Kisah Korban Kecelakaan Ditolak 4 Rumah Sakit yang Fokus Covid-19: Meninggal, Kritis Berjam-jam
Korban meninggal seusai kritis berjam-jam. Empat rumah sakit yang didatangi keluarga korban, menolak dengan alasan fokus pada standar pelayanan Covid
Editor:
Hasiolan Eko P Gultom
Pihak keluarga diminta menjaga perkembangan pasien oleh tim medis.
Baca: Fakta-Fakta Ayah Setubuhi Dua Anak Tirinya: Terungkap Saat Rembuk Keluarga, Dihajar Warga yang Marah
Baca: Suami Laporkan Istri yang Kepergok Warga Hendak Threesome dengan Selingkuhan
Baca: Fakta-Fakta Istri Ajak Dua Selingkuhan Bercinta di Rumah: Dilakukan Tiap Suami Pergi
Kecewa tim medis hanya fokus ambil sampel darah untuk uji Covid-19
Pukul 08.00 WIB pihak rumah sakit diminta menandatangani surat pemasangan selang ke paru-paru.
Pihak keluarga sempat menolak karena medis menyebut metode ini kemungkinan hidup pasien hanya tiga persen.
Setelah bersepakat akhirnya pihak keluarga menyetujui menandatangani surat tersebut.
"Surat telah ditandatangani namun selama 2 jam selang baru dipasang ke paru-paru. Selama itu kami diminta menunggu, saya sempat marah dan heran mengapa tim medis sibuk mengambil sampel darah adik saya untuk uji Covid-19," ujar Feri.
Pukul 09.00 WIB kondisi pasien drop, medis mengambil tindakan dengan pompa oksigen dan detak jantung hingga pukul 09.10 WIB adik saya dinyatakan meninggal dunia.
"Saya merasa kecewa penanganan medis terlalu fokus pada Covid-19 sementara pasien lain diluar Covid-19 kurang mendapatkan perhatian, akhirnya adik saya sebagai contoh meninggal dunia karena lambannya penanganan," kisah Feriansyah.
Dokter bedah saraf hanya ada 1 di Bengkulu
Direktur RSUD M. Yunus, Zulkimaulub Ritonga saat dimintai konfrimasi menyebutkan pihaknya tidak menolak pasien kecelakaan tersebut.
"Pertama kami ikut berbelasungkawa atas kejadian ini. Kedua pasien tidak ditolak tetap kami layani hanya saja di Bengkulu ini pelayanan bedah saraf satu-satunya ada di RSUD M Yunus, dokter bedah saraf hanya ada satu di Bengkulu. Sementara riwayat pasien sebelum ke RSUD M Yunus telah mendatangi beberapa rumah sakit lain yang tidak ada ahli bedah saraf," jelas Zulkimaulub.
Bedah saraf tidak ada berhenti beroperasi bahkan dikatakan dia, pada malam Idul Fitri saja pihaknya masih melakukan operasi bedah saraf.
Dikatakannya meski RSUD M Yunus fokus melayani Covid-19 namun bagian bedah saraf dan sejumlah layanan lain tetap dibuka.
"Di media sudah diumumkan bahwa meski fokus Covid-19 layanan bedah saraf tetap melayani pasien," ungkapnya.
Ia menyarankan pada sejumlah layanan medis di tingkat bawah apabila terdapat pasien dengan membutuhkan perlakuan penanganan bedah saraf maka segera dibawa ke RSUD M Yunus mengingat layanan bedah saraf di Bengkulu hanya ada di RSUD M Yunus.