Selasa, 2 September 2025

Pengakuan Oknum Penyedia Sewa Kain Rp5.000 untuk Pendaki Lawu, Dipakai 100 Meter Jaga Kesakralan

Jayadi, oknum penyedia sewa kain Rp5.000 sebut tak memaksa pendaki Gunung Lawu via Cetho untuk membayar. Dilakukan untuk menjaga kesakralan.

TribunSolo.com/Mardon Widiyanto
KAIN GUNUNG LAWU - Ketua LMDH Anggramanis Jayadi, saat ditemui, Selasa (6/5/2025). Dia membantah melakukan pungli dan menegaskan hanya memberikan sosialisasi kepada pendaki Gunung Lawu yang melintasi di wilayahnya di jalur Cetho. 

TRIBUNNEWS.COM - Ketua Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) Aggramanis, Jayadi buka suara terkait polemik sewa kain Rp5.000 untuk pendaki Gunung Lawu via Cetho, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Jayadi mengatakan, praktik sewa kain itu sudah berlangsung sejak 2021.

Ia mengaku, praktik itu dilakukan untuk menjaga kesakralan lokasi wisata religi Pamoksan Brawijaya.

Jayadi menjelaskan, praktik itu dilakukan karena pendaki via Cetho maupun wisatawan religi menggunakan fasilitas yang telah disediakan LMDH Aggramanis.

"Kami 2019 mendapat perjanjian kerja sama (PKS) dari Perhutani pengelolaan tempat wisata tersebut," katanya, Selasa (6/5/2025), dilansir TribunSolo.com.

Jayadi mengaku hanya memfasilitasi pendaki yang melintasi wilayah wisata religi Pamoksan Brawijaya dan Sendang Tujuh.

"Kain ini sebagai fasilitas dan kebetulan dilewati pendaki Cetho, kalau jalur pendaki Gunung Lawu via Cetho itu candi lurus, sedangkan mereka melewati jalur LMDH Wonokerto Anggramanis," bebernya.

Ia berdalih tak memaksa pendaki menyewa kain Rp5.000 saat melintasi lokasi tersebut.

Namun, katanya, pihaknya hanya mewajibkan pendaki menggunakan kain yang disediakan dengan jarak 100 meter sampai 200 meter.

"Entah itu pendaki atau pengunjung wisata kami kenakan kain. Kami fasilitasi ada pancuran 7."

"Uang Rp5.000 tadi kami tidak memaksakan, kalau ada digunakan untuk bersih-bersih jalur," urainya.

Baca juga: Mbok Yem Tutup Usia, Bagaimana Nasib Warung Tertinggi di Puncak Gunung Lawu?

Selain itu, ia mengklaim pendaki Gunung Lawu yang melintas kawasan tersebut memberikan uang tersebut dengan ikhlas.

"Karena itu dulu di-briefing karena yang menjaga butuh makan, minum. Di situ juga kerja untuk pemeliharaan pipa air, sehingga tidak ada pemaksaan," tandasnya.

Kendati mengaku tak memaksa, namun praktik itu telah membuat pendaki resah.

Hal itu diungkapkan anggota Relawan Cetho (Reco), Eko Supardi Mamora.

"Banyak pendaki Gunung Lawu yang lewat via Cetho mengeluh," ujarnya, Senin (5/5/2025).

Sementara itu, permasalahan ini telah menemui titik terang setelah dilakukan mediasi.

Mediasi tersebut dilakukan oleh Kepala Disparpora Kabupaten Karanganyar, Hari Purnomo.

Dalam mediasi tersebut, pihaknya mengundang Perhutani, Satpol PP, Camat Jenawi, Kapolsek Danramil Jenawi, Kades Gumeng-Anggramanis serta Jayadi yang merupakan LMDH Anggramanis di Cetho.

Hasil dari mediasi itu, pengelolaan operasional di lokasi Pamoksan Brawijaya dan Sendang Tujuh oleh Jayadi dihentikan.

"Sepakat Jayadi yang mengelola pendakian di wilayah Anggramanis menghentikan operasional," kata Hari, Selasa.

Hari menjelaskan, penghentian operasional di kawasan tersebut berdasarkan SK PKS tertanggal 10 Juli 2024.

Dalam SK tersebut menyatakan, Pamoksan Brawijaya dan Sendang Tujuh sudah berhenti operasionalnya.

Dijelaskannya, jalur pendakian Gunung Lawu via Cetho sudah memiliki jalur utama.

Namun, oleh Jayadi dibuat jalur pendakian baru dengan bangunan yang lebih bagus.

Baca juga: Pendaki Gunung Lawu Kesurupan Massal di Jalur Cetho Diduga Arwah Leluhur Marah Karena Sampah

Hari menuturkan, jalur utama dengan jalur yang dibangun oleh Jayadi dibuat berdekatan.

"Sebenarnya sudah ada jalur tapi masih lama, sedangkan yang sekarang jalur yang bagus, teman-teman tidak tahu lewat situ."

"Jalur pendakian yang lama ditutup dan kemudian kita buka dan kembalikan jalur utama, jalur dibelokkan, pagar yang terpasang kita cabut," urainya.

Sementara itu, Wakil Administrasi Perhutani, Bambang Sunarto menegaskan, sesuai assesmen yang dilakukan Perhutani pada Juli 2024, objek usaha wisata religi yang dilakukan Jayadi dinyatakan sudah ditutup.

"Jika ada aktivitas kami tetap akan menghentikan," tegasnya.

Sebagian artikel ini telah tayang di TribunSolo.com dengan judul Alasan LMDH Anggramanis Karanganyar Minta Pendaki Gunung Lawu Kenakan Kain: Menjaga Kesakralan

(Tribunnews.com/Nanda Lusiana, TribunSolo.com/Mardon Widiyanto)

Sumber: TribunSolo.com
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan