Senin, 11 Agustus 2025

Dedi Mulyadi Pimpin Jabar

Polemik Study Tour di Jawa Barat, Dinilai Perlu Kajian Mendalam Sehingga Tak Menimbulkan Kerugian

Ketimbang menebang sektor bisnis pariwisata, Ia menyarankan agar semua pihak harus mau dan mampu memastikan kepatuhan pada standar keselamatan

Penulis: Reza Deni
Istimewa
POLEMIK STUDY TOUR - Founder Restorasi Jiwa Indonesia, Syam Basrijal menyarankan agar polemik tentang larangan study tour oleh Pemprov Jawa Barat dikaji lebih mendalam dan holistik sehingga tidak merugikan satu belah pihak. 

"Keputusan yang diambil tanpa dialog dengan pihak terdampak sering dipersepsikan sebagai langkah sepihak, meskipun niatnya baik," tuturnya.

Ketimbang menebang sektor bisnis pariwisata, Ia menyarankan agar semua pihak duduk bersama dalam menata persoalan ekosistem yang satu ini, di mana semua pihak harus mau dan mampu memastikan kepatuhan pada standar keselamatan.

"Standar keselamatan wajib diberlakukan, mulai dari uji laik jalan armada, pembatasan usia kendaraan hingga pelatihan sopir," usulnya.

Selain itu, ada juga praktik audit dan sertifikasi pada vendor transportasi untuk destinasi wisata yang dilakukan secara berkala, demi meminimalisir potensi kecelakaan yang bisa saja terjadi.

Selain itu, dari sisi pengguna yakni siswa dan pihak sekolah juga perlu diliterasi agar melakukan perencanaan yang lebih matang untuk melaksanakan study tour maupun rekreasi, sehingga dapat mengakomodir semua pihak, termasuk soal pembiayaan yang tidak membebani peserta tour.

"Masa transisi diberikan agar sekolah yang telah merencanakan kegiatan dapat menyesuaikan jadwal dan anggaran," katanya.

Di sisi lain, Syam Basrijal menerangkan bahwa kepemimpinan restoratif perlu dilihat secara serius karena menjadi lapisan terdalam dari sebuah kebijaksanaan. Ia tidak hanya memperbaiki sistem, tetapi juga memulihkan luka yang ditinggalkan. 

"Pemimpin restoratif memahami bahwa tragedi tidak hanya meninggalkan kerugian fisik, tetapi juga meninggalkan trauma dan kehilangan rasa percaya," ucapnya.

Untuk itu, ia menerangkan bahwa ada sejumlah model restoratif yang dapat diambil oleh para peimpin dan pemangku kebijakan. Antara lain dengan dialog multipihak. 

Dalam konteks study tour tersebut, sebaiknya ajak keluarga korban, guru, siswa, pelaku industri transportasi, pelaku wisata, asosiasi profesi, dan pemerintah duduk bersama membahas solusi. 

Selanjutnya, lakukan transparansi data dan proses sehingga publik diberi akses informasi tentang hasil audit keselamatan, daftar vendor yang layak, dan rencana pencegahan kecelakaan.

Selain itu, pendidikan budaya keselamatan terhadap siswa, guru, dan orang tua juga perlu dlakukan. Mereka semua sebaiknya dilibatkan dalam pelatihan dan kesadaran risiko atas keselamatan jalan.

Kemudian penghormatan terhadap korban. Syam Basrijal menyebut bahwa tragedi dijadikan pelajaran bersama yang diintegrasikan ke dalam kebijakan dan kurikulum, bukan sekadar dikenang pada hari peringatan. 

"Kepemimpinan restoratif mengubah regulasi menjadi kesepakatan kolektif yang dijaga oleh semua pihak, bukan sekadar perintah dari atas. Hasilnya bukan hanya aman di atas kertas, tetapi aman dalam kesadaran kolektif," tuturnya.

Baca juga: Komisi X DPR Siap Fasilitasi Dialog soal Polemik Larangan Study Tour Gubernur Jabar Dedi Mulyadi

Aturan Larangan Study Tour

Halaman
123
Berita Terkait

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan