Rabu, 8 Oktober 2025

Kapal Tenggelam di Selat Bali

Firasat Istri Suami akan Pulang, Jasad Korban KMP Tunu Pratama Jaya Ditemukan Usai 3 Bulan Hilang

Jenazah korban KMP Tunu Pratama Jaya ditemukan di Pantai Gilimanuk setelah tiga bulan hilang. Keluarga pastikan identitas korban.

Editor: Glery Lazuardi
Istimewa via Surya.co.id
KAPAL TENGGELAM DI SELAT BALI - Foto memperlihatkan KMP Tunu Pratama Jaya saat bersandar. KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali, Rabu (2/7/2025) malam, saat berlayar menuju Pelabuhan Gilimanuk, Bali, dari Pelabuhan Ketapang, Banyuwangi. 

TRIBUNNEWS.COM - Jasad korban Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya ditemukan setelah tiga bulan hilang. 

KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada 2 Juli 2025, dengan total korban sebanyak 65 orang: 10 meninggal dunia, 30 selamat, dan 25 masih dinyatakan hilang.

Kapal tenggelam akibat kebocoran di ruang mesin yang menyebabkan blackout total, lalu terbalik di tengah arus kuat dan gelombang tinggi di Selat Bali

Proses pencarian melibatkan tim SAR gabungan dengan kapal, helikopter, dan perangkat sonar bawah laut.

Salah satu korban akhirnya ditemukan.

Sosok jenazah pria yang ditemukan di pesisir Pantai Penginuman, Gilimanuk telah dikonfirmasi pihak keluarga.

Dipastikan jenazah itu merupakan salah satu korban KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam tiga bulan lalu.

Jenazah korban KMP Tunu Pratama Jaya baru ditemukan tiga bulan setelah kapal tenggelam karena sejumlah faktor alam dan teknis yang mempersulit pencarian. 

Selat Bali memiliki arus laut yang sangat kuat dan dinamis. Jenazah bisa terbawa jauh dari lokasi tenggelam. Tubuh korban yang tenggelam bisa terperangkap di dasar laut, tersangkut di karang, atau tertutup lumpur sebelum akhirnya mengapung dan terbawa ke pesisir.

Wilayah pencarian sangat luas dan memiliki kedalaman yang ekstrem, membuat pencarian bawah laut sulit dilakukan. Teknologi sonar dan penyelaman terbatas dalam menjangkau seluruh area, terutama jika jenazah tidak berada di permukaan.

Jenazah yang berada di laut mengalami proses dekomposisi lambat karena suhu dingin dan tekanan air.

 Baru setelah tubuh mengapung ke permukaan atau terdampar di pantai, identifikasi bisa dilakukan oleh keluarga melalui ciri fisik dan pakaian.

Tidak semua korban memakai pelampung atau alat pelacak. Tanpa sinyal atau jejak visual, tim SAR hanya bisa mengandalkan pencarian manual dan prediksi arus.

Pihak keluarga korban juga sudah datang ke Jembrana untuk memastikannya.

Pihak keluarga berkoodinasi dengan Polres Jembrana serta RSU Negara.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda

Berita Terkini

© 2025 TribunNews.com, a subsidiary of KG Media. All Right Reserved