Longsor di Cilacap
Kombinasi Hujan Ekstrem dan Pola Cuaca Picu Longsor di Majenang Cilacap
BMKG mengungkap longsor Cilacap dipicu hujan berhari-hari dan faktor atmosfer. OMC disiapkan untuk mencegah longsor susulan
Ringkasan Berita:
- BMKG menyatakan longsor di Cilacap dipicu hujan berintensitas tinggi yang terjadi berhari-hari hingga membuat tanah jenuh air.
- Aktivitas MJO, pusaran angin, dan zona belokan angin turut memperkuat pembentukan awan hujan.
- BMKG juga menyiapkan Operasi Modifikasi Cuaca untuk mengurangi potensi hujan deras dan mencegah longsor susulan di wilayah terdampak.
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut hujan berintensitas tinggi yang berlangsung berturut-turut jadi faktor utama pemicu tanah longsor di Kabupaten Cilacap pada Kamis (13/11/2025).
Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto mengatakan, pengamatan di Pos Hujan Majenang mencatat curah hujan mencapai 98,4 mm/hari dan 68 mm/hari pada 10–11 November 2025.
Setelah itu, wilayah tersebut masih diguyur hujan ringan sehingga tanah tetap basah hingga akhirnya terjadi pergerakan lereng.
“Rangkaian hujan tersebut membuat kondisi tanah semakin jenuh air dan lereng lebih rentan terhadap pergerakan,” kata Guswanto dalam keterangan tertulis, Minggu (16/11/2025).
Baca juga: Anjing Pelacak K9 Polri Diterjunkan Cari Korban Longsor Cilacap
Dari sisi atmosfer, sejumlah fenomena turut memperkuat pembentukan awan hujan.
Aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO), gelombang atmosfer, serta pusaran angin di perairan barat Lampung dan selatan Bali meningkatkan potensi hujan sedang hingga lebat di Jawa Tengah.
Zona belokan angin di sekitar Jawa juga membuat pertumbuhan awan semakin intens.
“Kondisi atmosfer ini memicu awan konvektif yang menghasilkan hujan deras, disertai kilat dan angin kencang,” tambahnya.
Direktur Meteorologi Publik BMKG, Andri Ramdhani, menambahkan bahwa kelembapan udara pada lapisan 850 mb, 700 mb, dan 500 mb mencapai 70–100 persen.
Kondisi udara yang sangat basah tersebut mendukung terbentuknya awan hujan dalam jumlah besar.
BMKG sebelumnya telah merilis Peringatan Dini Cuaca Ekstrem untuk periode 11–20 November 2025, yang mencakup wilayah Cilacap termasuk Kecamatan Majenang.
Hujan sedang hingga lebat juga diperkirakan kembali terjadi pada 19–22 November 2025.
Sejalan dengan kondisi tersebut, BMKG menyatakan siap mendukung penanganan darurat bencana longsor melalui Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).
Deputi Bidang Modifikasi Cuaca, Tri Handoko Seto, menyampaikan bahwa OMC diusulkan untuk mengurangi intensitas hujan sebelum memasuki kawasan terdampak.
“OMC difokuskan pada pengamanan daerah bencana agar Majenang terhindar dari hujan deras yang berpotensi memicu longsor susulan atau mengganggu proses evakuasi,” ujarnya.
Posko dan penempatan pesawat OMC diusulkan berlokasi di Bandar Udara Husein Sastranegara, Bandung, karena aksesnya strategis menuju wilayah terdampak.
BMKG juga mendorong pemerintah daerah menetapkan Status Siaga Darurat Bencana sebagai dasar pelaksanaan OMC.
Setelah permohonan resmi dari gubernur disetujui BNPB dan BMKG, operasi dapat segera dijalankan.
Longsor di Cilacap
| Tim SAR Gabungan Kembali Temukan 3 Korban Longsor di Cilacap, Total 7 Korban yang Telah Ditemukan |
|---|
| Rumah Dedi Tertimbun Longsor Cilacap, Istri dan 2 Anaknya Belum Ditemukan |
|---|
| 17 Korban Masih Hilang, BNPB Siapkan Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Potensi Hujan di Cilacap |
|---|
| Cara Warga Cilacap Bantu Tim SAR Cari Korban Longsor, Bambu Jadi Kunci |
|---|
| 17 Orang Hilang Akibat Longsor di Cilacap, Ketebalan Longsor Mencapai 8 meter |
|---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.