Senin, 6 Oktober 2025

Sosok SA, Sempat Telepon Keluarga Sambil Menangis Usai Aniaya Anaknya hingga Tewas

SA, warga Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh tega menganiaya anaknya hingga tewas.

Editor: Dewi Agustina
TRIBUNWOW.COM
AYAH BUNUH ANAK - SA, warga Kampung Bintang Berangun, Kecamatan Pintu Rime Gayo, Kabupaten Bener Meriah, Aceh tega menganiaya anaknya TI hingga tewas. Foto hanya ilustrasi. 

Berdasarkan keterangan keluarga, pelaku SA merupakan korban trauma konflik Aceh

Dia sempat dirawat di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Medan Sumatra Utara tahun 2003 silam akibat trauma tersebut. 

Mantan Panglima GAM Wilayah Linge yang juga Deputi 1 Badan Reintegrasi (BRA), Fauzan Azima bercerita bahwa tersangka SA dan anaknya TI pernah tinggal bersama dirinya beberapa tahun lalu pasca damai Aceh

Awalnya SA tinggal di Kampung Jamur Atu, Kecamatan Mesidah, Bener Meriah.  

Kemudian pada tahun 2000, SA bersama istrinya dan anaknya Ti, meninggalkan kampung halaman karena mendapat teror dari orang tidak dikenal.

"Dulu itu, ada kasus pembunuhan di Kampung Jamur Atu dalam kondisi mengenaskan, korbannya tak lain adalah tetangganya, karena itu awalnya membuat SA jadi trauma," kenang Fauzan yng juga keluarga korban dan pelaku.

Lalu, saat pulang pada malam terakhir acara kenduri korban pembunuhan itu, tiba-tiba di depan halaman rumahnya SA sudah menunggu seseorang yang tidak dikenal, bahkan melakukan ancaman terhadap dirinya.

Karena itu, keesokan harinya keluarga SA langsung pindah rumah menuju rumah ibunya di Kampung Mutiara Baru, Kecamatan Bukit, Bener Meriah (Kampung Berghendal). 

Kemudian sejak tinggal di Bergendal, sikap SA dinilai sudah mulai ada tanda-tanda keanehan. 

Dimana, SA mulai merasa ketakutan ketika mendengar suara mobil atau sepeda motor yang melintas di luar rumah, karena ia merasa selalu ada orang yang ingin membunuhnya.

Kala itu, prilaku SA dari hari ke hari semakin mengkhawatirkan, bahkan tidak jarang dengan berani melakukan tindak kekerasan terhadap istrinya. 

"Lantas, pada tahun 2003, keluarganya memutuskan untuk membawa SA berobat ke Rumah Sakit Jiwa di Medan, Sumatra Utara," ungkap Fauzan.

Saat di rumah sakit, kata Fauzan lagi, kepada dokter di RSJ itu SA menceritakan semua peristiwa yang dialaminya, sedangkan dokter hanya memberikan resep obat, namun demikian tidak mengurangi rasa traumanya.

"Pasca pulang dari Medan, ia setiap kali minum obat, efeknya selalu ingin mencoba bunuh diri dengan melompat ke kolam di samping rumah ibunya. Syukur upaya masih bisa diselamatkan keluarga," ceritanya. 

Lalu, kondisi tersebut terus berlarut-larut dan bahkan di setiap kali sakitnya kambuh, SA selalu melakukan kekerasan kepada istrinya. 

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved