Rabu, 17 September 2025

Lewat Program ISWMP, Kabupaten Bandung Barat Buktikan Pemilahan Sampah Bisa Dimulai dari Rumah

Di tengah krisis pengelolaan sampah yang kian mendesak, 2 desa di Bandung Barat menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari skala terkecil

Editor: Dodi Esvandi
HANDOUT
Warga yang mengikuti Program ISWMP (Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project), yang digagas pemerintah pusat bersama Bank Dunia. Program ini hadir sebagai respons atas ketergantungan penuh Kabupaten Bandung Barat terhadap TPA Sarimukti—fasilitas pembuangan regional yang kini telah melebihi kapasitas dan berada di luar kendali langsung pemerintah kabupaten. 

TRIBUNNEWS.COM, BANDUNG – Di tengah krisis pengelolaan sampah yang kian mendesak, dua desa di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa perubahan bisa dimulai dari skala terkecil: rumah tangga. 

Melalui pendekatan komunitas dan pendampingan intensif, warga Desa Cikahuripan dan Citapen berhasil menerapkan sistem pemilahan sampah yang berdampak nyata hanya dalam dua bulan.

Langkah ini menjadi bagian dari Program ISWMP (Improvement of Solid Waste Management to Support Regional and Metropolitan Cities Project), yang digagas pemerintah pusat bersama Bank Dunia. 

Program ini hadir sebagai respons atas ketergantungan penuh Kabupaten Bandung Barat terhadap TPA Sarimukti—fasilitas pembuangan regional yang kini telah melebihi kapasitas dan berada di luar kendali langsung pemerintah kabupaten.

Ketergantungan pada TPA 

Kondisi darurat sampah di Bandung Barat bukan sekadar soal volume, tetapi juga soal sistem. 

Minimnya fasilitas pemrosesan, lemahnya koordinasi antar lembaga, terbatasnya insentif, dan rendahnya kesadaran warga membuat pendekatan “kumpul-angkut-buang” tak lagi memadai. 

Ketika TPA Sarimukti terganggu, distribusi sampah terhenti dan penumpukan terjadi di berbagai titik.

Bupati Jeje Ritchie Ismail menyebut dominasi sampah plastik sebagai tantangan utama. 

Namun ia menekankan bahwa masalah ini juga membuka peluang untuk inovasi dan manfaat ekonomi jika dikelola dengan tepat.

Baca juga: Eddy Soeparno Dorong Perbaikan Tata Kelola Sampah dengan Segera: Cegah Banjir Bali Berulang

Bukti Nyata dari Komunitas

RT 02 RW 10 di Desa Cikahuripan dan RT 05 RW 13 di Desa Citapen dipilih sebagai lokasi uji coba karena telah memiliki embrio kegiatan pemilahan dan dukungan tokoh lokal yang kuat. 

Sejak awal 2024, kader posyandu, Karang Taruna, dan fasilitator lapangan turun langsung ke rumah warga, mengedukasi soal pemilahan dan komposting.

Hasilnya mencolok. Dalam dua bulan pendampingan (Januari–Februari 2025), jumlah rumah tangga yang memilah meningkat drastis: dari 10 menjadi 46 KK di Cikahuripan (100 persen), dan dari 12 menjadi 60 KK di Citapen (80%). 

Pengurangan sampah organik mencapai 49–52 kg per pengangkutan, dan sampah daur ulang berkurang 10–20 kg.

Warga mulai memanfaatkan hasil pilahan untuk kompos atau dijual ke bank sampah dan pengelola maggot. 

Infrastruktur dasar seperti ember pilah, spanduk edukasi, dan logbook pencatatan disediakan melalui dukungan program.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan