Diskusi Fire and Rescue
Perahu 40 Knot dan Penjinak Bom
Balikpapan rupanya sudah memiliki jaringan utuk atasi bencana.
Penulis:
Achmad Subechi
Yoseph: Mohon maaf ya Pak, saya bukan expert di bidang teknologi, tapi di Total sendiri kita sudah punya sistem sendiri, teknologi rig emergency management, jadi setiap ada sesuatu bencana sudah ada teknologi safety-nya, misalnya sebantar lagi, maka secara otomatis sistem teknologi itu akan berbunyai dan berfungsi. Jadi kegiatan emergency seperti itu sudah ditangani oleh equipment yang ada. Ada juga boat fire fighting yang stand by. Sebanyak 50 persen wilayah kami di air, karena eksplorasi kita di air. Ada banyak equipment safety di Total. Misalnya fire fighting boat dan fire fighting self. Kami juga ada hotline 0542‑533180.
***
Kompol Bambang WA (Kasubden I Detasemen Gegana Sat Brimob Polda Kaltim)
Saya baru dua tahun di Kaltim. Jadi belum terlalu lama, kalau bilang lama takutnya nanti diserang oleh Bapak YLKI Mardi Kasdi nih (disambut tertawa peserta). Kebetulan pangkat saya kompol. Saya setuju sekali kepada Bapak key note speaker, bahwa ada komitmen dan militansi terhadap kepedulian bencana.
Saya juga pernah sekolah SAR di Singapura. Gegana apa sih itu gegana? Fungsi utama fungsi kepolisian kamtibmas dan lainnya, tapi sebagai spesifikasi kami sebagai unit penjinak bom jadi istilah kami bukan jihandak lagi, karena bahan peledak tidak perlu dijinakkan, tapi yang perlu dijinakkan itu bom. Jadi kami adalah 'jibom' (penjinak bom), fungsi counter teroris. Sekarang ini tren bom sekarang sudah makin berkembang. Cuma kecil aja sudah bisa bikin bom (sambil menggambarkan bahwa sudah ada bom kurang dari kelingking jari dimasukkan dalam perut dan kemudian bisa diledakkan dimana pun dan kapanpun). Jadi saya mohon izin Pak, di Kaltim belum ada alat penjinak seperti itu. Jadi Pak YLKI jangan nyerang dulu (kembali peserta tertawa).
Kenapa belum ada, karena dari negara belum ada anggarannya kesitu. Untuk rescue, pada dasarnya bukan tugas pokok, tapi kaitannya cukup banyak. Jujur prajurit kami dan petugas teman‑teman yang peduli bencana ini adalah pejuang. Kenapa? Karena kegiatan ini tidak ada untungnya, tapi risiko malah tinggi. Bahkan masyarakat mencaci maki, saat kita mencoba memadamkan api. Makanya ini kegiatan mulia.
Kami pernah ikut semacam simulasi antar-negara Asia, dan di sana memang kelihatan sekali, Indonesia terlihat sekali minim sekali peralatannya, nah apakah kita seperti itu. Makanya tolong Balikpapan jangan seperti itu.
Kita juga punya risk mapping untuk Kaltim, tapi itu masih versi kami, mungkin nanti kita bisa sharing sejauh mana lebih teknis dalam rapat lebih teknis lagi nanti. Di Kaltim banyak potensi wisata, tapi berdekatan dengan laut dan rawan akan bencana tapi fasilitas pendukung untuk mencegah itu kelihatannya sangat minim.
Anggota kami ada 78 personel Pak. Insya Allah bisa berenang semua Pak (tertawa semua)! Fokus terbesar di bawah detasemen, di Tarakan, dua speed dan perahu karet, di Samarinda juga ada perahu karet, kalau di Balikpapan cuma ada perahu karet tiga unit.(Feri Mei/bersambung)