Bupati Garut Pangku Tasya Bawa ke RSUD
SELASA (23/10), Ai Rosmaya (25) tengah bersiap-siap sebelum membawa bayinya,
Editor:
Hendra Gunawan
Laporan Wartawan Tribun Jabar, M Syarif Abdussalam
TRIBUNNEWS.COM -- SELASA (23/10), Ai Rosmaya (25) tengah bersiap-siap sebelum membawa bayinya, Tasya Indana Zulfa, ke RSUD dr Slamet Garut. Kendaraan ambulans Puskesmas Bagendit pun telah terparkir tidak jauh dari rumahnya, bersiap mengantar bayi berusia tiga bulan yang menderita hidrocepalus serta gizi buruk itu.
Ai memang sempat putus asa karena sehari sebelumnya ia harus membawa pulang anaknya kembali ke rumah karena pihak rumah sakit menyatakan tidak satu pun kamar perawatan kosong. Ai pun sangat tersinggung dengan lelucon yang sempat dilontarkan salah satu tenaga kesehatan di rumah sakit.
Tenaga kesehatan ini malah menunjukkan arah pintu keluar rumah sakit saat nenek Tasya bertanya jalan keluar atas permasalahan yang dialami keluarganya. Namun, kemarin pagi Ai mencoba melupakan kejadian itu dan mengumpulkan semangat untuk kembali membawa putrinya ini ke RSUD dr Slamet bersama pihak puskesmas.
Tiba-tiba Bupati Garut, Aceng HM Fikri, mendatangi rumah Ai di Kampung Munjul, Desa Banyuresmi, Kecamatan Banyuresmi, itu sekitar pukul 09.00. Aceng pun bermaksud untuk menjenguk sekaligus mengantar Tasya ke rumah sakit.
Aceng kemudian memangku tubuh Tasya yang mungil itu. Bersama Ai dan sejumlah tenaga kesehatan Puskesmas Bagendit, Aceng membawa Tasya masuk ke ambulans.
Aceng duduk di kursi belakang ambulans sambil memangku Tasya dan Ai duduk di hadapannya. Empat tenaga kesehatan puskesmas pun duduk di kursi belakang ambulans. Ajudan Bupati Garut dan Kepala Puskesmas Bagendit duduk di kursi depan bersama sopir ambulans.
Ambulans ini melaju kencang menuju RSUD dr Slamet. Sesampainya di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr Slamet beberapa puluh menit kemudian, Tasya dibawa keluar ambulans dan dibaringkan di atas kasur dorong. Aceng tidak pernah mengalihkan perhatiannya pada Tasya sampai ditangani tim dokter.
"Saya kesal kalau dengar masyarakat bilang tidak ada tempat, tidak ada kesempatan berobat, atau sampai ada pasien ditolak rumah sakit. Kami minta pada semua karyawan rumah sakit untuk tidak melakukan hal itu. Jangan sampai terulang rumah sakit membiarkan pasien, mau kaya mau miskin. Ini nyawa manusia," ujar Aceng saat ditemui di RSUD dr Slamet, kemarin.
Menurut Aceng, berdasarkan penjelasan dari pihak rumah sakit, telah terjadi miskomunikasi antara tenaga kesehatan dan keluarga Tasya sehingga keluarga Tasya, yang sebelumnya telah menunggu tiga jam di rumah sakit, merasa ditelantarkan dan pulang.
"Ke depan, kalau ada karyawan rumah sakit yang seolah mengusir pasien, laporkan. Saya pecat langsung. Untuk apa rumah sakit terus dimajukan kalau tidak mau meningkatkan pelayanan kepada masyarakat?" kata Aceng.
Ia mengatakan, Tasya akan dirawat sampai sembuh di RSUD dr Slamet. Jika perlu, Tasya akan dirujuk ke RS Hasan Sadikin Bandung untuk menjalani operasi hidrosefalus. Jika Tasya tidak dijamin Jamkesmas atau Jamkesda, kata Aceng, ia akan membiayai pengobatan Tasya sampai sembuh.
Wakil Direktur Bagian Pelayanan RSUD dr Slamet, Robbi Abubakar, mengatakan rumah sakitnya tidak jarang mengalami kekurangan ruangan perawatan. Para pasien pun banyak yang memilih berobat di rumah sakit lainnya di Garut atau Bandung.
Robbi mengatakan pihaknya telah meminta maaf mengenai kesalahpahaman yang mengganggu kenyamanan keluarga Tasya. Robbi menuturkan akan menginstruksikan seluruh pegawai di RSUD dr Slamet untuk tidak mengulang peristiwa tersebut.
"Tasya akan kami rawat secara intensif. Tasya akan menjalani rawat inap di ruang kelas III Nusa Indah, sesuai dengan permintaan dan mendapat jaminan biaya dari Jamkesda," ucapnya.
Baca juga: