Kamis, 25 September 2025

Kondisi Kabupaten Yalimo Sudah Kondusif Usai Kerusuhan, Prajurit yang Terluka Telah Membaik

Kerusuhan ini diduga dipicu isu ujaran kebencian terkait suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).  

Penulis: Reza Deni
Editor: Erik S
(Tribun-Papua.com/Foto warga yang beredar di media sosial)
PEMBAKARAN KIOS - Tampak salah satu kios di Kabupaten Yalimo, yang di bakar para siswa akibat dugaan ujaran rasis oleh warga non Papua, Selasa, (16/09/2025). (Tribun-Papua.com/Foto warga yang beredar di media sosial) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Darat (Kadispenad) Brigjen Wahyu Yudhayana memastikan, kondisi Kabupaten Yalimo, Provinsi Papua Pegunungan kini sudah kondusif usai kerusuhan terjadi di sana pada Selasa lalu.

“Jadi sekali lagi saya sampaikan untuk Yalimo saat ini situasi kondusif. Situasi kondusif, kegiatan sudah berjalan dengan baik, aktivitas masyarakat berjalan dengan baik,” ucap Wahyu di Monas, Jakarta Pusat pada Sabtu (20/9/2025).

Wahyu mengatakan, TNI AD tengah melakukan pembenahan di Yalimo usai keributan mereda.

Baca juga: Ratusan Warga Non-Papua Tinggalkan Yalimo Cari Perlindungan di Wamena, Naik Truk 6-7 Jam

“Pembenahan-pembenahan, kerugian-kerugian material yang kemarin terjadi mulai sekarang ada pembenahan, termasuk berkaitan dengan beberapa korban yang luka itu juga sudah dalam perawatan,” kata Wahyu.

Wahyu mengatakan telah berkoordinasi dengan Kodam 17 Cendrawasih mengenai kondisi Yalimo. Dari hasil komunikasi dijelaskan bahwa permasalahannya bukan suatu yang besar.

“Karena itu pertikaian kecil yang sekali lagi itulah pentingnya komunikasi. Pentingnya penyelesaian awal sehingga kita bisa mengantisipasi untuk tidak menjadi masalah yang lebih besar,” tegas Wahyu.

Wahyu mengatakan bahwa prajurit yang sebelumnya sempat terluka akibat keributan itu pun sudah berangsur membaik.

“Yang luka tetap 6 personel. Saat ini kondisinya telah membaik,” terang Wahyu.

Diketahui, Kerusuhan terjadi di Kabupaten Yalimo, Papua Pegunungan pada Selasa (16/9/2025). Peristiwa ini diduga dipicu isu ujaran kebencian terkait suku, agama, ras dan antargolongan (SARA).  

Dilaporkan tiga orang tewas, lima orang anggota TNI-Polri dan belasan penduduk sipil luka-luka. Beberapa fasilitas sosial juga hangus dibakar massa. Sekitar 600 warga Distrik Elelim terpaksa pergi mengungsi ke Wamena akibat kerusuhan ini.

Dalam peristiwa ini, ada kisah heroik dari enam personel TNI yang bertahan di lokasi untuk mengamankan sejumlah guru dan warga dari kerusuhan.

Baca juga: Polri Selidiki Peristiwa Gugurnya Anggota Tertembak Saat Patroli di Yalimo Papua

Saat itu massa mengepung sebuah bangunan yang menjadi tempat berlindung guru dan beberapa masyarakat. Massa membawa panah beracun dan melempari bom molotov yang mengakibatkan beberapa orang alami luka bakar dan luka tembak panah. 

Di tengah ancaman itu, enam prajurit TNI  bersenjata lengkap yang berada di lokasi bahu membahu bersama Polri untuk menenangkan massa dan memulihkan kondusivitas. 

Para prajurit TNI ini mencoba masuk ke bangunan tempat guru dan masyarakat bersembunyi untuk mengevakuasi mereka keluar wilayah konflik. 

Kepala Distrik Elelim, Lukas Kepno mengaku menyaksikan langsung aksi heroik prajurit TNI tersebut. Menurutnya tindakan itu amat krusial karena tanpa keputusan tersebut, jumlah korban bisa bertambah banyak. 

“Kami menyaksikan sendiri bagaimana prajurit menjaga kami di tengah situasi yang genting. Mereka tidak membalas serangan dengan kekerasan, justru melindungi guru dan warga agar tetap selamat. Itu adalah tindakan yang sangat manusiawi dan patut dihargai,” kata Lukas, seperti dikutip dari siaran pers Puspen TNI, Kamis (18/9/2025).

Maria Matuan, guru SD Negeri Elelim yang ikut bersembunyi, mengatakan dirinya amat ketakutan ketika bangunan tempatnya berlindung juga jadi sasaran serangan massa.

Dengan suara bergetar, Maria menceritakan ketika dirinya bersama warga lain terjebak di situasi yang mengancam hidup mereka.

Baca juga: Ucapan Rasis Picu Ricuh di Elelim Yalimo Papua Pegunungan, Puluhan Siswa SMA Bakar Kios

Ia melihat panah berterbangan, dan bom molotov memecahkan kaca jendela. Kondisi ini membuat Maria tidak tahu harus berbuat apa.

Namun saat itu ada enam prajurit TNI yang berdiri di depan pintu masuk bangunan. Mereka menenangkan massa, dan kemudian membawa Maria serta warga lain keluar dengan selamat.

“Kami benar-benar ketakutan saat massa mengepung. Panah-panah berterbangan, kaca jendela pecah karena molotov, dan kami tidak tahu harus bagaimana. Saat itu enam prajurit TNI datang melindungi kami. Mereka berdiri di depan pintu, menenangkan massa, dan akhirnya membawa kami keluar dengan selamat. Kami merasa benar-benar dijaga,” ungkap Maria.

Adapun imbas kerusuhan ini, Polda Papua mencatat lebih dari 30 kios dan rumah dibakar massa di Distrik Elelim. Enam rumah dinas dan satu mes perwira tak luput dari aksi pembakaran.

Para korban luka dilarikan ke beberapa rumah sakit, yakni RSUD Wamena, RS Bhayangkara Jayapura, dan RSUD Er-Dabi Yalimo.

Awal Kerusuhan

Polres Yalimo menyebut kerusuhan berawal dari ucapan rasis antarpelajar SMA. 

Seorang siswa SMA berinisial AB mengeluarkan ujaran yang menyinggung teman kelasnya. Ucapan rasis ini berlanjut ke perkelahian antarsiswa. 

Baca juga: Polri Selidiki Peristiwa Gugurnya Anggota Tertembak Saat Patroli di Yalimo Papua

Persoalan ini kemudian merembet ke wilayah luar sekolah, dan membuat warga asli Papua ikut tersinggung. 

Kerusuhan mulai pecah ketika para siswa membakar kios milik orangtua siswa AB. Kobaran api kemudian merembet ke mes perwira dan asrama Polres Yalimo.

"Salah satu siswa inisial AB diduga mengeluarkan ujaran yang menyinggung temannya yang juga merupakan siswa di kelas tersebut," kata Kapolres Yalimo, Kompol Joni Samonsabra.

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
About Us Help Privacy Policy Terms of Use Contact Us Pedoman Media Siber Redaksi Info iklan