Harga Bitcoin Melonjak Jadi Rp 1,6 Miliar Usai Pengumuman Inflasi di AS Mulai Mereda
Harga Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan ke level 102 ribu dolar AS atau setara dengan Rp1,6 miliar usai pengumuman CPI
Penulis:
Seno Tri Sulistiyono
Editor:
Sanusi
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) mengalami lonjakan ke level 102 ribu dolar AS atau setara dengan Rp1,6 miliar usai pengumuman data Consumer Price Index (CPI) Amerika Serikat untuk Desember 2024.
Tercatat, inflasi tahunan negeri Paman Sam di angka 2,9 persen, sesuai dengan ekspektasi pasar.
Kapitalisasi pasar Bitcoin kini berada di angka 3,7 triliun dolar AS, dengan total volume perdagangan mencapai US$183 miliar.
Baca juga: Pasar Kripto Cuan, Robert Kiyosaki Prediksi Bitcoin Melonjak 500.000 Dolar AS di 2025
Optimisme pasar juga tercermin dalam Fear and Greed Index pasar kripto, yang berada di angka 75 dari 100.
Angka ini menunjukkan dominasi sentimen "greed" atau optimisme yang kuat di kalangan investor. Jika tren ini terus berlanjut, tidak menutup kemungkinan Bitcoin akan terus melanjutkan level psikologis di atas 102.000 dolar AS dalam waktu dekat.
CEO Indodax, Oscar Darmawan, menilai lonjakan ini mencerminkan semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap Bitcoin sebagai aset lindung nilai.
“Ketika inflasi mulai stabil dan kebijakan moneter cenderung melunak, Bitcoin mendapatkan momentum kenaikan. Dengan target inflasi The Fed berada di angka 2%, hampir tidak ada peluang pemotongan suku bunga di akhir bulan nanti,” ujar Oscar dikutip Sabtu (18/1/2025).
Menurut Oscar, keputusan The Fed akan sangat berpengaruh terhadap pergerakan Bitcoin dan aset kripto lainnya.
Baca juga: Kaleidoskop Ekonomi Dunia 2024: Perang Tarif Trump, Lonjakan Harga Bitcoin hingga Stagnasi Tiongkok
“Pasar sangat sensitif terhadap kebijakan moneter. Jika The Fed memberi sinyal akan menurunkan suku bunga, maka likuiditas akan meningkat, dan Bitcoin bisa menjadi salah satu aset yang paling diuntungkan,” jelasnya.
Selain itu, data Producer Price Index (PPI) yang akan dirilis pada 24 Januari 2025 diharapkan memberikan sinyal tambahan terkait tekanan inflasi yang mulai mereda.
Oscar menilai faktor ini akan memperkuat sentimen bullish bagi Bitcoin.
“Investor institusional kini lebih percaya diri dalam memasukkan Bitcoin ke dalam portofolio mereka. Ketika inflasi dan kebijakan moneter mulai stabil, permintaan terhadap aset kripto cenderung meningkat,” tambahnya.
Oscar pun menegaskan regulasi global juga menjadi faktor penting dalam pergerakan Bitcoin.
“Dengan semakin banyaknya negara yang mulai menerima Bitcoin sebagai instrumen investasi sah, kita melihat peningkatan adopsi dari institusi besar. Hal ini bisa menjadi pendorong utama bagi harga Bitcoin dalam jangka panjang,” katanya.
Ini Penyebab Nilai Tukar Rupiah Mengalami Penguatan, Berikut Faktornya |
![]() |
---|
Aset Kripto Bitcoin Diwacanakan Sebagai Cadangan Negara, Bagaimana Peluangnya? |
![]() |
---|
Fitur-Fitur Menarik OkalioMining untuk Pengguna Pemula, Dari Bonus hingga Keamanan Data |
![]() |
---|
Filipina Serius Lindungi Petani Lokal, Impor Beras Disetop 60 Hari |
![]() |
---|
Harga Bitcoin Tembus Rp 1,95 Miliar, Kripto Yield Jadi Strategi Maksimalkan Aset Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.