Jumat, 12 September 2025

Virus Corona

Tanggapi Penolakan Jenazah Perawat Corona di Semarang, Imam Prasodjo Khawatir Empati Warga Hilang

Imam Prasodjo menanggapi peristiwa penolakan warga terhadap pemakaman jenazah perawat korban corona di Semarang pada Kamis (9/4/2020) lalu.

Penulis: Nuryanti
Editor: bunga pradipta p
TRIBUNNEWS/HERUDIN
Imam Prasodjo Khawatir Empati Warga Hilang 

TRIBUNNEWS.COM - Sosiolog Universitas Indonesia, Imam Prasodjo menanggapi peristiwa penolakan warga terhadap pemakaman jenazah perawat pasien corona di Semarang pada Kamis (9/4/2020) lalu.

Imam mengatakan, penolakan tersebut menjadi bukti adanya stigma (pandangan negatif) dari masyarakat terhadap virus corona ini.

Masyarakat kini mulai menunjukkan sikap kehati-hatian yang mengarah pada ketakutan yang berlebihan.

"Ini jelas mengarah pada publik stigma, jadi ada semacam pergulatan, pertama memang ada berita-berita yang sekarang ini muncul memang menumbuhkan sikap kehati-hatian."

"Jadi kehati-hatian ini sekarang sudah masuk kekhawatiran yang berlebih," ujarnya, dikutip dari YouTube Najwa Shihab, Kamis (16/4/2020).

Sosiolog ini takut jika kekhawatiran yang berlebihan itu menghilangkan rasa simpati dari masyarakat.

Imam Prasodjo
Imam Prasodjo (TRIBUNNEWS/HERUDIN)

"Saya khawatir di saat orang itu khawatir berlebihan dan kemudian takut berlebihan itu menjadi liar, tetapi tidak diimbangi dengan empati."

"Kemampuan untuk bersimpati membayangkan bagaimana kalau seandainya dirinya itu berada di dalam posisi korban, ini menumbuhkan empati itu terlupakan," jelasnya.

"Ditambah lagi informasi yang tidak lengkap atau disinformasi," lanjut Imam Prasodjo.

Baca: Jenazah Perawat Korban Corona di Semarang Ditolak Warga, Suami Ungkap 3 Anaknya Trauma

Baca: Ganjar Bahas Penolakan Jenazah Perawat Pasien Corona, Tak Mau Kejadian Terulang: Sakitnya Luar Biasa

Baca: Berharap Tak Terulang, Suami Perawat Pasien Corona yang Jenazahnya Ditolak: Rasanya Pahit, Getir

Ia kembali menegaskan, rasa khawatir karena virus corona ini sudah mengalahkan simpati dan empati.

"Apa yang terjadi ini menggambarkan menangnya ketakutan berlebihan, menangnya kekhawatiran berlebihan, dibanding simpati, empati dan informasi yang lengkap tentang bagaimana virus ini harusnya disikapi," terangnya.

Menurutnya, pihak keluarga yang sudah kehilangan korban, juga mendapat perlakuan negatif dari masyarakat.

"Keluarga korban ini lalu distigma, didiskriminasi lebih kejam lagi," imbuhnya.

Penolakan Warga

Sebelumnya, Ketua RT bernama Purbo yang kini menjadi tersangka karena berperan dalam penolakan pemakaman jenazah perawat di Semarang, mengaku peristiwa tersebut berasal dari aspirasi warga.

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda
AA

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan