Belajar di Bawah Tekanan: Ketika Stres Mengintai Siswa dan Solusi Sederhana yang Sering Diabaikan
Memahami bahwa stres belajar bukan sekadar masalah malas atau kurang disiplin adalah langkah awal yang sangat penting. Ini tips mengatasinya dari GO.
Editor:
Sri Juliati
oleh: Agus Saputro
Pengajar Biologi Ganesha Operation
TRIBUNNEWS.COM - Hampir setiap pagi, ratusan ribu siswa di Indonesia memulai harinya dengan jadwal belajar yang padat, tugas sekolah yang menumpuk, serta berbagai ujian yang semakin mendekat.
Tuntutan prestasi kian tinggi, sementara waktu untuk diri sendiri semakin sempit.
Tak sedikit dari mereka yang akhirnya mengalami stres belajar, bahkan sejak usia belia.
Fenomena ini bukan sekadar keluhan biasa, sebab dalam ilmu biologi, stres yang berkepanjangan dapat memengaruhi kesehatan otak dan tubuh secara signifikan.
Ketika seseorang mengalami stres, tubuh secara otomatis memberikan respons melalui suatu sistem biologi yang dikenal sebagai respons stres, salah satunya dengan melepaskan hormon kortisol.
Hormon ini diproduksi oleh kelenjar adrenal atau kelenjar anak ginjal sebagai bagian dari mekanisme pertahanan alami tubuh.
Dalam jumlah yang tepat dan pada situasi yang sesuai—misalnya saat harus waspada dalam menghadapi ujian atau menyelesaikan tugas penting—kortisol menjadi sangat bermanfaat.
Hormon ini meningkatkan fokus, mempercepat respons tubuh, dan membantu kita tetap terjaga serta siap menghadapi tantangan.
Namun, masalah muncul ketika stres berlangsung terus-menerus, seperti tekanan belajar yang tak kunjung reda.
Pada kondisi ini, kortisol berubah dari bermanfaat menjadi berbahaya.
Baca juga: Menciptakan Pembelajaran yang Menarik dan Efektif di Era Digital
Produksi kortisol yang berkepanjangan membuat tubuh berada dalam kondisi siaga tinggi secara terus-menerus, yang pada akhirnya sangat menguras energi.
Konsentrasi yang semula tajam mulai mengabur, kemampuan mengingat pelajaran melemah, dan bahkan sistem kekebalan tubuh perlahan menurun.
Tubuh yang seharusnya memperbaiki dirinya saat istirahat justru terus bekerja, membuat siswa lebih rentan terhadap penyakit, kelelahan kronis, dan gangguan tidur.
Dampaknya tidak hanya terlihat dari sisi fisik. Banyak siswa yang awalnya penuh semangat dan berprestasi mulai mengalami penurunan motivasi.
Satria Hutan Indonesia 2025: Cerita Pengabdian Mahasiswa UI di Desa Manau Sembilan II Bengkulu |
![]() |
---|
Sinyal Rotasi dari Pelatih Makau, Angin Segar untuk Timnas U23 Indonesia |
![]() |
---|
Skenario Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia U23, Garuda Rawan Kembali ke Setelan Pabrik |
![]() |
---|
Digitalisasi Pendidikan: Telkom Dukung Pembelajaran Coding dan AI di Sekolah Berbagai Daerah |
![]() |
---|
Xooply by MetraNet Dipercaya Perusahaan Jepang dalam Layanan B2B E-commerce |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.