Bayi Pucat, Rewel, Cepat Lelah Bisa Jadi Gejala Anemia Defisiensi Besi
Kondisi yang kerap dianggap sepele ini sejatinya menyimpan risiko besar terhadap tumbuh kembang anak.
Penulis:
Aisyah Nursyamsi
Editor:
Willem Jonata
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anemia defisiensi besi (ADB) pada bayi dan anak masih menjadi tantangan serius di Indonesia.
Data menunjukkan prevalensi kasus ini masih tinggi, bahkan pada bayi usia dini.
Kondisi yang kerap dianggap sepele ini sejatinya menyimpan risiko besar terhadap tumbuh kembang anak.
Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K) mengingatkan bahwa anemia defisiensi besi tidak hanya menurunkan daya tahan tubuh.
Baca juga: Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter
Tapi juga menghambat kualitas generasi mendatang.
“Kejadian anemia defisiensi besi ini sudah banyak di negara lain juga, tidak hanya di kita. Bila mana saudara melihat yang warna merah marun itu menunjukkan prevalensi anemia defisiensi besi selanjutnya saya katakan ADB yang di atas 40 persen sehingga harus ditangani dengan lebih baik,” jelas Prof. Harapan.
Tingginya Prevalensi di Indonesia
Prof Harapan memaparkan jika secara global, prevalensi anemia pada anak usia 6–59 bulan mencapai 39,8 persen (2019).
Di Indonesia, angkanya tidak jauh berbeda, yaitu 38,5 persen , dan sebagian besar disebabkan oleh defisiensi besi.
Namun, angka di beberapa daerah bahkan lebih mencemaskan.
“Di tempat kami di Kalimantan Selatan, prevalensinya sampai 47 persen. Tahun 2022 rupanya angkanya meningkat kembali, defisiensi besi 10,9 perse dan angka ADB-nya lebih tinggi lagi 58,6 persen pada bayi usia 1–4 bulan,” ungkapnya.
Fenomena ini menegaskan bahwa perhatian terhadap asupan zat besi sejak masa bayi sangat krusial.
Pada usia 0–12 bulan, bayi membutuhkan cadangan zat besi yang memadai, terutama untuk mendukung pertumbuhan otak dan tubuh.
Sayangnya, bayi lahir prematur atau dengan berat badan rendah berisiko memiliki cadangan zat besi lebih sedikit, sehingga lebih rentan mengalami anemia.
Gejala yang Sering Diabaikan
Banyak orang tua tidak menyadari tanda-tanda anemia pada anak karena gejalanya kerap samar.
Anak bisa tampak pucat, mudah lelah, rewel tanpa sebab, atau kehilangan selera makan.
Pada tahap lanjut, perubahan fisik juga bisa terlihat, seperti telapak tangan yang pucat atau bentuk kuku yang melengkung ke atas (spoon nails).
Menurut Prof. Harapan, tanda paling khas dari ADB adalah gangguan pada sel darah merah.
“Yang menjadi masalah hanya di eritrositnya. Sementara leukosit, trombositnya normal,” jelasnya.
Deteksi dini menjadi sangat penting agar terapi dapat segera diberikan.
Pemeriksaan sederhana seperti tes darah lengkap bisa membantu menemukan indikasi anemia sebelum kondisinya semakin parah.
Faktor Risiko dan Pencegahan
Beberapa faktor risiko anemia defisiensi besi antara lain ibu hamil yang menderita anemia, bayi dengan berat lahir rendah, bayi kembar, atau anak yang kurang mendapatkan asupan makanan kaya zat besi.
Selain itu, kebutuhan zat besi yang meningkat di usia pertumbuhan pesat dan infeksi berulang juga memperbesar risiko.
Pencegahan bisa dilakukan dengan memperhatikan nutrisi sejak dini.
Sumber protein hewani seperti hati ayam, daging merah, dan ikan, menjadi asupan penting untuk mencegah defisiensi.
Selain itu, suplementasi zat besi sesuai rekomendasi medis juga penting terutama bagi kelompok rentan.
Tantangan Menuju Generasi Emas
Angka anemia defisiensi besi yang masih tinggi menjadi tantangan dalam mewujudkan generasi emas Indonesia 2045.
Dibutuhkan kesadaran kolektif, mulai dari keluarga, tenaga medis, hingga kebijakan kesehatan publik, agar masalah ini dapat ditekan.
Prof. Harapan menekankan pentingnya deteksi dini, intervensi tepat, serta peran aktif masyarakat.
“Inilah pentingnya mengapa dalam bulan-bulan pertama masa bayi 0–12 bulan kita harus perhatikan kejadian defisiensi besi bahkan anemia defisiensi besi,” tegasnya.
Dengan langkah nyata bersama, bukan mustahil angka anemia defisiensi besi bisa ditekan.
Anak-anak Indonesia pun dapat tumbuh sehat, cerdas, dan siap menjadi bagian dari generasi unggul di masa depan.
(Tribunnews.com/ Aisyah Nursyamsi)
Hari Ini Akan Jalani Sidang Tuntutan, Vadel Badjideh Pernah Singgung Kematian |
![]() |
---|
10 Negara yang Batasi Penggunaan Ponsel pada Anak, Ada Prancis hingga Australia |
![]() |
---|
Kapan Anak Dikatakan Anemia? Berikut Penjelasan Dokter |
![]() |
---|
Daftar Sepeda Listrik Harga 1 Jutaan yang Cocok untuk Anak |
![]() |
---|
Ridwan Kamil Mengaku Lega Hasil Tes DNA Buktikan CA Bukan Anaknya |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.