Jumat, 5 September 2025

Belajar di Bawah Tekanan: Ketika Stres Mengintai Siswa dan Solusi Sederhana yang Sering Diabaikan

Memahami bahwa stres belajar bukan sekadar masalah malas atau kurang disiplin adalah langkah awal yang sangat penting.  Ini tips mengatasinya dari GO.

Editor: Sri Juliati
ISTIMEWA/GANESHA OPERATIONS
BELAJAR DI BAWAH TEKANAN - Memahami bahwa stres belajar bukan sekadar masalah malas atau kurang disiplin adalah langkah awal yang sangat penting. Simak tips mengatasi belajar di bawah tekanan dari Ganesha Operation (GO). 

oleh: Agus Saputro
Pengajar Biologi Ganesha Operation

TRIBUNNEWS.COM - Hampir setiap pagi, ratusan ribu siswa di Indonesia memulai harinya dengan jadwal belajar yang padat, tugas sekolah yang menumpuk, serta berbagai ujian yang semakin mendekat. 

Tuntutan prestasi kian tinggi, sementara waktu untuk diri sendiri semakin sempit. 

Tak sedikit dari mereka yang akhirnya mengalami stres belajar, bahkan sejak usia belia. 

Fenomena ini bukan sekadar keluhan biasa, sebab dalam ilmu biologi, stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi kesehatan otak dan tubuh secara signifikan.

Ketika seseorang mengalami stres, tubuh secara otomatis memberikan respons melalui suatu sistem biologi yang dikenal sebagai respons stres, salah satunya dengan melepaskan hormon kortisol

Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal sebagai bagian dari mekanisme pertahanan alami tubuh. 

Dalam jumlah yang tepat dan pada situasi yang sesuai—misalnya saat harus waspada dalam menghadapi ujian atau menyelesaikan tugas penting—kortisol menjadi sangat bermanfaat. 

Hormon ini meningkatkan fokus, mempercepat respons tubuh, dan membantu kita tetap terjaga serta siap menghadapi tantangan.

Namun, masalah muncul ketika stres berlangsung terus-menerus, seperti tekanan belajar yang tak kunjung reda. 

Pada kondisi ini, kortisol berubah dari bermanfaat menjadi berbahaya. 

Baca juga: Menciptakan Pembelajaran yang Menarik dan Efektif di Era Digital

Produksi kortisol yang berkepanjangan membuat tubuh berada dalam kondisi siaga tinggi secara terus-menerus, yang pada akhirnya sangat menguras energi. 

Konsentrasi yang semula tajam mulai mengabur, kemampuan mengingat pelajaran melemah, dan bahkan sistem kekebalan tubuh perlahan menurun. 

Tubuh yang seharusnya memperbaiki dirinya saat istirahat justru terus bekerja, membuat siswa lebih rentan terhadap penyakit, kelelahan kronis, dan gangguan tidur.

Dampaknya tidak hanya terlihat dari sisi fisik. Banyak siswa yang awalnya penuh semangat dan berprestasi mulai mengalami penurunan motivasi. 

Halaman
1234
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan