Sabtu, 13 September 2025

Pendaki Jatuh di Gunung Rinjani

Rangkaian Kecelakaan Pendaki di Gunung Rinjani: Evaluasi Sistem Keselamatan Jadi Prioritas

Pendaki Swiss dan Belanda jatuh di Rinjani. NTB benahi SOP, pasang rambu rawan, hingga pelatihan SAR bersertifikat internasional.

Editor: Glery Lazuardi
Instagram @ajulianamarins/@natadecoco_ee
GUNUNG RINJANI - Evakuasi dramatis pendaki Swiss di Gunung Rinjani via helikopter, menyoroti pentingnya sistem keselamatan pendakian. 

TRIBUNNEWS.COM, LOMBOK – Dalam kurun dua bulan terakhir, Gunung Rinjani kembali menjadi sorotan dunia usai serangkaian insiden pendakian yang melibatkan warga negara asing.

Teranyar, dua pendaki asal Swiss dan Belanda terjatuh dalam selang dua hari di jalur pendakian menuju Danau Segara Anak, memicu kekhawatiran terhadap sistem keselamatan di kawasan wisata gunung tertinggi ketiga di Indonesia itu.

Korban pertama, Bennedikt Emmeneger (46) asal Swiss, dilaporkan terjatuh pada Rabu (16/7/2025) saat menuruni jalur Pelawangan Sembalun menuju Danau Segara Anak. 

Ia mengalami patah tulang kaki dan memar di wajah. Emmeneger dievakuasi menggunakan helikopter Bali Air dan langsung dibawa ke RS BIMC Kuta, Denpasar.

Hanya berselang sehari, pendaki wanita asal Belanda berinisial SVTH juga terjatuh di jalur yang sama.

Proses evakuasi menggunakan helikopter dilakukan dengan cepat berkat kondisi cuaca yang mendukung. SVTH kini menjalani perawatan medis di rumah sakit yang sama di Bali.

Kedua insiden ini menambah daftar panjang kecelakaan di Gunung Rinjani.

Sebelumnya, Juliana Marins, pendaki asal Brasil, tewas usai jatuh ke jurang sedalam 600 meter pada Juni 2025.

Proses evakuasi yang memakan waktu hingga empat hari sempat menuai kritik dari publik internasional karena dianggap lamban dan tidak profesional.

Selain itu, pendaki asal Malaysia, NAH, juga mengalami cedera pergelangan kaki setelah tergelincir di jalur serupa pada akhir Juni.

Baca juga: 5 Fakta Pendaki Swiss Jatuh di Rinjani: Berhasil Selamat hingga Dievakuasi Pakai Heli 

Upaya Perbaikan dan Reformasi Sistem Keselamatan

Sebagai respons, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) bersama Pemerintah Provinsi NTB dan para pelaku wisata kini mempercepat langkah reformasi tata kelola pendakian.

Sebanyak 22 pelaku wisata termasuk SAR, Brimob, guide, dan komunitas pecinta alam mengikuti pelatihan Vertical Rescue Evacuation dengan instruktur bersertifikat internasional dari Skygers Indonesia.

Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal, menyatakan bahwa pihaknya akan memasang rambu-rambu peringatan di jalur-jalur rawan dan menambah peralatan evakuasi berstandar internasional di titik-titik strategis seperti puncak dan shelter.

“Kita akan memasang signage sampai ke puncak. Ini bentuk keseriusan kami membenahi sistem,” ujar Iqbal.

Sementara itu, Bupati Lombok Timur, Haerul Warisin, menegaskan akan menyusun ulang SOP pendakian, termasuk adanya briefing khusus untuk membedakan perlakuan antara pendaki pemula dan profesional.

Baca juga: Penampakan SAR Evakuasi Pendaki di Gunung Rinjani, Helikopter Bermesin Rolls-Royce Jadi Penyelamat

Desakan Masyarakat: Sistem Darurat Satu Pintu

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan