Minggu, 17 Agustus 2025

Jejak Dekarbonisasi Toyota Lebih dari 50 Tahun dan Target Pencapaian Karbon Netral 

Toyota Indonesia mulai melakukan langkah dekarbonisasi, sejalan dengan target pemerintah mencapai Net Zero Emission (NZE) 2060.

Penulis: Lita Febriani
Editor: Wahyu Aji
Tribunnews.com/Lita Febriani
GREEN MANUFACTURING - Manufacturing and Production Engineering Director PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Arif Mustofa (kiri) dan Kepala Pusat Industri Hijau BSKJI Kementerian Perindustrian Apit Pria Nugraha (kanan) dalam acara Toyota Beyond Zero: Mobilitas untuk Netralitas Karbon di Gambir Expo, JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Sabtu (15/2/2025). Kehadiran Toyota di Indonesia sudah lebih dari 50 tahun dan langkah dekarbonisasi industrinya sudah dijalankan dari tahun ke tahun dengan target netralitas karbon pada 2050. 

Apit menerangkan, kebijakan insentif bukan hal yang mudah untuk dirumuskan, karena kebijakan seperti ini tidak bisa one size fits all atau satu ukuran cocok untuk semua.

"Jadi tidak bisa satu kebijakan berlaku untuk segala jenis industri. Segala jenis produk ternyata harus di breakdown lagi. Proses ini secara kebijakan agak cukup lama. Akhirnya praktiknya adalah untuk masing-masing jenis industri punya kebijakan sendiri-sendiri nantinya," jelas Apit.

Contohnya di otomotif, insentif yang sudah berlaku sekarang ada program LCEV, dimana pabrikan mobil mulai melakukan hilirisasi dengan perakitan lokal dan menggunakan teknologi ramah lingkungan. 

Apit menyebut, kebijakan bukan hanya restriktif (menekan), seperti jika kebijakan pembatasan emisi secara langsung, dimana konsekuensinya perusahaan harus mengeluarkan dana.

"Keluar duit buat apa? Untuk verifikasi, untuk implementasi teknologi datacarbon. Kami nggak cuma mengeluarkan kebijakan yang sifatnya restriktif, kami juga mengeluarkan kebijakan yang sifatnya fasilitatif. Nanti untuk verifikasi, untuk implementasi teknologi datacarbon, uangnya kita cariin pakai green loan. Yang menarik konsep green loan itu harus dibalikin, namanya juga minjem gitu ya," kata Apit.

Misalnya, perusahaan industri nanti misalnya ingin pasang solar panel untuk fasilitas produksi. Biaya implementasi teknologi datacarbon dapat dibayai oleh green loan.

Pemerintah memiliki filosofi cost recovery through cost efficiency, yang artinya pemulihan biaya melalui efisiensi biaya, artinya mengembalikan uangnya dari cost efficiency yang terjadi dari penggunaan green energy.

Baca juga: Toyota Optimistis 5 Tahun Lagi Bisa Jualan Mobil Hidrogen, Infrastrukturnya Lagi Dibangun

"Kalau pasang solar panel, biaya energi produksinya turun. Misalnya efisiennya 30 persen, tadinya belanja energi Rp 100 miliar setahun, karena pasang solar panel jadi Rp 70 miliar. Sisa Rp 30 miliarnya itu yang dipakai untuk balikin uangnya. Artinya dari sisi perusahaan tidak nambah uang, tetap aja belanjanya Rp 100 miliar, tapi mungkin sampai 5 tahun ke depan maksimal gitu. Setelah itu baru menikmati cost efficiency-nya," jelas Apit.

Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan