Kamis, 6 November 2025

Dari Lahir Hidup di Malaysia, Umur 19 Tahun Kurniawati Baru Pijakkan Kaki di Tanah Air

"Dari kecil sudah di Malaysia, saya lahir di Miri, Malaysia," ujarnya singkat.

Penulis: Tito Ramadhani
Editor: Sugiyarto
TRIBUNPONTIANAK.CO.ID/TITO RAMADHANI
Kurniawati (berjilbab), gadis berusia 19 tahun asal Seluas, yang baru pertama kali memijakkan kaki ke Indonesia selama hidupnya, saat tiba di Dinsos Kalbar, Rabu (9/11/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Pontianak, Tito Ramadhani

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, PONTIANAK- Kurniawati (19), satu di antara Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB) yang dideportasi pemerintah Malaysia, dan tiba di Dinsos Kalbar, Jalan Sutan Syahrir, Pontianak, Rabu (9/11/2016).

Ia bersama ibunya, Siti Fatimah (52) setelah dideportasi akan pulang kembali ke kampung halamannya di Seluas, Kabupaten Bengkayang.

"Dari kecil sudah di Malaysia, saya lahir di Miri, Malaysia," ujarnya singkat.

Kurniawati tampak kesulitan saat diajak berbicara dengan Bahasa Indonesia. Ini maklum saja, ia sejak kecilnya sudah ikut bersama ibunya di negeri jiran, dan selama 19 tahun tersebut tak pernah mengenyam pendidikan.

"Pandai sedikit (Bahasa Indonesia), ibu asal Seluas, ayah tak pernah bertemu," ucapnya.

Dengan perlahan, ia menjelaskan jika di Malaysia ia hidup bersama ibunya. Jika ia bekerja di salon kecantikan, ibunya bekerja di ladang.

"Kami ditangkap Polis, dipenjara dua bulan. Ditahan Imigresen sebelas bulan," jelasnya.

Selama 19 tahun hidup di Malaysia, Kurniawati mengaku belum pernah sama sekali tertangkap Imigresen, dan baru kali ini tertangkap, sehingga baru kali inilah ia memijakkan kaki ke tanah air.

"Kemarin ditangkap di Bintulu, ndak punya paspor. Ndak bisa baca, ndak boleh sekolah di sana. Alhamdulillah sudah bisa baca sedikit, belajar bacanya di penjara," sambung bungsu dari empat bersaudara ini.

Ibunya, Siti Fatimah mengaku berasal dari Seluas, Kabupaten Bengkayang. Di Malaysia ia bekerja di ladang, untuk membesarkan empat anaknya seorang diri, karena suaminya sudah pergi meninggalkan ia dan anak-anaknya.

"Dia tak ada bapak, saya itu asal Lombok, NTB. Tahun 1992 ikut transmigrasi ke Seluas. Dua tahun habis jatah (biaya hidup dari pemerintah) saya pergi masuk ke Malaysia melalui Serikin, tahun 1994," jelasnya.

Sejak tahun 1994 itulah, ia membesarkan Kurniawati di Malaysia. Tiga anaknya yang lain, satu orang bekerja di Arab Saudi, dua lainnya juga bekerja di Malaysia.

"Dulu saya sendiri nekat, masuknya dari Serikin, lewat jalan tikus. Saya sendiri, apa boleh buat, dari pada tidak makan."

"Pernah juga kerja jadi tukang masak, pasang gorong-gorong, jadi tukang masak di kebun sawit," sambungnya.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved