Demonstrasi di Berbagai Wilayah RI
Kisah Pilu Sumari, Tukang Becak di Solo Meninggal saat Demo Ricuh, Diduga Punya Riwayat Jantung
Demo ricuh di Solo menelan korban jiwa. Sumari (60), tukang becak asal Pacitan, meninggal usai terpapar gas air mata karena punya riwayat jantung.
Penulis:
Faisal Mohay
Editor:
Salma Fenty
"Dari keterangan temannya ini, dia penyakitnya kambuh terus karena melihat kondisinya terus saya minta dibawa ke rumah sakit."
"Diikuti salah satu satpam Pasar Gede, ternyata pas ditangani di rumah sakit sudah meninggal dunia."
"Jadi memang waktu duduk sama temannya itu, dia muntah-muntah sambil pegang dada," bebernya.
Ia menelusuri keluarga Sumari untuk menanyakan riwayat penyakitnya.
"Ternyata waktu saya berkomunikasi dengan keluarga itu yang bersangkutan memang punya riwayat sakit jatung dan sempat dirawat di rumah sakit," imbuhnya.
Baca juga: Profil Dody Hanggodo, Menteri PU yang Sebut Kerugian Negara Capai Rp900 Miliar akibat Demo
Demo di DPRD Solo Tertib
Ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di wilayah Solo, Jawa Tengah, menggelar aksi damai di depan Gedung DPRD Solo, Senin (1/9/2025) sekitar pukul 15.30 WIB.
Gedung tersebut mengalami kerusakan akibat aksi massa yang berujung pembakaran pada Sabtu (30/8/2025) dini hari.
Jalanan di depan gedung DPRD Solo dipenuhi mahasiswa yang mengenakan jas almamater.
Peserta aksi diwajibkan mengenakan jas almamater agar tak ada penyusup dan provokator.
Sejumlah kampus yang hadir yakni Universitas Surakarta (Unsa), Universitas Slamet Riyadi (Unisri), dan Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS).
Mereka membawa tuntutan agar kepolisian mengusut tuntas kematian Affan Kurniawan dan mahasiswa Amikom Yogyakarta, Rheza Sendy yang diduga tewas dianiaya aparat di depan Mapolda DIY.
Baca juga: Remaja Putus Sekolah Pimpin Dua Rekannya Bawa Bom Molotov Saat Aksi di DPRD Solo, Ini Motifnya
Sebelum demo dimulai, para mahasiswa menggelar doa bersama untuk kedua korban.
Koordinator Pusat BEM Soloraya, Ridwan Widayat, mengutuk tindakan polisi yang menggunakan kekerasan saat membubarkan demonstrasi.
“Semua represifitas aparat tidak ada yang dibenarkan. Bapak Listyo Sigit sudah menyampaikan permohonan maafnya."
"Tapi di Kota Surakarta sendiri kemarin banyak sekali represifitas aparat,” bebernya, Senin.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.