Kamis, 9 Oktober 2025

Mushola Ambruk di Sidoarjo

Cerita Abdul Aziz, Tim Damkar di Tragedi Ponpes Al Khoziny, Bertaruh Nyawa demi Tolong Korban

Berikut cerita Abdul Aziz, tim penyelamat korban tragedi ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Penulis: Endra Kurniawan
Editor: Nuryanti
Kolase: Kanal YouTube TribunJatim Official
PROSES EVAKUASI SANTRI - (Kanan) Anggota Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP) Kota Surabaya, Abdul Aziz dan (Kiri) Suasana proses evakuasi korban tragedi ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur. 

TRIBUNNEWS.COM - Anggota Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP) Kota Surabaya, Abdul Aziz menceritakan pengalamannya bertaruh nyawa demi selamatkan korban tragedi ambruknya Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, Jawa Timur.

Sebuah musala di Ponpes Al Khoziny ambruk pada Senin (29/9/2025) sore.

Bagunan benton menimpa ratusan santri yang kala itu sedang melaksanakan salat Asar.

Data terbaru per Senin (6/10/2025) malam, ada 64 korban meninggal dunia, 27 luka Berat, dan 76 luka ringan.

Abdul Aziz mengatakan, timnya tiba di lokasi kejadian sekira pukul 16.30 WIB.

Ia kemudian berkoordinasi dengan Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Jawa Timur.

Pada hari pertama, Abdul Aziz langsung ditugaskan mencari korban selamat dengan masuk ke reruntuhan bersama rekannya, Neo.

Baca juga: Basarnas: Runtuhnya Bangunan Ponpes Al Khoziny Terjadi saat Pengecoran Lantai Empat

"Kita mendapat tugas untuk merangsek masuk untuk mendeteksi korban yang masih hidup," katanya, dikutip dari kanal YouTube TribunJatim Official, Selasa (7/10/2025).

Korban pertama bernama Dani berhasil ditemukan selamat dan dievakuasi menuju ke luar.

Abdul Aziz kembali masuk ke reruntuhan dan berteriak mencari korban-korban lainnya.

Ia bersaksi mendengar banyak suara rintihan dari para santri.

Dirinya juga melihat ada jasad dalam kondisi sujud yang telah terhimpit bangunan benton.

"Saya teriak di situ banyak suara rintihan-rintihan 'sakit, tolong'."

"Saya mendengar suara Haikal yang begitu dekat. Di depan saya itu ada jenazah yang sedang sujud," katanya.

Abdul Aziz lalu berkomunikasi dengan Haikal guna mengecek kondisinya serta mengajak ngobrol korban.

"Haikal, kamu dari mana? Dari Probolinggo. Apa yang sakit? Sakit perut, Pak, sama di (bagian) bawah," ucapnya menirukan percakapan dengan korban kala itu.

Setelah memastikan kondisi Haikal, Abdul Aziz kembali mendapatkan respons dari korban lain bernama Yusuf.

Yusuf diketahui santri asal Malang, Jawa Timur.

Baca juga: Data Terbaru Jumlah Korban Ambruknya Ponpes Al Khoziny, 64 Orang Meninggal, 104 Selamat

Abdul Aziz mengaku, baik kondisi Haikal dan Yusuf sama-sama sulit karena terjepit reruntuhan.

Meskipun belum bisa diselamatkan, ia memberikan memberikan dukungan moril.

Abdul Aziz mengajak para korban terus bersholawat dan berdoa agar bisa segera bisa dievakuasi.

"Biar korban ini tidak merasa ketakutan, tidak merasa depresi. Karena di situ banyak suara rintihan dari teman-teman."

"Banyak yang minta tolong kayak gitu. Terus jenazah itu juga ada di depan itu. Mungkin si Haikal ini ketakutan atau apa," tambah Abdul Aziz.

Yusuf diselamatkan lebih dulu

Harapan segera mengeluarkan Yusuf semakin besar saat tim mendapatkan informasi ada lubang di dekat titik korban.

Abdul Aziz dan tim memutuskan melubangi beton untuk menjangkau Yusuf.

"Kita mendahulukan si Yusuf dulu. Yusuf ini kita mulai evakuasi pukul 10.00 malam sampai jam 02.00 pagi. Kita lubangi beton," katanya.

Meski sudah membuat lubang, Yusuf belum bisa dikeluarkan karena ada beton eser yang menghalangi.

Tim memilih istirahat sejenak sembari memberikan suplai makanan dan minuman kepada Yusuf.

Setelah beton eser berhasil dipotong, Abdul Aziz langsung mengeluarkan Yusuf.

Ia sempat menduga Yusuf tidak selamat karena tak bergerak.

Abdul Aziz menangis karena merasa gagal menolong korban.

Beruntung, Yusuf hanya tertidur saat proses evakuasi berlangsung.

"Saya kira sudah meninggal. Ternyata tidur sambil membawa Alquran dan kopiah."

"Akhirnya saya tarik kepalanya itu, saya goyang-goyang. Yusuf, Yusuf. Akhirnya dia kaget. Iya, Pak. Sabar ya. Bentar lagi kamu keluar. Tenang ya," kata Abdul Aziz mengulang percakapannya dengan Yusuf.

Singkat cerita, Yusuf berhasil diselamatkan setelah tim berjuang berjam-jam.

Sedangkan korban Haikal baru bisa di selamat pada Rabu (1/10/2025) siang.

Baca juga: Komisi VIII DPR: Kalau Pesantren Al Khoziny Salah, Pemerintah Juga Salah Tidak Mengawasi

KISAH EVAKUASI - Abdul Aziz, anggota Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP) Kota Surabaya, yang turut dalam operasi penyelamatan korban selamat insiden ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Aziz, yang baru 13 bulan bertugas di tim rescue, menjadi bagian penting dalam penyelamatan dua santri selamat bernama Haikal asal Probolinggo dan Yusuf asal Malang, Minggu (5/10/2025).
KISAH EVAKUASI - Abdul Aziz, anggota Tim Rescue Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (PMKP) Kota Surabaya, yang turut dalam operasi penyelamatan korban selamat insiden ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur. Aziz, yang baru 13 bulan bertugas di tim rescue, menjadi bagian penting dalam penyelamatan dua santri selamat bernama Haikal asal Probolinggo dan Yusuf asal Malang, Minggu (5/10/2025). (Tangkapan layar YouTube TribunJatim.com)

"Alhamdulillah si Yusuf ini bisa keluar. Untuk Haikal yang mengeluarkan itu adalah tim BSG Basarnas Special Group di hari Rabu kurang lebih jam 14.00 karena sangat begitu sulit untuk mengeluarkan si Haikal," urainya.

Abdul Aziz dalam kesempatannya turut menanggapi komentar-komentar keluarga korban dan warganet yang menilai proses evakuasi berjalan lambat.

Ia bisa memaklumi karena mereka ikut was-was menanti kepastian dari para korban.

Abdul Aziz memastikan semua tim yang ada di lokasi bekerja dengan keras bahkan sampai lupa makan.

"Saya enggak pulang-pulang sampai hari Selasa malam. Selasa malam baru pulang demi untuk menyelamatin korban ini. Istri saya di rumah ya nangis ya (khawatir)."

"Kenapa menyelamatkan korban ini sangat lama? Karena prosesnya dan obstacle-nya ini sangat sulit masuk ke lubang-lubang gedung yang hancur ini sangat sulit sekali."

"Jadi ya mohon maaf jika masyarakat menganggap kami ini lambat dalam penanganan. Tapi kita sudah semaksimal mungkin tenaga dan pikiran kita keluarin," tandasnya.

(Tribunnews.com/Endra)

Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved