowi Pidato di Bloomberg New Economy Forum, Pengamat: Masih Dianggap Punya Daya Tarik
Kehadiran dan pidato di Bloomberg New Economy Forum 2025 mengindikasikan bahwa Jokowi masih memiliki daya tarik meski tak lagi jadi presiden.
Ringkasan Berita:
- Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan pidato bahasa Inggris dalam Bloomberg New Economy Forum 2025 di Singapura pada Jumat (21/11/2025).
- Dalam pidatonya, Jokowi memamerkan kinerja pemerintahannya dalam satu dekade.
- Menurut analis sekaligus pengamat politik Adi Prayitno, kehadiran dan pidato Jokowi di forum tersebut menandakan bahwa Jokowi masih memiliki daya tarik meski tak lagi menjabat sebagai presiden.
TRIBUNNEWS.COM - Analis sekaligus pengamat politik Adi Prayitno menanggapi kehadiran Mantan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) di Bloomberg New Economy Forum 2025.
Adapun Bloomberg New Economy Forum 2025 diselenggarakan pada 19-21 November 2025 di Singapura.
Sementara, Jokowi telah tiba di Singapura pada Selasa (18/11/2025) dan menyampaikan pidatonya dalam bahasa Inggris pada Jumat (21/11/2025) hari ini.
Mantan Wali Kota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu, memamerkan kinerja pemerintahannya dalam satu dekade alias dua periode (2014-2019 dan 2019-2024).
Salah satu poin yang dibahas adalah pembangunan proyek infrastruktur dasar sebagai landasan untuk membangun perekonomian di Indonesia.
"Perubahan memang tidak pernah mudah, tetapi perubahan itu perlu. Ketika pertama kali menjadi Presiden, saya punya pertanyaan sederhana. Bagaimana kita bisa membangun ekonomi yang kuat untuk 280 juta penduduk? Kita tahu tidak ada jalan pintas," kata Jokowi, dikutip dari kanal YouTube Bloomberg Economic Forum, Jumat, dilansir Kompas.
"Oleh karena itu, kami fokus pada hal-hal dasar, membangun jalan raya, pelabuhan, bandara, pembangkit listrik, dan jaringan digital," imbuh dia.
Ayah Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka itu juga menambahkan, selain memajukan pembangunan infrastruktur dasar, Indonesia juga berkembang pesat dalam infrastruktur digital.
Menurut pemaparannya, pemerintah Indonesia membangun pusat data, meluncurkan satelit baru, memperluas jaringan digital, dan meningkatkan konektivitas di seluruh negeri.
"Kami memperkenalkan regulasi yang mendorong bisnis dan startup lokal untuk berkembang," ujar dia.
Baca juga: Bos Bloomberg Kunjungi Danantara Setelah Bertemu Prabowo, Singgung Kebijakan Kesehatan Ala New York
Kata Pengamat
Menurut Adi Prayitno, kehadiran dan pidato di Bloomberg New Economy Forum 2025 mengindikasikan bahwa Jokowi masih memiliki daya tarik meski tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di Indonesia.
Adi menilai, peran tersebut menjawab pertanyaan mengenai apa yang akan dilakukan Jokowi setelah tak lagi menjadi Presiden RI.
"Ya, sebenarnya kalau kita mau jujur ya bisa dilihat dalam dua hal sekaligus," tutur Adi, dikutip dari tayangan Kompas Petang yang diunggah pada Kamis (20/11/2025).
"Pertama, dalam perspektif Jokowi yang tidak lagi jadi presiden, tapi menjadi salah satu dewan penasihat dalam sebuah institusi, Bloomberg Economy, satu lembaga yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara negara-negara maju dengan negara-negara yang tidak maju."
"Ini yang saya kira dari dulu kan selalu muncul pertanyaan apa yang sebenarnya akan terjadi kepada Pak Jokowi setelah posisinya tidak lagi jadi presiden.
"Tapi, dengan adanya posisi ini, maka Jokowi dianggap memiliki daya tarik sehingga menjadi bagian salah satu penasihat di forum internasional."
Kemudian, Adi menyebut, pidato yang akan disampaikan Jokowi pasti menjadi hal yang paling ditunggu-tunggu publik.
Apalagi, pidato itu disampaikan dalam sebuah forum ekonomi global yang menjadi wadah untuk mengatasi ketimpangan ekonomi antara negara-negara di Belahan Bumi Utara dan Belahan Bumi Selatan.
"Yang kedua tentu, yang paling banyak ditunggu adalah statement dan pidato yang akan disampaikan oleh Pak Jokowi, termasuk soal bagaimana tantangan ekonomi global di masa-masa yang akan datang," jelas Adi.
"Karena Bloomberg New Economy ini adalah upaya untuk mengurangi ketimpangan ekonomi yang terjadi antara negara-negara selatan dengan negara-negara utara secara signifikan."
"Kiprah Pak Jokowi dalam konteks dunia internasional sedang ditunggu oleh publik terutama kira-kira visi dan apa gagasan-gagasan besar yang nantinya akan disampaikan oleh Pak Jokowi, terutama bagaimana cara menciptakan tatanan ekonomi global yang berkeadilan, dan ini tentu menjadi forum yang kemudian mencari titik temu antara pemimpin-pemimpin dunia dengan pelaku bisnis di sektor swasta."
Jokowi Masuk Tim Penasehat Global Bloomberg New Economy
Pada September 2025 lalu, nama Jokowi masuk jajaran tim penasehat Global Bloomberg New Economy bersama sejumlah ekonom Chief Executive Officer (CEO), duta besar hingga founder dari berbagai negara di dunia.
Adapun Global Bloomberg New Economy adalah sebuah forum yang didirikan oleh Michael Ruben Bloomberg, seorang pengusaha dan politikus Amerika Serikat (AS).
Global Bloomberg New Economy dibentuk untuk menjembatani dialog antara negara maju dan negara berkembang dalam menghadapi tantangan ekonomi global.
Mulai dari transformasi digital, perubahan iklim, perdagangan, kesehatan, hingga kesetaraan sosial.
Anggota forum ini terdiri dari pemimpin dunia, pengusaha, akademisi, hingga tokoh kebijakan publik yang berpengaruh.
Bloomberg sendiri menegaskan bahwa forum ini tidak sekadar menjadi ajang diskusi, tetapi juga wadah untuk menghasilkan solusi nyata atas berbagai tantangan dunia, dengan melibatkan perspektif dari negara berkembang seperti Indonesia, mengutip Bloomberg.
Baca juga: PKN Sebut Jokowi Layak Jadi Dewan Penasihat Bloomberg New Economy
Daftar Dewan Penasihat
- Michael R. Bloomberg: Founder of Bloomberg LP & Bloomberg Philanthropies and Three-Term Mayor of New York City
- Mario Draghi: Former Prime Minister, Italy Former President, European Central Bank (Co-Chair)
- Gan Kim Yong: Deputy Prime Minister and Minister for Trade and Industry Singapore (Co-Chair)
- Gina RaimondoFormer Secretary of Commerce United States of America (Co-Chair)
- Noubar Afeyan Co-Founder, Moderna CEO, Flagship Pioneering
- Dawn Fitzpatrick CEO & CIO Soros Fund Management
- Gita Gopinath Gregory and Ania Coffey Professor of Economics, Harvard University
- Merit Janow Chair of the Board, Mastercard; Dean Emerita and Professor of Practice, School of International and Public Affairs (SIPA), Columbia University
- Kai-Fu Lee CEO, 01.AI Chairman, Sinovation Ventures
- Jorge Paulo Lemann Chairman Lemann Foundation
- Strive Masiyiwa Chairman & Founder Econet
- Ravi Menon Ambassador for Climate Action Government of Singapore
- Takeshi Niinami Former Chairman & CEO Suntory Holdings
- Eyal Ofer Chairman, Ofer Global
- Charles Phillips Managing Partner and Co-Founder Recognize
- Suresh Prabhu Former Minister for Commerce and Industry Republic of India
- Jing Qian Co-Founder Center for China Analysis, Asia Society Policy Institute
- Steven Rattner Chairman & CEO Willett Advisors LLC
- Marc Rowan Co-Founder & CEO Apollo Global Management
- David Vélez Co-Founder & CEO Nubank
- Josephine Wapakabulo Founder & Managing Director TIG Africa
- Joko Widodo Former President Republic of Indonesia
(Tribunnews.com/Rizki A./Garudea Prabawati) (Kompas.com/Fika Nurul Ulya, Dani Prabowo)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.