Rusuh di Papua
Kerusuhan di Deiyai Papua: Massa Rampas Senjata Aparat hingga Dugaan Provokator
Fakta Kerusuhan di Deiyai Papua: Masa Rampas Senjata Aparat hingga Provokator Dibaliknya
Penulis:
Anugerah Tesa Aulia
Editor:
Miftah
Identitas Anggota TNI
a. TNI Serda Ricson (meninggal dunia dengan luka bagian kepala terkena senjata tajam/sejenis parang dan luka panah pada bagian kepala)
b. Sertu Sunendra (luka akibat terkena panah pada bagian pantat dan punggung sebelah kanan)
c. Serka Arif Y (luka akibat senjata tajam/sejenis parang di bagian kepala dan pelipis)
Identitas Anggota Polri
a. Bripda Dedi (luka akibat terkena panah pada bagian leher)
b. Bripka Rifki (luka akibat terkena panah pada bagian tangan kiri)
c. Barada Akmal (luka akibat terkena panah di bagian punggung belakang).
Baca: BERITA TERBARU Kontak Senjata di Papua, 2 Warga Sipil Tewas karena Luka Tembak dan Anak Panah
Baca: Kabar Rusuh di Papua Terkini, Keterlibatan KKB hingga Jumlah Korban
4. Dugaan provokator
Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko menilai ada provokator yang masuk saat massa menggelar demontrasi di Kabupaten Deiyai, Papua, Rabu (28/8/2019).
"Ya memang ada (provokator). Jadi sering saya katakan memang poros gerakan politiknya sedang masif, sekarang betul-betul sedang masif," ujar Moeldoko di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta.
Moeldoko menjelaskan, terjadinya gejolak di Papua yang berlangsung hingga saat ini tidak terlepas dari peran dua kelompok di Papua yaitu poros politik dan poros bersenjata yang melakukan pergerakan.
Kedua kelompok tersebut sekarang sudah sulit menghasut masyarakat Papua setelah pemerintah membangun berbagai infrastrutur.
"Pembangunan yang masif di Papua itu maka kecemasan yang dihadapi oleh mereka (dua poros) adalah dia tidak bisa lagi membohongi rakyat. Dia tidak bisa lagi membohongi dunia luar bahwa Papua itu begini, begini," papar Moeldoko.
Menurut Moeldoko, penanganan aparat kepolisian dan TNI akan dilakukan secara terukur dan tidak secara emosional yang akhirnya bertindak tidak terkontrol.
"Karena kalau kita ikut larut dalam emosi, maka langkah tindakan menjadi tidak terkontrol. Memang sengaja diprovokasi untuk itu, tujuannya apa, agar kami melakukan tindakan. Apalagi angkatan bersenjata seperti TNI atau Polri itu sangat diharapkan. Ada korban baru digulirkan," papar Moeldoko.
(Tribunnews.com/Anugerah Tesa Aulia/Gita Irawan/Kompas.com)