Kamis, 2 Oktober 2025

Pemkab Lumajang Bantu Biaya Perawatan Santri yang Minum Larutan HCL Pemberian Temannya

Kondisi Dewangga Eza Naufal Al Yusan (13), santri Ponpes Asy-Syarify 01 di Kabupaten Lumajang yang mengalami masalah saluran pencernaan.

Prohaba
ILUSTRASI KERACUNAN - Berikut kondisi Dewangga Eza Naufal Al Yusan (13), seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syarify 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur. Sejak tiga bulan lalu, Dewangga mengalami masalah saluran pencernaan setelah diduga dipaksa oleh teman pondoknya untuk menenggak larutan Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida yang ditempatkan dalam botol minuman kemasan. 

TRIBUNNEWS.COM - Berikut kondisi Dewangga Eza Naufal Al Yusan (13), seorang santri Pondok Pesantren (Ponpes) Asy-Syarify 01 di Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Sejak tiga bulan lalu, Dewangga mengalami masalah saluran pencernaan setelah diduga dipaksa oleh teman pondoknya untuk menenggak larutan Hydrochloric Acid (HCL) atau asam klorida yang ditempatkan dalam botol minuman kemasan.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang ikut turun tangan dan memastikan penanganan kesehatan santri laki-laki ini ditanggung penuh, termasuk rujukan ke RSUD Dr. Soetomo, Surabaya.

Bupati Lumajang, Indah Amperawati alias Bunda Indah menegaskan insiden ini tidak boleh dianggap sepele. 

"Ini adalah pengingat bagi kita semua. Anak-anak perlu mendapatkan pembekalan tentang bahaya minuman keras dan zat kimia sejak kecil." 

"Jika dibarengi pengawasan yang konsisten, insyaallah hal seperti ini bisa dicegah,” ujar Indah ketika dikonfirmasi, Selasa (30/9/2025), dilansir Surya.co.id.

Berdasarkan keterangan keluarga, sambungnya, korban mengalami kerusakan serius pada sistem pencernaan setelah menenggak minuman yang dicampur cairan HCL.

Dari tiga santri yang terdampak, kondisi Dewangga yang paling kritis. Sampai saat ini, dirinya hanya mampu mengonsumsi susu medis.

Indah pun menyoroti pentingnya pendidikan keamanan dan kesehatan sejak dini yang mestinya tak hanya dibebankan kepada sekolah formal, tetapi juga lingkungan keluarga dan pesantren. 

“Mulai dari orang tua, guru, dan pengasuh pondok punya tanggung jawab besar untuk menanamkan kesadaran." 

"Anak-anak tidak cukup hanya diberi aturan, tapi perlu dijelaskan kenapa sesuatu berbahaya, agar mereka punya benteng diri,” ungkapnya.

Baca juga: Kronologi Santri Lumajang Minum HCl Pemberian Teman, Muntah Cairan Hitam dan Luka Pencernaan

Meskipun bantuan dari warga, Baznas, pengurus pondok hingga donatur terus mengalir, Indah mengingatkan bahwa dukungan sosial tidak boleh berhenti pada simpati. 

Ia menekankan pentingnya langkah pencegahan bersama. Kini Pemkab Lumajang memastikan pendampingan medis intensif untuk Dewangga.

Selain perawatan di rumah, ia dijadwalkan menjalani kontrol lanjutan ke Surabaya dengan dukungan penuh pemerintah daerah.

Indah menegaskan, fokus utama adalah membangun kesadaran kolektif melalui edukasi, pengawasan, dan komunikasi yang menyeluruh.

Keterangan Orang Tua

Halaman
12
Sumber: TribunSolo.com
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved