Sabtu, 15 November 2025

Harga Bitcoin Koreksi di Bawah 100 Ribu Dolar AS Usai Shutdown AS Berakhir, Apa Penyebabnya?

Pasar aset kripto kembali bergerak melemah setelah harga Bitcoin (BTC) turun ke level support di kisaran US$96.000, setelah berakhirnya shutdown AS.

Editor: Wahyu Aji
Unsplash
ASET KRIPTO - Pergerakan harga aset kripto yang terjadi saat ini merupakan bagian dari dinamika pasar aset digital di era ketidakpastian global. 

Ringkasan Berita:
  • BTC turun ke level support di kisaran US$96.000.
  • Meski pemerintah AS telah kembali beroperasi, reaksi pasar kripto relatif datar.
  • Shutdown yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pada proses pengumpulan data ekonomi.

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pasar aset kripto kembali bergerak melemah setelah harga Bitcoin (BTC) turun ke level support di kisaran US$96.000, setelah berakhirnya shutdown pemerintah Amerika Serikat selama 43 hari.

Shutdown merupakan penghentian sebagian atau seluruh operasi pemerintah federal Amerika Serikat karena Kongres gagal mengesahkan undang-undang pendanaan yang diperlukan untuk membiayai operasional pemerintah untuk tahun fiskal yang baru.

Dengan beroperasinya pemerintah secara penuh, lembaga-lembaga yang memegang peran penting dalam ekosistem kripto, termasuk Securities and Exchange Commission (SEC) dan Commodity Futures Trading Commission (CFTC), dapat melanjutkan agenda regulasinya. 

Kondisi pasca shutdown kali ini berbeda.

Meski pemerintah AS telah kembali beroperasi, reaksi pasar kripto relatif datar, bahkan Bitcoin masih berada di bawah tekanan. 

Di lain sisi, shutdown yang berkepanjangan menyebabkan gangguan pada proses pengumpulan data ekonomi penting, termasuk Consumer Price Index (CPI) dan laporan pekerjaan (nonfarm payrolls) untuk bulan Oktober 2025 yang seharusnya dirilis pada bulan November 2025.

Terkait sentimen inflasi, data terakhir menunjukkan adanya tekanan harga yang masih membayangi. 

Tingkat inflasi tahunan di AS naik menjadi 3 persen pada September 2025—tertinggi sejak Januari—dari 2,9% pada Agustus, meskipun angka ini sedikit di bawah perkiraan pasar sebesar 3,1%. 

Data CPI terakhir ini masih menjadi acuan utama bagi The Fed karena perilisan data terbaru yang tertunda akibat shutdown.

Adapun dengan kembalinya regulator utama seperti SEC dan CFTC bekerja penuh, perhatian pasar mulai bergeser dari urusan politik ke arah kejelasan regulasi kripto yang lebih terarah, seperti proses persetujuan ETF Kripto dan lanjutan pembahasan regulasi stablecoin. 

Kondisi ini bisa menjadi pondasi penting bagi perkembangan industri kripto dalam jangka panjang, meskipun tekanan inflasi masih perlu dicermati.

Vice President Indodax, Antony Kusuma, menyampaikan, fluktuasi harga saat ini harus dilihat sebagai konsolidasi pasar menuju fase pematangan. 

Selebihnya, ketidakpastian kebijakan suku bunga masih menjadi faktor utama yang menentukan arah pergerakan harga Bitcoin. 

“Kebijakan suku bunga The Fed memiliki imbas terhadap pergerakan harga Bitcoin. Selain itu, selama arah kebijakan masih belum pasti, volatilitas pasar akan tetap tinggi karena investor cenderung menunggu kejelasan sebelum kembali masuk,” ujar Antony dikutip Jumat (14/11/2025).

Ia menambahkan, sinyal pemangkasan suku bunga di bulan Desember nantinya bisa menjadi titik balik penting, sebab perubahan arah kebijakan moneter berpotensi membuka ruang pemulihan harga di pasar kripto global.

Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda

BizzInsight

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved