Jumat, 3 Oktober 2025

Siswa Kejar Guru Agamanya Sambil Memegang Parang

Jefa, seorang siswa di SMAN 2 Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) mengejar JM, guru agamanya menggunakan parang.

Editor: Anwar Sadat Guna
zoom-inlihat foto Siswa Kejar Guru Agamanya Sambil Memegang Parang
net
ilustrasi

Laporan Tribunnewsbatam.com, Muhammad Ikhsan

TRIBUNNEWS.COM, BINTAN - Jefa, seorang siswa di SMAN 2 Bintan, Kepulauan Riau (Kepri) mengejar JM, guru agamanya menggunakan parang.

JM pun menghadapinya dengan mengambil kayu broti. Perkelahian antara murid melawan guru nyaris saja terjadi jika para guru dan siswa setempat tak cepat melerai.

Atas perbuatan itu, Jefa diberikan sanksi drop out (DO) dari sekolahnya dan tak bisa mengikuti ujian akhir semester.

Kejadian itu bermula ketika Jefa membonceng Hanjalah, adiknya yang juga satu sekolah. Di perjalanan, Jefa merokok. Tanpa diduga olehnya, ternyata perilaku siswa ini diketahui oleh JM, guru agamanya yang kebetulan berada di belakangnya.

Sesampainya di sekolah, JM memanggil Jefa menanyakan apakah betul tadi merokok. Jefa pun mengakuinya dengan jujur bahwa ia tadi ke sekolah membonceng adiknya sambil merokok.

Atas pengakuan itu, JF menyuruh Jefa memanggil orangtuanya untuk datang ke sekolah.

Takut dengan ancaman JM, remaja ini memanggil kembali adiknya, Hanzalah, yang baru berjalan menuju kelas.

Hanzalah duduk di bangku kelas 1 di sekolah yang sama. Kebetulan Jefa yang kala itu mengaku sedang sakit leher terpaksa pergi ke sekolah dengan berboncengan bersama Hanzalah dengan menggunakan satu motor.

Tak lama berselang, saat kedua kakak beradik ini hendak pulang sekolah, entah apa penyebabnya Jefa tiba-tiba didorong oleh JM. "Saya didorong, kaki saya ditendang. Nggak keras sih, cuma saya disuruh pulang," ungkapnya.

Atas perlakuan itu, Jefa justru marah dan pulang mengambil parang kemudian kembali ke sekolahnya. JM yang melihat Jefa datang membawa parang, berlari mengambil kayu untuk menghadapinya.

Untung saja perkelahian keduanya tak sempat terjadi. Orang-orang di sekolah memisahkan murid dan guru ini.

Untuk menyelesaikan masalah tersebut, pihak sekolah pun bersama Jefa menandatangi surat perjanjian damai di kantor kepolisian Sektor Gunung Kijang.

"Saya emosi waktu itu. Sakit hati saya. Bapak ini memang suka ngomong kasar juga, padahal dia guru agama. Saya ngaku khilaf," ujar Jefa.

BACA JUGA:

Sumber: Tribun Batam
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved