Didukung DPRD, Wacana Ekstrakurikuler Mobile Legends Justru Dikritik Dewan Pendidikan Jatim: Ironis
Wacana pemerintah untuk menjadikan game Mobile Legends (ML) sebagai kegiatan ekstrakurikuler di SD/SMP Kota Surabaya, Jawa Timur, menuai pro kontra.
"Nggak boleh kita hanya berpihak pada satu aplikasi saja. Keberpihakan ke developer tertentu ini bisa memberikan keuntungan kepada developer tertentu juga. Contoh kecilnya, kalau seorang siswa ingin membeli atribut dalam gim, kan harus keluar uang. Siapa yang diuntungkan? Kan kembali lagi ke developernya," paparnya.
Selain soal ekonomi, Dewan Pendidikan juga mengingatkan potensi gangguan pembentukan karakter pada anak.
Misalnya, dalam sisi agresivitas hingga kecanduan pada anak yang seharusnya diantisipasi.
"Kecenderungan gim Mobile Legends pada kekerasan juga harus mengkaji kesiapan anak. Bagaimana pihak sekolah mengevaluasi perilaku anak pasca bermain Mobile Legend juga harus menjadi perhatian," terangnya.
Meski begitu, Ali mengakui bahwa perkembangan digital saat ini memang harus diimbangi dengan penyesuaian pengetahuan soal teknologi, termasuk di antaranya e-sport.
"Ini asik. Olahraga sekarang bukan hanya berhenti pada fisik, namun juga olahraga yang menggunakan elektronik," tutur Ali.
Pengenalan pada e-sport juga akan sekaligus merangsang siswa untuk belajar pengembangan gim.
"Artinya, anak akan semakin aware (peduli) dengan teknologi. Bahkan, pada level gamer yang sudah expert, anak akan belajar untuk explore gim itu sendiri," sebutnya.
Selain mengembangkan software, anak juga akan belajar mengenal piranti gim. Sehingga, dalam waktu jangka panjang, bukan tidak mungkin muncul ide-ide baru dalam meningkatkan kualitas sebuah gawai.
"Tingkat kreativitas anak-anak ini berbeda-beda. Ini harus didorong oleh pengasuh olahraga esport. Manfaatnya ini sebenarnya banyak. Siapa tahu yang memiliki minat sebagai programmer, diarahkan ke coding untuk develope sendiri," ungkap Ali.
"Karena itu, jangan sampai latihan 5 jam, main gim saja tanpa diimbangi belajar software, hardware, ataupun coding. Ya sama saja akhirnya kita sekadar menciptakan user saja," imbuhnya.
Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi sepakat dengan pemikiran tersebut.
Menurutnya, pengembangan e-sport di Surabaya tidak hanya bicara Mobile Legends semata.
"Saya sudah minta Dinas Pendidikan untuk melihat potensi esport. Bukan Mobile Legend saja. Sekarang yang paling ramai apa sih?" ujar pria yang akrab disapa sebagai Cak Eri itu.
"Mungkin ada juga sepakbola seperti PES (e-Football) itu. Ini bisa dikembangkan. Jadi, [bakat] anak-anak ini bisa tersalurkan," imbuhnya dikonfirmasi terpisah.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.