Rabu, 19 November 2025

Harga Bitcoin Melemah di Bawah 90.000 Dolar AS, Terendah dalam Tujuh Bulan Terakhir

Harga Bitcoin (BTC) sempat terkoreksi dan menyentuh level US$89.000, sebagai level terendah dalam tujuh bulan terakhir pada Selasa (18/11/2025).

Editor: Sanusi
ist
ASET KRIPTO - Harga Bitcoin (BTC) sempat terkoreksi dan menyentuh level US$89.000 pada Selasa (18/11/2025). 

Ringkasan Berita:
  • Bitcoin sentuh level terendah dalam tujuh bulan terakhir.
  • Penurunan aset kripto terjadi di tengah kombinasi tekanan teknis dari Amerika.
  • Seluruh investor untuk tetap mengutamakan manajemen risiko dan tidak melakukan keputusan emosional.

 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Harga Bitcoin (BTC) sempat terkoreksi dan menyentuh level US$89.000, sebagai level terendah dalam tujuh bulan terakhir pada Selasa (18/11/2025).

Penurunan ini terjadi di tengah kombinasi tekanan teknis, arus keluar dari ETF Bitcoin di Amerika Serikat (AS), serta meningkatnya kekhawatiran pasar terkait rencana tarif baru pemerintahan AS.

Selama empat hari berturut-turut, ETF Bitcoin di AS mencatat arus keluar dari total kepemilikan

441.000 BTC menjadi sekitar 271.000 BTC.

Baca juga: Harga Bitcoin Koreksi di Bawah 100 Ribu Dolar AS Usai Shutdown AS Berakhir, Apa Penyebabnya?

Puncaknya, terjadi redemption lebih dari US$800 juta dalam satu hari.

Situasi ini menambah tekanan jual, terutama setelah harga Bitcoin gagal bertahan di atas area US$92.000 dan turun melewati batas psikologis US$90.000.

Sentimen pasar kian tertekan oleh rencana tarif hingga 500 persen yang diajukan Presiden Donald Trump kepada negara-negara yang masih melakukan perdagangan dengan Rusia.

Kebijakan tersebut memicu kekhawatiran baru di pasar global, terutama pada aset berisiko seperti kripto. Sejumlah altcoin besar turut terkoreksi, sementara indeks Fear & Greed merosot ke zona “extreme fear”.

Pada Rabu (19/11/2025) Bitcoin mulai menunjukkan tanda penguatan seiring ekspektasi likuiditas yang membaik di Amerika Serikat, terutama setelah The Fed berencana menghentikan penurunan neracanya dan membuka opsi operasi repo yang bisa menambah cadangan dana ke sistem keuangan.

Baca juga: Harga Bitcoin Anjlok Imbas Ancaman Tarif Baru Amerika ke China

Namun, tekanan makro masih menahan langkah Bitcoin untuk naik lebih jauh. Sentimen pasar tetap rapuh akibat inflasi yang belum jinak, sektor properti dan otomotif yang melemah, serta ketidakpastian menjelang keputusan suku bunga The Fed pada 10 Desember 2025 mendatang.

Di saat bersamaan, regulator AS ikut menjadi perhatian setelah SEC tidak lagi menempatkan aset kripto sebagai fokus utama dalam prioritas pemeriksaan 2026.

Fokus lembaga tersebut kini bergeser ke kewajiban fidusia, keamanan siber, privasi data, serta risiko teknologi seperti AI.

Meski begitu, SEC menegaskan bahwa aset kripto tetap bisa masuk dalam pemeriksaan jika dinilai memiliki tingkat risiko yang tinggi, sehingga pengawasan terhadap industri ini belum benar-benar hilang.

Di sisi lain, koreksi ini tidak menandai dimulainya tren bearish baru.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved